Lelaki misterius

117 53 31
                                    

"

Puluhan siswa siswa dan orang tua murid berdatangan ke sekolah untuk menanyakan kabar teman, anak atau sahabat mereka yang hilang. Begitupula denganku dan najwa. Tik..tik..tik.. kumainkan ujung pulpen dengan nada yang tak beraturan , suaranya seperti nada kegelisahan hatiku. Yang harus menunggu kabar sehha. Sedangkan Najwa hanya mengoyang gayangkan sepatu putihnya. Bila dibayangkan . Kita berdua seperti orang yang setengah waras. Tapi bukan gak waras ya 😂. Kalau pakai bahasa jaman sekarang bisa disebut gabut. Aku masih tidak mengerti dengan kata kata itu. Walau aku tau arti gabut itu singkatan dari gajih buta. Tetapi seiring waktu aku juga memakai kata kata itu, aku tak lagi memikirkan kecocokan arti dengan singkatan itu. Karena bila dipikirkan itu malah akan membuat otaku pusing.

"Rul, gimana nih kok selalu gak ada kabar dari pencarian Seha? Kita udah 2 hari cari dia," kata najwa dengan nada putus asa.

"Iya nih wa, aku juga bingung , mana antrean informasi masih panjang lagi , menurutku percuma kita ninggu lama buat tau informasi tentang seha dan hasilnya nihil," jawabku tanpa pikir panjang.

(Bila sudah tiada baru terasa.. bahwa kehadiranya sungguh terasa ... ) nada dering hanphoneku dengan penyanyi bundar rota pun berbunyi. (Klikk) aku repleks mematikan telepon itu. Semua mata tertuju pada ku. Malu sekali rasanya. Tidak ada cara lain aku cuma bisa menutup rasa maluku dan bergaya seolah tidak terjadi apa apa.

" wa," panggilku pelan pelan sambil menepuk pundaknya .

"Apaan?"

"Ini ada nomer yang semalem nelpon aku dirumah , dan sekarang dia nelpon lagi. Gimana nih aku takut. Apa jangan jangan dia penculik lagi.," kataku dengan cemas.

"Yaudah telpon lagi dia nya siapa tau kenal."

"Gak ah aku takut. "

" ayo telpon.." katanya dengan nada sesikit kesal.

" gak aku takut."

" telpon nurul izatti yang cantilk kesayangan aku," lagi lagi mata mata itu tertuju padaku, kali ini karena kegaduhan yang telah aku buat dengan najwa. Saking asyiknya kita berdebat sampai tak tau kalau volume suara kita semakin lama semakin keras. Kemudian Najwa menarik tanganku keluar dari antrean informasi. Semestinya najwa tidak menariku keluar dari antrean ,karena selang dua orang aku sudah bisa bertanya tentang seha.

"Rul, sini hp kamu. Biar aku aja yang telpon orang itu," katanya sambil merampas hanpone dari gengamanku. Dan tanpa ijinku. Dengan cepatnya najwa mencari cari nomor yang tadi menelponku kemudian tanpa basa basi ia langsung menelpon nya.

"Hallo ini siapa ? Ada perlu apa ? Penting gak sih? "

"Penting banget, ini soal sehha. Gw tau dia dimana ," jawab si penelpon dengan suara yang khas laki laki sunda blaster jakarta gaul.

"Oh. Iya dimana dia sekarang. Kasih tau dong plis," mohon seha dengan wajah yang senang sekali. Kemudian dia tersenyum ke arahku.

"Iya gw kasih tau, tapi ada syaratnya. Kamu suruh temen kamu yg punya hp itu save nomor ku dengam nama RN." Katanya dengan nada yang menantang. Aku yang sedang menguping pun langsung mengode tangan tidak setuju. Karena bagaimanapun aku masih takut dengan orang misterius itu. "Save gak nomernya !" Kata najwa memarahiku. Terpaksa aku garus nge save nomer orang yang tidak dikenal di hamdphone kesayanganku.

"Halo?" Kata lelaki misterius itu.

"Iya udah katanya dia setuju."

"Oke, jadi gw liat dia di rumah sakit permata putri . Jakarta selatan . Deket resto sop janda itu lho," katanya dengan nada yang pasti.O

"ke..rul. aku tau dimana seha. Kamu ikutin aku aja ya, pokonya jauh dari sini."

