9. Coba Nikmatin Hidup

211K 22.8K 1.9K
                                    

Caca benar-benar ikut dengan Budi ke salon. Tempat di mana dia sering kali menghabiskan waktu luang bersama cowok kemayu yang sekarang sedang ikut perawatan bersamanya.

Meski begitu, hati Caca tidak merasa nyaman. Bukan karena pijatan di rambutnya yang sedang dibilas tidak enak. Tapi karena hatinya yang terus saja menuju dan mengarah kepada cowok yang tidak mungkin mengingat dirinya.

Tiga bulan ini Caca pergi ke Cafe. Mengganggu Edgar, mengambil foto Edgar secara diam-diam. Berbicara dengan Edgar meski sering kali Edgar mendiamkannya.

Caca menghela napas, menatap layar ponsel. Foto Edgar masih setia menjadi wallpaper ponselnya. Caca memang sedang dalam tahap move on, tapi hatinya tidak bisa berbohong untuk mengatakan jika dia bisa melupakan sosok Edgar.

Budi yang ada di samping Caca mengerutkan kening, melirik sekilas ke arah ponsel Caca. Cowok kemayu itu mendesah malas.

"Katanya mau move on, tapi masih aja lihat foto gebetan," sindir Budi.

Caca mendongak, buru-buru menyembunyikan ponselnya. "Main ngintip aja lo, dosa tahu!"

"Gak dosa kalo buat nyadarin temen yang katanya mau move on," balas Budi.

Caca merengut, ucapan Budi lagi-lagi membuat Caca tidak bisa berkata-kata. Memang benar, tapi mau bagaimana lagi jika pada kenyataannya move on itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Bud."

Budi yang sedang menikmati pijatan di kepalanya berdehem menjawab panggilan Caca. "Hm?"

Caca diam sebentar, lalu menarik napas pelan. "Gue bisa move on gak ya dari Bang Ed?"

Budi mendengus malas. "Kalo lo niat buat move on, lo pasti bisa. Move on itu jangan setengah-setengah, Ca, kalo lo sanggup lo jalanin aja kayak air. Jangan dipaksa buat langsung lupain, karena gak akan berhasil. Yang ada lo makin gak bisa lupain dia."

Caca lagi-lagi diam mendengar penjelasan Budi, menoleh sebentar. "Lo gini juga, buat lupain Sasa?"

Ah, ingatkan cerita yang membuat kelas IPA 7 berdebat saat itu. Budi mencintai Sasa, cewek yang sampai sekarang masih terus tidak bisa bersahabat dengan mereka.

Budi mengedikkan bahu. "Gue gak lupain Sasa kok. Karena sampe sekarang, gue masih suka sama dia. Hanya sekedar suka, karena gue tahu gak akan bisa jadiin dia milik gue. Jadi gue cukup tahu diri aja, biarin semua mengalir kayak air."

Caca mengangguk. "Kok nasib kita gini banget ya, Bud," ujarnya miris.

Budi tersenyum kecil. "Kita yang buat nasib kita jadi gini, Ca. Makanya, mulai sekarang lo coba nikmatin hidup. Jangan ngejar hal yang gak pasti dan buat hati lo luka cuma karena cinta."

Caca mendesah panjang. "Tapi semuanya gak mudah, Bud. Karena pada kenyataannya gue udah terlanjur hanyut dan kasih cinta gue buat Bang Ed."

Budi yang baru saja menyelesaikan perawatannya bangkit berdiri. "Lo yang buat semuanya jadi gak mudah, Ca. Coba deh lo cari kesibukan lain selain mikirin Bang Edgar, gue yakin semuanya bakal lebih mudah."

Caca mendengus pelan. "Ini gue cari kesibukan main ke salon, tapi tetep aja bayangan Bang Ed hantuin gue."

Budi memutarkan kedua bola matanya sebal. "Baru juga sehari, mana bisa langsung lupa."

Caca bangkit, membereskan penampilannya setelah menyelesaikan perawatan yang lumayan membuat tubuhnya rileks.

Budi menunggu Caca, setelah yakin temannya itu selesai. Budi langsung menyeret dan menggandeng Caca untuk pergi dari sana.

Bukan Stalker [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang