Oleh: Anik Norafni
Maaf jika masih banyak typo.
Happy reading 😊Jangan vote dan komennya ya
~~~~~♡♡♡~~~~~
Setelah kepergian Dinda dan Akbar, Budi dan pria yang dipanggil danton itu memesan makanan dan duduk satu meja. Sambil menikmati makan siang merekapun ngobrol.
"Bud pria itu.
"Siap Dan, kenal. Dia itu cewek yang paling misterius di SMA. Maksud saya misterius itu belum pernah denger dan lihat Dinda itu pacaran. Banyakyang deketin tapi semua ditolak. Tersuk saya. Hehehe..." jawab Budi sambil tertawa diakhir ceritanya.
"Oh." Pria itu hanya menanggapinya dengan ber-oh ria.
"Dinda sudah punya pacar belum ya. Katanya belum sih. Mau saya tembak, bukan sebagai pacar tapi sebagai istri." Suara Budi tiba-tiba.
"Eh maaf Dan. Ini harapan saya. Siapa juga yang nggak mau sama Dinda. Sudah baik, pinter, nggak sombong dan suka menolong." Sambung Budi lagi.
"Cewek judes kayak gitu kamu bilang nggak sombong.?." Tanyanya.
"Aslinya tidak seperti itu kok Dan. Mungkin dia baru ada masalah jadi uring uringan. Atau bisajuga baru PMS. Biasa siklus perempuan. Seperti adek saya kalau lagi dapet, galaknya minta ampun." Budi berusaha memberi pembelaan.
"Munggkin juga sih Bud." Jawab sang pria sambil tersenyum simpul.
Diparkiran
"Ada masalah apa sih Dek. Kayaknya serius banget.?"tanya Akbar.
"Ini loh kak. Ayah mau menjodohkan Dinda. Katanya minggu depan lamarannya." Dinda bercerita dengan wajah sendu karena tidak mengharapkan perjodohan itu.
"Terus gimana. Kamu terima Dek.?"
"Ya begitulah." Jawab Dinda sambil mengedikkan bahunya.
"Walaupun aku sempat kesel sama Ayah. Ya mau gimana lagi. Terpaksa aku setujuin aja.
Seandainya Dinda punya pacar atau calon sendiri, mungkin perjidohan ini tidak akan terjadi." Suaranya masih terdengar sendu.
"Salah sendiri nggak punya pacar. Sudah terima saja. Siapa tahu dia ganteng, tajir dan bertanggung jawab tentunya." Jawab Akbar sekenanya.
"Ya kalau dia ganteng. Kalau dia jelek gimana.? Lihat orangnya saja belum. Jangankan orangnya, fotonya saja Ayah sama Bunda nggak mau ngasih. Katanya surprice.!" Suara dinda agak tinggi dengan semakin kesalmya.
"Aku yakin kok Dek. Jika Ayah sama Bunda tidak sembarangan memilihkan pendamping buat anak gadis satu-satunya ini" jawab Akbar menenangkan.
"Jika seandainya kita bukan saudara sedarah Dek. Pasti kamu sudah ku jadikan istri dan menjadi ibu dari anak-anakku." Suara hati Akbar.
"Iya sih kaka. Kaka Fian sendiri kapan nikah. Jqngan kayak Bang Baim itu nggak nikah-nikqh. Malah ngejar karir mulu. Aku kok jadi kangen sama Bang Baim. Kapan pulangnya ya kak.?" Celoteh Dinda.
"Kak... kak Akbar.!" Sura dinda yang merasa diabaikan Akbar.
"Eh. Iya Dek. Tadi bilang apa.?". Tanyanya lagi setelah sadar ke dunia nyatanya."Yah. Diajakin ngobrol malah ngalamun" Dinda memajukan bibirnya. Cemberut.
"Maaf... maaf. Tadi ada yang melintas sesaat." Jawab Akbar membela diri.
"Itu kakak kangen nggak sama Bang Baim.?." Dinda mengulangi pertanyaannya.
"Hemmm... kangen juga sih. Tapi Bang Baim kangen kita nggak ya. Hahaha..." Akbar tertawa garing.
"Sudah dua minggu Abang nggak ada kabar. Kata Ayah juga nggak pernah telpon. Jangan-jangan sudah punya cewek disana. Awas saja kalau pulang Dinda kerjain nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Itu Akan Datang
Romantizmpertemuan yang tidak mengesankan bahkan menyebalkan. Dan pada akhirnya mereka disatukan karena perjidohan. akankah mereka akan saling mencintai?