Chapter Five

5.6K 559 11
                                    

Terpikat. Jangan bilang aku terpikat pada gadis berusia tujuh belas tahun!

Alka sedari tadi berusaha mengenyahkan pemikiran bahwa ia terpesona dengan Leana. Tidak, jelas pemikirannya salah. Ia barangkali hanya sekadar suka dengan sikap ceria serta senyuman gadis itu, tidak lebih.

Cintanya tetap hanya pada Aina.

"Kak Alka?"

Setiap gadis itu menyebut namanya, entah kenapa membuat Alka selalu berdebar. Jika sudah seperti itu ia akan lantas memejamkan mata, berusaha menenangkan perasaan kesalnya karena selalu diganggu oleh Leana. "Apa?!" bentaknya sambil menoleh pada sosok gadis itu, namun tanpa Alka sadari ternyata di samping Leana berdiri kepala pengasuh.

Alka langsung beranjak dari kursi teras asrama dengan raut penyesalan. "Oh, Bu...."

Kepala pengasuh tersenyum. "Kamu katanya bersedia ngajarin Lea? Benar begitu mbak Alka?"

Leana telah mengatakan satu kebohongan pada kepala pengasuh, agar Alka bisa bersedia mengajarinya jika kepala pengasuh sendiri yang mengatakannya sehingga Alka pasti sungkan, tidak akan menolak.

Seperti biasa, setiap siang atau sore hari Alka selalu berkunjung ke asrama entah untuk membantu para pengasuh lain atau sekadar memperhatikan anak-anak bermain.

Dan hari ini, Leana jadikan saja kesempatan agar rencananya berhasil.

Rupanya niat terselubung gadis itu akan berjalan dengan sempurna karena Alka tak dapat mengelak dan akhirnya mengiyakan. "Iya Bu."

"Wah mbak, terima kasih ya. Tapi tidak ngerepotin 'kan? Soalnya Leana memang lemah dalam pelajaran olahraga, bahkan disuruh lari pagi juga tidak pernah mau."

Alka mendelik pada gadis berwajah ceria namun menjengkelkan di matanya.

Sementara Leana memancarkan tatapan penuh arti, Alka justru memberikan tatapan tajam nan mengancam.

***

"Kakak kan udah bilang sama Ibun kalau mau ajarin aku, kalau nggak, nanti aku bilangin Kak Alka berubah pikiran, Ibun pasti kecewa...,"

Alka mendadak menghentikan langkah kakinya. Membuat Leana turut berhenti, menengadahkan kepala menghadap perempuan tinggi di hadapannya. "Maumu sebenarnya apa?!"

Leana mengerutkan kening. "Mauku cuma bisa diajarin Kak Alka." Tersirat kepolosan di raut wajahnya.

Dengan jengah, Alka kembali melangkah masuk ke dalam rumah tanpa menyadari Leana juga turut mengikutinya masuk.

"Rumah Kak Alka adem banget, bikin betah." Penuturan gadis itu sama sekali tidak dihiraukan oleh sang pemilik rumah yang kini sudah memasuki kamar dan bahkan sempat membanting pintunya dengan keras.

Leana terperanjat, geleng-geleng kepala sambil berdecak, tanpa tahu bahwa amarah Alka itu disebabkan oleh dirinya.

Sudah hampir tiga puluh menit Alka berada di kamar, dan mana mungkin ia ganti baju selama itu, sehingga kini kesabaran Leana mulai habis.

Leana mengetuk pintu berulang kali sambil menyahut namanya, tapi tak ditanggapi, alhasil tanpa pikir panjang lagi ia buka saja pintu itu yang ternyata tidak dikunci sehingga memperlihatkan ruang kamar Alka yang sangat berantakan.

Dan ketika melihat sosok Alka sedang berbaring telungkup di atas kasur, Leana tercengang.

Ternyata sedari tadi perempuan itu tidur.

Itulah salah satu cara Alka agar terhindar dari rencana Leana yang membuatnya pasti kelelahan dan Alka sama sekali tidak berminat, cukup sudah menguras tenaganya dengan mengajar murid-murid di sekolah.

Alkalea [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang