1

1.5K 103 45
                                    

Picture Cover Chapter 1:
Arzachel Benjamin Evrard

🐤🐤🐤

YOURS
Arzachel (Bright) X Reiza (Liu)
project 2016, publish 2018
Originally by Aframscha

Membaca ini gratis. Tolong kasih VOTE & COMMENT  juga, gak bayar kan?

Hargai penulis yang meluangkan waktu, ide, dan pikirannya untuk membuat cerita ini.


🏀🏀🏀


"Pertandingan tinggal dua bulan lagi, Zar. Kalau mereka kayak gini terus. Bubar aja ekskul basket. Gak usah dibuka lagi, daripada mempermalukan nama sekolah. Hapus aja. Bubar bubar!!"

"Terus gimana? Kita aja yang turun?" Reiza berkomentar dengan pandangan kosong.

"Kita dilarang ikut kegiatan perlombaan apapun. Habislah kalau ketahuan pihak sekolah." Jihan menjawab sambil mengemut lolipopnya.

"Lalu siapa yang mau ngelatih mereka? Intensif lho!! —Faris!!! Sini lo!! Kita lagi ngomongin pertandingan hellaaah.... Lo kok baru muncul?" Seru Adhy. Ketua ekskul basket yang gak punya bakat dibidang basket. Jadi, Adhy ini cuma ketua ekskul basket. Bukan kapten di lapangan.

Faris menghampiri Adhy, Jihan, dan Reiza yang sedang nongkrong di kantin yang sudah sepi. Iya, sepi, karena ini hari Sabtu. Gak ada KBM di sekolah. Sabtu dipakai kegiatan ekskul.

"Maaf wankawan... ini juga kesini perlu izin ekstra dari bokap. Gue gak dibolehin ikut pertandingan. Kalau sekali-kali ikut latihan buat pelepas stress, bokap masih bolehin."

"Bokapnya Faris kolot ah!" Nizar berseru sambal cemberut. Jihan hanya melihat percakapan temannya masih sambil mengemut lollipopnya yang hampir habis.

"Sebenarnya, gue ada usulan. Gapapa kita ikut pertandingan. Maksudnya, junior kita. Kelas 11 atau 10 yang punya potensi. Kita nggak usah mikirin Mas Haris yang lagi sakit. Biarkan beliau istirahat."

"Jadi, Ris, maksud lo kita yang turun tangan buat ngelatih junior kita?" Tanya Nizar.

"Nggak usah dilatih juga junior gue udah hebat kok. Nggak usah turun tangan sering-sering. Nggak baik tau." Jihan menyuarakan pikirannya.

Krik-krik-krik

"Si kutil jigooooong." Adhy menyentil kening Jihan.

"Ish. Sakit." Seru Jihan, tak ada yang menggubris.

"Masa kita yang ngelatih? Sama aja bohong. Ikut pertandingan atau ngelatih anak-anak, kita sama-sama bakal sibuk buat basket. Intensif lho!! Kita udah paling senior oy!! Gak dibolehin sibuk ekskul, ketahuan ikut pertandingan oleh pihak sekolah bisa repot." Adhy berpendapat, ehm... berkomentar lebih tepatnya. Adhy gak jago mikir, bakatnya jadi motivator.

"Tenang, wankawan, gue kan belum selesai ngomong. Jihan, stop berkomentar yang ambigay... Adhy, lo gak ngasih solusi malah nyolot mulu. Dengerin gue. Denger."

"Jadi?" Itu suara Reiza, sang kapten tempur tim inti basket EHS.

"Gue menyarankan, Abe yang ngelatih anak-anak buat tanding. Kita gak bakal ikut ngelatih. Kita—"

"Abe? Preman gi—"

"Please, Adhy. Jangan potong dulu. Dengerin sampai selesai, ok?"

"Kita para tim inti udah gak boleh turun pertandingan. Gue—"

"Abe kan ikut ekskul Vokal, kok Faris ngarangnya kejauhan?" barusan yang komentar itu Jihan.

Faris memandang dengan tatapan sayu. Sedih, marah, dan sebal karena omongannya selalu terpotong. Hanya Reiza yang sedari tadi menyimak.

YOURS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang