Ini dia chapter 14 yang sudah ditunggu-tunggu. selamat membaca ya ^^
***
Melihat Hermione yang begitu menyedihkan, Daphne menyikut Blaise yang sedang makan. "Menyedihkan sekali dia." Komentar gadis itu sambil menghela nafas.
Blaise mengangkat alisnya sejenak. "Wow. Sejak kapan kau mengasihani Gryffindor? Kukira kau membencinya Daph?" tanya Blaise.
"Well, tidak benci sih. Hanya sedikit tidak menyukainya. Tapi setelah kita bekerja bersama-sama kemarin, yah kurasa dia tidak buruk juga. Sebentar ya." Tanpa diduga, Daphne melesat menuju ke meja Gryfindor, berhenti tepat dihadapan Hermione yang memiliki aura suram disekelilingnya.
Kejadian langka itu tentu saja menarik perhatian hampir semua orang. Hermione yang sudah tak bertenaga hanya menatap malas. "Kalau ingin bertengkar, nanti saja ya. Aku lelah." Ujar Hermione pelan. Daphne berkacak pinggang menerima respon itu.
"Tentu saja lelah. Itu bukan karena kelebihan kerja, tapi karena tidak punya teman. Ayo sini. Untuk hari ini saja kuijinkan orang rendahan duduk di meja kebesaran asramaku." Daphne menarik dan menyeret Hermione, mendudukkannya diantaranya dan Blaise.
Keadaan seketika hening. Tetapi tak lama kemudian semua kembali makan dengan normal, sambil berbisik-bisik kecil pada orang disamping mereka.
"Kau terlihat buruk." Ucap Anthony yang duduk diseberang Daphne.
"Dia mencemaskan Malfoy, sayang. Wajar sajakan..." Serafina yang juga mampir ke meja Slytherin berkomentar.
"Untuk apa juga, tidak penting!" sahut Hermione marah. Tapi beberapa dari mereka bisa menangkap rona merah dipipinya.
"Santai saja, dia itukan orang jahat, tidak akan mati semudah itu." Gurau Blaise.
Hermione tertawa kecil mendengarnya. "Benar juga. Si cowok brengsek itu akan hidup puluhan tahun lagi, sambil merusak suasana hati banyak orang."
"Dan bersemayam dihati para gadis. Ahh..." Hermione memutar bola matanya mendengar komentar Daphne.
"Menjijikan." Cibir Mione.
"Ini, makanlah. Semoga kau tidak mati ya. Fyi, ada racunnya." Seringai Theo seraya menyerahkan semangkuk makanan kedepan Hermione.
"Thanks, tapi aku tidak sebodoh itu sampai percaya kau berani melakukannya, Pengecut."
Theo berdiri, menggebrak meja dengan emosi, membuat keadaan semakin hening.
Tak lama, tawa Hermione, Blaise, Daphne, Anthony, Serafina, dan juga Crabbe dan Goyle pecah.
"Kalian mempermainkanku ya, dasar!" sungutnya.
"Theo merajuk! Seperti gadis saja." Tawa Blaise kembali membahana.
"Aduh! Sekarang dia merona. Jangan tersipu-sipu, sayang." Ejek Dahpne tambah gencar.
"Aku tidak sedang tersipu-sipu. Ini karena aku marah!!!!"
Semua kompak tertawa lagi, menghiraukan ratusan pasang mata yang sedikit takjub melihat kebersamaan mereka.
Sementara itu disisi lain Great Hall, Ginny tersenyum lega. Setidaknya Hermione masih memiliki teman-teman Draco disampingnya. Ginny menghela nafas melihat Harry dan Ron yang kembali mengepalkan tangan sambil menyendok makanan.
'Dasar bodoh. Kapan kalian akan sadar kalau kalian hanya cemburu karena Mione memiliki kawan baru? Lagipula kenapa semuanya tidak berteman saja sih?' Dia merasa, kalau lama-lama Hermione bisa saja tidak memperdulikan mereka lagi.
"Dia itu ketua murid ya? Kenapa dia pergi ke meja asrama lain?" tanya si murid pindahan pada orang-orang yang berada di meja Gryffindor.
"Oh, iya dia ketua murid kita. Ada satu lagi, dari Slytherin, tapi sedang sakit, jadi kau belum bisa melihatnya." Ginny yang berinisiatif untuk menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramione-Magic
FanfictionMalfoy sudah terselamatkan dari ancaman mendekam di Azkaban. Hermione pikir, pemuda angkuh itu akan sedikit menjaga sikap, minimal tidak lagi mencari masalah dengannya dan sahabat-sahabatnya. Sialan, buang saja harapan itu ke laut! Dia masih memangg...