Jangan lupa vote dan komennya.
Slow update ya🍃🍃🍃🍃🍃
Hari ini akan diadakan kegiatan perserikatan istri tentara atau biasa disebut Persit. Sebagai istri dari salah satu Danton di Batalyon itu, dia harus sedia mengikutinya. Acara dimulai dengan gerak jalan dan dilanjutkan lomba-lomba yang lain. Semakin siang semakin ramai dan meriah. Ditengan acara ada bayi sekitar 7 bulan yang menangis, sebagai seorang perempuan naluri keibuaannya keluar."Adeknya kenapa Bu Rudi?" Tanya Dinda pada salah satu istri anggota suaminya.
"Nggak tahu ini Bu Danton. Sudah saya kasih ASI nggak mau, dikasih sufor juga nggak mau. Saya jadi bingung sendiri." Jelas Bu Rudi pada Dinda.
"Boleh saya gendong?" Seru. Melihat anak cowok berpipi gembil menginginkannya untuk mengendongnya.
"Boleh bu Danton. Monggo." Bu Rudi mengarahkan anaknya pada Dinda."Bismillah jangan tambah nangis ya dek. Ikut tante bentar." Dinda mengambil alih untuk menggendong anak itu.
"Cup cup sayang. Jangan nangis lagi ya." Seru Dinda sambil mengisap punggung bayi itu. Tak berapa lama adek bayinya tenang dan berhenti mengis. Dan tanpa disadarinya matanya mulai terpejam dedikit-dikit.
"Wah. Bu Danton hebat ya. Saya dari tadi kewalahan loh nenangin Faiz." Bu Rudi memujinya.
"Bisa saja bu Rudi. Mungkin dek Faiz sudah capek nangis jadi cepet bobok dalam pelukan saya." Jeda sesaat sambil mereka melihat permainan dilapangan.
"Eh tapi kok saya kayaknya dapet upah dari dek Faiz yah." Dinda merasakan ada hangat-hangat dibagian perut Dinda. Ia lalu melihat kearah perut dan ada bekas air disana.
"Ya Allah. Maaf bu Firza, pempersnya penuh ini jadi meleber. Haduuh.. jadi nggak enak saya." Sahut bu Rudi setelah mengetahui apa yang terjadi.
"Haha..nggak apa Bu. Nantikan bisa dicuti." Jawab Dinda santai.
"Mana saya ganti gendong Bu. Kebetulan saya nggak sholat." Bu Ridiengambil Faiz kembali dalam gendongannya, bermaksud untuk mengganti pempers anaknya. Lalu permisi meninggalkan Dinda.
Tak lama pengumuman untuk ishoma atau istirahat, sholat dan makan. Dinda memcari sekitar lapangan untuk mengetahui keberadaan suaminya.
"Bu Firza cari pak Danton?" Sapa seseorang dari arah belakang.
"Oh nggak Bu Wawan. Saya cuma lihat-lihat keadaan saja." Dustanya pada Bu Wawan. Sebenarnya dia malu mau bertanya pada yang lain.
"Orang nyari juga nggak apa-apa kok Bu. Kan sudah halal." Goda Bu wawan pada Dinda. Iapun hanya tersenyum menanggapi istri anggota suaminya itu.
"Ayo dek, sholat dulu ke musholla." Suara itu datang dari arah belakangnya membuat Dinda sedikit terkejut.
"Ini jatah makan Pak Danton dan Ibu. Monggo kita makan sama-sama." Bu Wayan memberikan dua kotak jatah makan pada Firza dan Dinda.
"Oh makasih Bu Wayan. Saya sholat dulu saja makannya agak nanti." Jawab Donda dengan sopan yang diikuti anggukan oleh Firza.
"Silahkan kalau begitu." Setelah itu Bu Wayan ijin untuk menyusul suaminya.
"Mas.. emm Dinda..." sebelum selesai melanjutkan ucapannya ada yang datang kearah mereka.
"Maaf pak Danton. Tadi bu Danton gendong anak saya dan kebetulan pempersnya bocor. Jadi baju Bu Danton basah kena ompol deh." Bu Rudi menjelaskan.
"Oh nggak apa Bu Rudi. Pantesan dari tadi diem saja saya ajak ke musholla. Doakan kami biar segera punya momongan." Sahut Firza. Dinda hanya tersenyum dan menundukkan wajahnya.
"Semoga segera ya pak dan Bu Danton." Bu Wawan ikut bersuara.
"Amin.."
"Ya sudah. Aku cari kendaraan dulu buat pulang ya dek. Lumayan kalau jalan kaki ini." Dan hanya dijawab Dinda dengan anggukan. Firza pamit cari kendaraan buat mengantarkan mereka sampai kerumah. Tak lama datang kearah istrinya setelah mendapatkan yang dicarinya.
"Ayo dek naik!" Seru Firza setelah sampai didekat istrinya.
"Na-naik ini mas?" Dinda tak yakin dengan yang dibawa suaminya. Sebuah sepeda dengan kedua bannya yang sedikit lebih besar dari sepeda pada umumnya.
"Iya. Ayo naik!" Ucap Firza mantap. Ini kesempatan untuknya supaya lebih dekat dengan istrinya.
"Serius Mas?" Ia meyakinkan ajakan suaminya.
"Sepuluh rius malah. Ayo! Cari motor jauh parkirnya dan adanya cuma ini." Jawab Firza dengan senyumannya. Tanpa banyak kata lagi, Dinda mau tidak mau menuruti keinginan suaminya.
Dinda naik didepan Firza, mereka tampak mesra dengan posisinya.
"Cuit..cuit. ehemm. Danton hati-hati ya, konsentrasi kejalan jalan jangan fokus ke Bu Danton."
"Bu Danton pegangan yang kenceng ya. Jangan lupa kasih hadiah sampai rumah nanti."
"Wah aku kok jadi pengen ya."
Dan masih banyak lagi suara-suara godaan dari para anggotanya."Jangan didengerin. Palingan juga Akbar provokatornya." Seru Firza pada Dinda yang tepat ditelinganya. Jarak mereka sangat dekat dan sangan intent. Dinda tidak berani memalingkan wajahnya kebelakang takut jika langsung mencium Firza. Meskipun itu tidak masalah.
Setelah selesai sholat dan sekalian makan siang yang tadi dibawa dari lapangan, mereka berdua kembali dengan keadaan yang seperti tadi. Dan kegiatan hari otu dilakukan sampai pukul 4 sore.
"Nggak usah masak dek, kita makan diluar saja." Ucap Firza yang melihat Dinda meneliti isi kulkasnya.
"Ya sudah. Mas Firza mandi dulu nanti gantian aku." Jawabnya yang menutup kulkas lalu bejalan mengambil handuk untuk suaminya.
"Oke." Jawab singkat Firza dan berjalan masuk kekamar mandi. Tak bituh waktu lama, 20 menit cukup untuk ritualnya dikamar mandi. Firza keluar hanya berbalitkan handuk dari pinggul kebawah sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.
Melihat pemandangan didepannya, Dinda terpesona.Tak bisa dipungkiri bahwa suaminya ini tampan, otot tubuh yang sangat proposonal membuat kaum hawa mengidolakannya. Ingin rasanya ia menyentuh tubuh itu, tetapi gengsi yang mengalahkannya.
"Dek.. dek Dinda!" Suara Firza memanggil.
"Eh iya mas!" Dinda tersadar kedunia nyatanya.
"Kok bengong. Aku seksi ka?" Firza menaik turunkan kedua alisnya sambil tersenyum jail pada istrinya.
"Eh.. apaan sih. Sana cepet ganti baju! Nanti masuk angin, bikin repot saja!" Sahutnya yang langsung berjalan kedalam kamar mandi. Wajahnya sudah berubah warna menjadi kemerahan karena menahan malu ketahuan mengagumi ketampanan suaminya.
Melihat istrinya yang salah tingkah membuat Firza semakin gemas. Sering kali dengan sengaja memancing istrinya agak kesal dengannya. Sikap jutek dan kecerewetan Dinda sudah menjadi santapannya setiap hari. Bahkan selalu ia rindukan.
🍃🍃🍃🍃🍃
Jangan lupa vote dan komennya.
Karanganyar 25 april 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Itu Akan Datang
Romancepertemuan yang tidak mengesankan bahkan menyebalkan. Dan pada akhirnya mereka disatukan karena perjidohan. akankah mereka akan saling mencintai?