Chapter 12: Sehari Sebelum Semua Memburuk

3.4K 490 59
                                    

So glad bs lanjut ini lagi. Hmm ngetik ini tuh apa ya, bkin seneng sekaligus kesel. Bete aja kalo lg lancar ga ada waktu, kesel nya pas lg luang malah mandek 🤣

Thx untuk kalian yg msh mau baca. This is for you guys.

Enjoy ^^

***

Pagi hari yang tenang tidak terasa menenangkan buat Hermione. Setelah kemenangan tim Gryffindor kemarin, Hermione merasa bahwa rasa dendam Harry dan Ron pada Draco jadi semakin berlarut-larut. Semalam suntuk ia tidak bisa terlelap, malah tenggelam dalam lamunan panjang dan daftar kemungkinan terburuk yang tersusun di kepalanya.

Suara-suara berisik dari Common Room memberi tahu Hermione lagi-lagi si Head Boy, partner Ketua Muridnya sedang menyalah gunakan ruangan ini.

Sudahlah, Hermione tidak sedang ingin mempermasalahkannya hari ini.

“Kenapa sih kau lama benar, Blaise?” gerutuan Draco yang menyambut Hermione ketika dia melangkah ke Common Room.

“Ya ampun, memangnya masih ada pergantian rencana? Kau terlalu khawatir, Drake.” Si pemuda hitam itu juga balas menggerutu sambil menguap.

“Tidak ada, tapi kita tetap harus membicarakan taktik kita!”

“Tidak usah marah! Seharusnya aku yang mengamuk karena kau membangunkanku dengan tidak manusiawi. Ini masih pukul enam!”

Draco sudah mempersiapkan pidato panjangnya tentang bagaimana mereka harus memastikan kemenangan mereka untuk melawan Harry dan Ron di final, tapi dia langsung membungkam mulutnya ketika Hermione yang persis zombie lengkap dengan kantung matanya berjalan melewati mereka.

“Oh, waw, ada yang lebih sengsara lagi disini, mate.” Davies menyikut pelan rusuk Blaise saat Hermione melangkah tanpa suara ke pantry.

Draco berdiri da menyingkir sejenak dari lantai yang berantakan. Dia berlari kecil dan menyusul Hermione ke pantry. Disana gadis itu sudah sibuk mengayunkan tongkat dan membuat secangkir cokelat hangat.

“Granger?” panggil Draco hati-hati.

“Ya, Malfoy?” jawab Hermione lemah.

“Jangan menunjukkan diri di tribune hari ini.” Larang Draco.

“Kenapa?” tanya Hermione masih tidak bersemangat. Nyawanya seperti tersedot ke dalam lubang hitam dan sudah menghilang entah kemana. Embusan angin dingin mulai bertiup, merembes masuk lewat sela-sela kaca menara yang sudah bergemeletuk kecil. Udara pagi yang menyegarkan, yang sayangnya tidak bisa menyegarkan otak Hermione. Giginya mengeluarkan suara gemeletuk yang keras.

“Kau tidak terlihat sehat. Nanti kau pingsan di tribune dan membuat repot semua orang termasuk aku.”

Hermione kira, pemuda pirang di hadapannya itu akan mengucapkan sesuatu seperti ‘muncullah besok, dan lihatlah aku menghancurkan dua teman pecundangmu itu’ tapi ternyata bukan. Malah dia merasa lucu, kenapa pula Draco Malfoy harus merasa repot jika dirinya tak sadarkan diri.

Hermione memperhatikan sweater rajutnya yang mulai usang. Jalinan benang nya sudah mengendur, menyisakan banyak lubang untuk dilalui udara dingin. Musim dingin memang nyaris berlalu, tapi musim semi belum benar-benar menggantikan udara menusuk di awal tahun.

“Pakailah punyaku ini, Granger.” Sebuah swetaer abu-abu diberikan padanya, tapi Hermione bergeming, malah melemparkan tatapan bingung pada Draco.

“Aih, sialan, itu tidak terdengar seperti aku. Baiklah, begini, ini pakailah, err aku sudah ingin membuangnya, dan anggap saja kau menampung sampahku. Aduh, sudah ya, aku pergi dulu.”

Dramione-MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang