(١٧) Jangan Terpuruk

829 61 24
                                    

Nayra syok, semuapun bingung dengan apa yang dilakukan Nayra. Nayra hanya mematung sekarang ditempatnya berdiri. Wulan membantu menyadarkan Nayra dan lamunannya. Yusuf dan Rayhan hanya menatap mereka berdua seakan tidak tahu apa-apa.

"Nay? Nayra? Sadar Nay!!!" jerit Wulan.

"Astaghfirullahaladzim!" Jerit Nayra ketika sadar dari lamunanannya.

"Nay? Bu Hanna mana? Tadi yang nelpon kamu siapa?" tanya Wulan mulai khawatir.

-Tidak ada jawaban

Nayra langsung memeluk sahabatnya erat sekali, sambil meneteskan air matanya. Nayra menangis dengan suara yang lirih. Matanya digenangi oleh air mata yang jernih itu. Wulan yang Melihat Nayra berada di pelukannya langsung menepuk punggung Nayra walau Wulan tidak tahu kenapa Nayra menangis.

"Nay? Kamu nggak papa kan?" Tanya Wulan khawatir.

"Nggak papa," jawaban singkat Nayra membuat Wulan semakin penasaran. Wulan hanya menuntun Nayra ke bangku di dekat taman.

Tiba-tiba, Yusuf dan Rayhan mendekati Wulan.

"Biarin Nayra dulu aja Lan, mungkin kalo udah tenang, dia bisa cerita," kata Yusuf.

"Iya kalik ya... In Syaa Allah nggak ada kabar buruk," jawab Wulan.

***

Sementara Nayra mulai tenang, Wulan khawatir dengan keadaan Nayra. Wajah Nayra terlihat pucat, bibirnya biru. Mungkin karena Nayra belum sarapan pagi.

"Nay? Kamu beneran nggak papa?" tanya Wulan.

Bukannya menjawab, Nayra langsung memeluk Wulan dengan erat. Nayra menangis kembali. Dari dalam hatinya, Nayra seperti mati dua kali, semenjak Ayahnya meninggal, Nayra berusaha menutupi kesedihannua dengan senyuman tulus. Namun, ternyata yang dirasakan Nayra adalah sakit, sakit sekali...

"Nay? Ceritalah sama aku, apa yang kamu denger tadi... Lombanya terus gimana? Kenapa Bu Hanna belum dateng?" pertanyaan yang Wulan lontarkan membuat Nayra ingin berteriak, ingin rasanya Nayra menangis dan berteriak seketika itu. "Aku nggak papa kok, tapi Lan, aku mau cerita soal yang aku denger tadi," kata Nayra menatap dalam Wulan.

"Apa Nay? Kayaknya serius amat," kata Wulan.

"Sebenernya, Bu Hanna... Bu Hanna... Bu Hanna Lan," jawab Nayra sambil memeluk kembali Wulan seraya mengatakan,"Bu Hanna meninggal Lan".

"Innalillahi wainailaihi roji'un!!! Astaghfirullah!!" seru Wulan sambil menangis keras di Lobby hotel. Sampai seluruh pengunjung di hotel tersebut menatap Wulan dengan heran.

Wulan menangis tersedu-sedu di hadapan semua orang. Nayra hanya membantu Wulan untuk berdiri, tapi urung saat Wulan langsung berlari menuju keluar hotel sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Ya Allah, kenapa kau mengambilnya secepat ini ya Allah," keluhan Wulan seraya duduk di dekat air mancur.

"Allah SWT itu maha adil Lan, In Syaa Allah Bu Hanna tenang di sisinya," ungkapkan Nayra dengan lembut.

"Tapi nggak gini juga Nay, Allah nguji kita seberat ini. Aku nggak kuat," keluhan Wulan lagi.

"Yang sabar aja Lan, Allah nggak akan kasih kita ujian dan cobaan yang melebihi batas kemampuan hambanya. Inget Lan, Allah itu Maha segalanya, Allah SWT itu sayang sama Bu Hanna. Jadi, kita berpikir positif aja kalo Allah SWT memanggilnya karena Allah lebih sayang sama Bu Hanna," Kata Nayra menasehati.

"Kematian seorang hamba sudah ditakdirkan oleh Allah Ta'ala. Tidak ada manusia yang bisa mempengaruhi datangnya kematian. Datangnya kematian merupakan awal kehidupan abadi bagi orang yang meninggal dan ujian bagi orang yang ditinggalkan khususnya dari keluarga dan kerabat.

Your Dream and My Dream (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang