Chapter 9. Epilog
Dua tahun kemudian
Ranting pohon rapuh berdecit menimbulkan bunyi gaduh ketika beradu dengan bingkai jendela. Kuperhatikan dedaunannya yang malas bergerak bermandikan cahaya matahari musim panas. Udara panas kurang bersahabat menerobos paksa ke dalam apartemen ini. Membuat peluh membanjiri tubuhku. Kubiarkan alunan angin dari jendela menabrak wajahku yang sayu. Duduk memeluk lutut, melemparkan pandang pada jalanan sibuk di perkotaan London.
Dua tahun berselang setelah kegagalan pernikahanku. Membuatku terdampar di apartemen kecil ini. Aku tak bisa terus menerus berada di The Burrow, meskipun mereka dengan tangan terbuka menerimaku senang hati menjadi bagian keluarga. Namun aku tak bisa menerima raut kekecewaan Ron saat ia datang kembali. Aku tak tahu dimana ia sekarang. Ginny hanya bilang kakaknya pergi untuk bisa memahami hidup. Aku tak bisa menyalahkannya.
Menjalani hari-hariku bersama kesibukan menjadi guru telaah muggle di Hogwarts. Menjadi partner Mc. Gonagall sebagai kepala sekolah, lebih sering berbincang dengan Neville yang menjadi guru herbologi. Ia memang berbakat. Beberapa kali bertemu Luna yang kini melanjutkan jurnalistiknya pada hal-hal unik yang malah sering membuatku ternganga. Juga bertemu Ginny yang datang untuk melatih tim Quidditch Gryffindor.
Menghabiskan hari penuh tawa dan kebahagiaan ketika berada dalam kerumunan. Meyakinkan diri bahwa aku telah kembali normal. Telah mampu keluar dari bayangan masa lalu. Kemudian terdampar kembali dalam lautan kesedihan ketika tak ada seorang pun di sekitar.
Kukumpulkan kembali pecahan masa lalu. Merajut kembali potongan kenangan yang berserakan tak tentu. Jangan tanya bagaimana pemuda itu. Draco Lucius Malfoy. Aku tak membiarkannya seperti ia yang tak mengusahakanku. Hanya dapat tertawa miris memikirkan hari-hari yang kulalui di masa lalu. Dan aku menghilang dari penglihatannya di tahun-tahun ini.
Dan sebagaimana yang ada di akhir cerita. Sebuah epilog yang dirangkai apik tulisan takdir. Sekali lagi ini bukan negeri dongeng yang meyakinkan pemeran utamanya untuk bersabar, karena -hidup bahagia selamanya- adalah ujung dari cerita. Kusadarkan diriku, ini adalah cerita kehidupan. Membiarkan masa lalu mencabikku, untuk mengingatkan bahwa sesungguhnya, kesakitan telah mengalahkan kebahagiaan. Dan kutebas habis harapanku tentangnya.
Dan waktu masih setia berlalu. Menemaniku berjalan di atas tali takdir. Hingga musim berganti. Bulan beranjak menuju tahun. Memainkan alunan menyayat hati saat kutahu Astoria Greengrass akan menikah. Saat aku putuskan untuk datang di musim gugur ini. Datang untuk melihat wanita cantik nan anggun yang kini dibalut gaun putih panjang yang sangat indah.
Aku hampir menangis saat kini, giliranku yang menyematkan tiara mungil di kepalanya. Mengecup pipinya sebagai tanda suka cita. Mengisyaratkan padanya bahwa aku turut berbahagia. Melihat pengantin cantik yang kini kupeluk. Melambungkan kembali ingatanku beberapa tahun lalu. Saat ia lakukan hal yang sama di hari itu.
Kutepuk bahunya pelan. Hubungan kami memang membaik, karena ia sering mengunjungi Hogwarts, sehingga kami lebih sering bertemu dan membicarakan banyak hal. Ia gadis baik dan ramah. Aku menyesal tak mengenalnya sejak dulu. Ketika ia menceritakan tentang Narcissa. Astoria yang menjaganya saat Draco tak ada. Atau mungkin saat Draco malah tertidur memelukku. Miris mengingatnya. Gadis ini menantu yang diidamkan.
Dan kini melihatnya berjalan menuju altar seraya menggenggam buket bunga. Menebar senyuman paling indah yang dimiliki pengantin. Aku tebar bunga mengiringi langkahnya. Ia yang memintaku menjadi pengiring pengantin.
Aroma lavender menguar dengan jelas di ruangan ini. Dengan tatanan indah bunga-bunga yang ada di setiap sudut ruangan. Kain putih dan hazel ditata membalut ruangan ini dengan apik.
KAMU SEDANG MEMBACA
APPLES (DRAMIONE)
Fanfic(COMPLETE). DRAMIONE by Diloxy: Gelang bertuliskan 'gangguan mental' melingkar di pergelangan tangannya. Tatapan kosong. Hidup di ambang kematian. Dengan luka-luka berat bekas peperangan. Dengan luka lama akibat benda bulat berwarna merah mengkilap...