"Oke oke"

***🎬🎬🎬* **** ***😴😰🕐

Sudah satu bus. Dan sekarang aku dan najwa sedang berada di angkot . Namun sampai sekarang aku masih tak tahu akan kemana kita menelusuri jalan. Dan dimana kita menuruni mobol angkot ini. Perlahan tapi pasti aku dan najwa akhirnya sampai pada sebuah rumah sakit. Rumah sakit setengah darii rumah sakit pada umumnya. Aku dan najwa pun berlarian ke dalam. Langkah kecil najwa telah teringgal beberapa langkah denganku. Tetapi aku acuh tak acuh tak menghiraukanya tertinggal. Hatiku berdegub kencang sekali. Ada rasa senang dan sedih didalamnya. Akupun langsung bertanya pada petugas rumah sakit.

"Assalamualaikum mba. Ada pasien yang namanya sehha gak?" Tanyaku dengan wajah yang tak sabaran.

"Waallaikumsallam. Iya tunggu sebenar saya carikan dulu," responya sambil melihat lihat monitor , satu persatu nama ia baca. Perlaham lahan digeser kebawah .

"Ayo mbaa sepetan," volume bicaraku mulai naik. Mungkin karena efek ke senanganku.

" ini ,ada. Di kamar nomor 24 ya. Perlu saya antar?" Tawarnya demgan ramah

Akupun langsung berlari kencang mencari cari kamar nomor 24. Najwa yang baru saja sampai di dekatku harus berlari lagi. Sekelebat rasa iba ini muncul. Tetapi apa daya. Rasa, hati , dan pikiran itu menjadi satu sehingga aku aku tak dapat mengendalikanya. Pintu demi pintu aku lewati no 22 ,Kemudian 23 dan ah aku dapat no 24. Sehha pasti disini , tanpa basa basi aku langsung membuka pintu dengan kencang.

Kulihat tubuh nya lemas , tak berdaya dengan tangan kanan yang diperban. Aku tak tau apa yang sudah terjadi pada sehha . Namun ketika aku melihatnya mataku langsung berkaca kaca. Mataku tak kuasa membendung itu semua.

"Sehhha!!" Teriakki histeris melihatnya .

Ada rasa kangemn disini , ada rasa bahagia disini. Apapun itu aku bahagia bertemu denganya. Karena dia sahabat terbaikku. Sahabat yang selalu ada disaat suka maupum duka, sahabat yang selalu membimbing , dan mengingatkan disaat salah ku berbuat.

" Rul , " katanya dengan nada lirih.

"Siapa yang nyelametin kamu seh ?"

"Allhamdullilah, allah menyelamatkanku lewat laki laki itu. Dia dan warga yang nemuin aku dan bawa aku kesini."

Air mataku kembali terjatuh, aku kagum dengan sehha. Ini lah sesuatu yang aku kagumi darinya, yaitu selalu mengingat allah dimana pun dia berada dan bagaimanapun keadaannya dia selalu bersyukur dan mengingat allah. Tanganku mengelus rambutnya . Ini adalah momen pertama sehha tidak menggunakan hijab di tempat umum. Mungkin karena hijabnya sudah kotor ? Atau tidak diperbolehkan oleh dokter. Beberapa menit berlalu dengan derasnya air mata ku. Sehha pun tersenyum ke arahku dengan memperlihatkan gigi gingsulnya. Manis sekali. Akupun membalas senyumanya. Kini kuhapus air mataku. Aku malu , karena mungkin aku terlalu cengeng untuk setiap keadaan.

Najwa pun ikut meneteskan air matanya. Mungkin dia merasakan kesedihan yang sama sepertiku. Tetapi tubuhnya hanya terpaku di sampingku. Diam dan tak berkutik. Seketika aku teringat kepada lelaki yang menelponku tadi. Siapa kah dia? Biar waktu yang menjawab. Sekarang aku hanya fokus pada sehha.

"Aku ingin tau siapa yang menolong kamu seh. Tapi lupakan saja . Nanti saja kamu ceritakan semuanya sehha. Yang terpenting aku senang menemui mu.

🐟 🐟🐙🐙🐙🐙🐙🐙🐻

Allhamdulilah ukhty ,akhy aku udah upload lagi. Pasti pada kepo ya dengan lelaki misterius itu?..😄😄😄😄tenang tenang. Semua pasti terungkap. Sabar aja ya. Dan jangan bosen bosen baca. Karena semakin banyak baca semakin banyak ilmu 😝😋😋

Author dah lelah ..😰😰😰 demi kalian readers tercinta. Maksih dah baca

Nurul Izatti #GrasindoStoryIncTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang