Chapter 13: Singa vs Ular

4.2K 525 97
                                    

Ini dia lanjutannya. Maaf ya krn lama luar biasa. Makasih yg masih simpen di library ^^

Happy reading...

***

Satu belokan terakhir dan hantaman Bludger dari belakang menghentikan semuanya. Semua berakhir dengan sesosok pemuda yang terjun bebas bersama dengan sapunya. Semua orang yang berada di tribune langsung panik. Para pemain menerbangkan sapunya mendekat kearahnya, ingin mengecek kondisi pemuda itu. Dan hal terakhir yang Hermione lihat sesaat sebelum dia sadar adalah surai pirang platina yang mulai tertutupi warna merah darah.

“Malfoy... Malf-Bangun! Bangun! Jangan becanda bodoh! Ini sungguh tidak lucu jadi bangunlah!”

“...bangunlah!!”

Guncangan terakhir itu akhirnya bisa juga membangunkan Hermione dari tidurnya.

“Malfoy!” seru Hermione lemah. Tubuhnya penuh dengan peluh dan bibirnya terasa kering. Ternyata ketakutan dalam mimpi sungguh sangat menyiksa. Sudah lama sejak Hermione memimpikan seseorang celaka. Rasanya semenyiksa yang dia ingat.

“Kau meringkik dalam tidurmu. Keras, seperti kuda sampai-sampai aku bisa mendengarnya saat melewati kamarmu. Kenapa?” Draco terlihat sudah segar dalam balutan jubahnya, mungkin bersiap untuk menggantinya dengan seragam Quidditch.

“Mimpi buruk. Tidak penting. Pergilah, kau harusnya berada di lapangan kan? Aku juga akan bersiap.” Usir Hermione sambil keluar dari lilitan selimutnya dengan sangat tidak stabil. Sebelum berhasil melangkah tubuhnya sudah limbung ke samping.

“Whoaa! Santai Granger. Kalau kau begini sepertinya kau akan berakhir memecahkan kepalamu sendiri di kamar mandi.” Draco menangkap tubuh Hermione sedetik sebelum tubuhnya jatuh ke bawah.

“Baiklah, baiklah. Aku hanya sedikit terburu-buru. Tidak mau ketinggalan pertandingannya, kau tahu."

Draco menggeleng. “Kusarankan kau tidak usah mandi sekalian, Granger.”

“Kau gila?!”

“Memangnya kenapa? Inikan musim dingin. Kau bahkan tidak akan berkeringat. Jadi tidak akan berbau. Toh kau tidak kelihatan cukup sehat buat mandi.”

Setelah memastikan Hermione bisa berdiri dengan stabil, Draco melenggang keluar dari kamar Hermione. Karena waktu yang semakin sedikit, Hermione memutuskan untuk langsung menyambar seragam musim dinginnya saja.

Setengah berlari Hermione keluar dari dormnya lalu berlari seperti orang sinting menuju ke lapangan. Di bawah sana kedua tim sudah berdiri di pinggir lapangan, masing-masing kapten memulai pidato singkat mereka, dan mereview ulang lagi strategi yang akan mereka pakai.

Karena datang belakangan, Hermione hanya pasrah saja mendapat tempat di bagian belakang tribune, duduk dengan sederetan murid tahun keenam yang kelewat antusias menyaksikan Slytherin di hancurkan oleh Gryffindor.

“Para kapten berjabat tangan.” Perintah Madam Hooch dan Harry maupun Draco melakukannya dengan tenaga yang lebih banyak dari yang seharusnya. Jabat tangan yang berubah jadi ajang saling meremukkan tulang.

“Naiki sapu kalian dan permainan di mulai dalam 3...2...” Madam Hooch menempatkan pluit di mulutnya, lalu satu tiupan panjang dan keras membuat keempat belas pemain melesat ke atas bersamaan dengan di lepasnya bola-bola.

Tim Gryffindor mengalami disorientasi ketika melihat satu-satunya pemain perempuan di tim Slytherin, Samantha Simpleton dari tahun ketiga mulai melesat ke samping, membiarkan Draco mengambil tempat Blaise sebagai Centre Chaser.

“Dan di sana Kapten Slytherin mulai menggiring Quafflennya menuju ke gawang para singa, Hei, jangan melamun kawan!” Seruan Jordan membuat Dean, Ginny, dan Jack tersadar dan mulai terbang berbalik arah.

Dramione-MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang