3. Bang Edgar, Free

217K 21.3K 1.2K
                                    

Caca sedang asyik bermain laptop, memasukkan beberapa foto Edgar untuk menjadi koleksi di folder yang diberi nama My_Ed tidak lupa dengan tanda hati di belakang nama itu.

Teman-teman yang melihat kelakuan Caca mendengus sebal. Dinda yang duduk di samping Caca menyikut lengannya pelan.

Caca menggeram gemas. "Apaan sih, Din, mau numpang Wi-Fi lagi?"

Dinda cengengesan, lalu menaik-naikkan kedua alisnya. Tentu saja, lumayan kan dapat Wi-Fi gratis, kapan lagi dia bisa bersenang-senang dengan puas menikmati wajah idolanya jika bukan di saat seperti ini.

Caca memutarkan kedua bola matanya malas, paham akan kode yang diberikan Dinda. Dengan malas dia membagi Wi-Fi dengan Dinda yang kini memasang wajah semringah.

"Ca, mau sampai kapan lo simpen foto Kak Edgar? Kayaknya laptop lo juga udah muak banget nampung foto tuh cowok," sindir Eka yang tiba-tiba berdiri di belakang Caca.

Caca mendelik malas. "Gak akan, justru laptop gue bahagia tiap hari dijejelin foto cogan."

Eka berdecih sinis. "Sayangnya kalo si cogan itu tahu fotonya disimpen sebanyak itu, dia pasti merinding."

Caca mendongak, dahinya mengerut heran. "Serem kenapa? Gue kan cuma simpen foto Bang Ed, bukan foto setan, Eka."

"Nah itu dia, karena banyaknya foto dia, lo nyeremin, Ca. Udah kayak psyco yang ngejar targetnya," lanjut Eka.

Caca berdecak kesal. "Gue emang lagi ngejar Bang Ed, buat jadiin dia pacar gue, kalo bisa jadi imam gue dan anak-anak gue."

"Ngawur lo! Inget sekolah woi!" sembur Dinda yang baru saja menyelesaikan tontonannya.

Caca mendelik ke arah Dinda. "Nyaut aja, udah Wi-Fi-nya?"

Dinda cengengesan. "Udah, makasih, baby Caca."

"Tsk! Baik kalau ada maunya doang," sindir Caca.

Dinda terkekeh. "Jangan gitu dong, Ca, lo kan baik. Siapa tahu dengan sikap lo yang baik gini, Bang Ed suka sama lo," godanya.

Apa pun yang menyangkut Edgar akan membuat Caca sangat bahagia. Meski yang Dinda ucapkan omong kosong, untuk Caca yang itu serius. Entah bodoh atau memang sudah dibutakan oleh cinta, Caca yakin Edgar akan menyukainya.

"Serius, Din?" tanya Caca, berbinar.

Dinda mengangguk mengiyakan, sementara Eka berdecak jengah. Beranjak pergi menuju tempat duduknya. "Lo boleh berharap, tapi jangan ketinggian. Kenapa? Soalnya jatuhnya itu sakit, Ca," ujar Eka mengingatkan.

Caca merengut, ucapan Eka berhasil mengenai ulu hatinya. Menghantamnya begitu keras sampai dia sadar bahwa yang dia lakukan masih belum bisa membuat Edgar menyukainya. Terlebih ada kehadiran Alisa yang masih berstatus sebagai pacar Edgar sampai sekarang.

Ck! Tapi bukan Caca jika menyerah begitu saja. Caca akan terus maju sampai Edgar mau melihat dirinya.

"Lo tahu pepatah gak, Ka?" tanya Caca.

Eka mengerutkan alisnya, lalu mengedikkan bahu. Sementara Dinda yang juga mendengar obrolan itu tampak serius mendengarkan.

"Kejarlah mimpi setinggi langit, sekalipun lo jatuh dan terhempas, lo masih bisa bangkit dan terus mengejar mimpi lo," ucapnya, ngasal.

Eka gemas, langsung menjitak kepala Caca. "Ini beda oneng, kalo mimpi lo buat ngejar cita-cita sih boleh. Ini ngejar cowok, inget, Ca, lo itu cewek, tahu!"

"Lah? Emang siapa yang bilang gue cowok, Eka," ujar Caca terus membela diri.

Eka mendesah pasrah, memijat pelipisnya yang berdenyut "Terserah lo deh, sekalian aja kalian berdua halu berjamaah."

Bukan Stalker [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang