2

718 76 12
                                    

Picture Cover Chapter 1:
Arzachel Benjamin Evrard

YOURS
Arzachel (Bright) x Reiza (Liu)
project 2016, publish 2018
Originally by Aframscha

Membaca ini gratis. Tolong kasih VOTE & COMMENT  juga, gak bayar kan?

Hargai penulis yang meluangkan waktu, ide, dan pikirannya untuk membuat cerita ini.

***

"Perjalanan sekitar 1 jam. Bakal dingin, gue gak bawa sarung tangan lagi. Sini, tangan lo masuk saku jaket gue."

Saking gugupnya, Reiza tidak bisa mengeluarkan tangannya untuk melanjutkan chattingnya yang menggantung di grup tim inti basket. Rasanya takut, rasanya hanyut. Reiza nggak pernah sedekat ini kalau dibonceng di motor sama orang.

Chap 2 up
Happy reading 😘

🏀🏀🏀

Setelah perjalanan yang dilalui dengan keheningan, akhirnya gue dan Arzachel sampai. Gue lirik arloji di pergelangan kiri. Tepat satu jam seperti yang dikatakan Arzachel. Kok bisa tepat ya?

"Bro!!!"

Gue mendongak mendengar suara panggilan itu. Oke. Mata gue sukses melotot sempurna saking kagetnya. Di depan sana, sekitar 7 meter dari sini. Sosok cowok jangkung sepantaran Arzachel jalan mengharampiri kami. Gue kenal cowok itu. Itu yang bikin gue kaget. Sosok yang pernah jadi lawan main tim basket sekolah gue di pertandingan 5 bulan lalu. Dia yang buat Adam jatuh, almarhum rekan gue se klub basket sampai meninggal. Dada gue berdetak keras. Kok bisa Arzachel kenal dia. Dia musuh tim basket sekolah gue. Gue gak pernah mau kasih maaf ke dia.

"Bro, Be... ngapain lo masih diem disitu? Lo bawa siapa?"

Gue tersadar dari lamunan. Arzachel genggam kedua tangan gue dari luar saku jaketnya.

Kemudian dia berbisik pelan, "Turun."

Seketika gue keluarkan tangan gue dan beranjak turun diikuti Arzachel yang langsung membuka helm nya. Arzachel gak jawab pertanyaan cowok itu.

"Gue kira lo sendiri, biasanya kan gitu." Arzachel masih gak jawab.

Arzachel baru akan melangkah menghampiri cowok itu, tapi berhenti begitu lihat gue masih pakai helm.

"Hahaha. Temen lo lucu ya Be, dia kayaknya suka pakai helm gue."

Hah? Helm dia katanya? Jadi ini bukan punya Arza? Sialan. Seketika gue ngerasa najis pakai helm pembunuh. Tapi gue jadi ngerasa takut kalo gue lepas helm, gue takut dia ngenalin gue. Kayaknya sih pasti kenal.

Tubuh Arzachel seketika balik menghadap gue. Tangannya terangkat untuk melepas helm najis ini yang gue kenakan. Sebelum itu terjadi. Gue menghentikan tangan Arzachel yang sudah memegang kedua sisi helm ini. Gue tatap mata Arzachel dari kaca helm yang bening ini dengan tatapan memohon.

Alis Arzachel naik sebelah, bagian kiri. Keningnya berkerut, tapi gak lama memasang ekspresi datar lagi. Seolah gak peduli dengan tatapan memohon gue, dia langsung lepas paksa helm yang gue kenakan, kemudian menaruhnya di motor.

Arzachel langsung jalan menuju dalam Café. Gue langsung sigap mengikuti dari belakang sambil menunduk. Cowok itu berbalik juga untuk masuk ke café. Tiba-tiba dia terkekeh. Apaan sih? Cowok aneh. Nggak ada yang lucu juga.

"Lo pertama kali bawa orang kesini, trus langsung bikin drama. Hahaha... Temen lo lucu ya? Apa gue harus ucap selamat tinggal sama helm gue karena udah nemu calon pemilik barunya? Eh, gue beneran gapapa kok kalo temen lo emang kepengen helm gue."

YOURS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang