PAINKILLER - A GIFT PART (2)

322 45 4
                                    

Syuting telah berakhir. Beberapa host dan bintang tamu meninggalkan tempat syuting. Begitu juga, dengan Joy dan member BTOB. Joy baru saja akan pergi, jika suara Sungjae tidak menghentikannya.

"Lama tidak jumpa, Sooyoung-ah."

Joy mematung mendengar Sungjae memanggilnya. Nada suaranya tidak berubah, masih sama seperti dulu. Sungjae mengibaskan tangannya didepan muka Joy.

"Apa kau sakit, Sooyoung-ah?"

Joy tergagap sadar. Ia melihat Sungjae datar, melupakan sapaan juga pertanyaan Sungjae tadi. Padahal tadi saat syuting, ia bisa bersikap biasa saja pada Sungjae.

"Sooyoung-ah," ucap Sungjae untuk ke sekian kalinya.

"Aku tidak apa, Sungjae-ssi."

"Sungjae-ssi? Padahal tadi kau memanggilku oppa." Sungjae mencoba mencairkan suasana dingin yang tercipta.

"Tolong, jangan hubungkan antara hal pribadi dan hal kerja." ucap Joy dingin mencoba menjaga jarak.

"Aku hanya menyapamu tadi, apa itu salah?"

Ucapan Sungjae sedikit menarik perhatian staff-staff yang masih membereskan lokasi syuting. Joy menatap tajam kearah Sungjae. Joy mengepalkan kedua tangannya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Lebih baik, kita bicara di tempat lain." ucap Sungjae seakan mengerti keadaan yang terjadi.

Sungjae menarik tangan Joy, untuk mengikutinya. Joy awalnya menolak ajakan Sungjae. Namun, karena tenaga Sungjae lebih kuat, ia tidak bisa melepaskan pegangan tangannya. Mereka menaiki tangga menuju rooftop gedung.

"Lepaskan aku!"

"Lepas brengsek!"

Sungjae sama sekali tidak melepaskan pegangan tangannya pada Joy. Terserah orang akan mengatakan apa saat melihat mereka berdua bersama. Sungjae baru melepaskan pegangannya saat sampai di rooftop.

"Kau menyakitiku, brengsek!" bentak Joy sambil mengelus pergelangan tangan kanannya.

"Ada apa denganmu? Kemana Sooyoung yang ku kenal?" tanya Sungjae tidak sabaran.

"Sooyoung yang kau kenal sudah pergi. Yang ada dihadapanmu ini Joy, bukan Sooyoung. Jadi, berhenti memanggilku Sooyoung!" bentak Joy marah.

Sungjae memijat pelipisnya pelan. Joy yang dia kenal telah berubah. Keduanya sama-sama terdiam. Yang satu frustasi, yang satu lagi marah.

"Apa kau marah padaku? Kau masih marah karena tiga tahun lalu? Sooyoung itu sudah tiga tahun lalu, astaga!" tanya Sungjae tenang pada akhirnya.

"Aku marah padamu? Dalam mimpimu! Aku malah senang, karena kau tidak menghubungiku. Aku bebas!" ucap Joy dengan emosi yang meluap-luap.

"Lalu apa salahku, Sooyoung-ah? Mengapa kau menjaga jarak seperti ini." tanya Sungjae frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

"Tiga tahun lalu itu aku memang kekanakan. Tapi sekarang aku sudah jauh lebih dewasa."

"Salahmu? Kau bertanya salahmu? Salahmu itu karena kau hadir dihadapanku! Aku muak denganmu, Sungjae-ssi!"

"Maaf-"

Sungjae berusaha memegang tangan Joy lagi. Namun, ditepis dengan kasar oleh Joy. Joy menatap Sungjae dengan tajam.

"Tidak pernah ada kata maaf! Lebih baik aku pergi, semakin lama disini membuatku semakin benci melihatmu!"

"Sooyoung-"

Joy membalikkan badan dan melangkah pergi. Sungjae yang menyadari Joy meninggalkannya, segera mengejar Joy. Sungjae segera memeluk Joy dari belakang. Dipeluknya Joy dengan erat. Joy terdiam mematung.

PAINKILLER [psy♡ysj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang