6

516 69 6
                                    

Published 2018

🏀

Yours
Arzachel (Bright) x Reiza (Liu)

Originally by Aframscha

🏀🏀

Sepulang dari makam bundanya Reiza, Arzachel dan Reiza kembali ke rumah Reiza. Arzachel kira Reiza akan menangis meraung-raung, mengingat begitu dekat dan manjanya Reiza terhadap ibunya. Ternyata tidak. Reiza menangis dalam diam, tak banyak bicara, hanya memandang nisan ibunya dengan tatapan sendu.

Di rumah pun, Reiza belum mengucapkan sepatah kata. Ia hanya kembali ke kamar bundanya dan rebahan di ranjang. Arzachel mengikuti dari belakang. Ia menghampiri sebuah lemari besar yang merupakan lemari baju bundanya Reiza, mencari-cari sesuatu yang berharga, wasiat dari mendiang bunda Reiza.

Ditemukan.

Brankas ukuran sedang. Ia bawa keluar untuk di taruh di lantai. Setelah membuka kode brankas, ia menemukan berbagai amplop-amplop besar berisi berkas-berkas.

Surat nikah, akta kelahiran Reiza, surat dan akta tanah, rumah, foto pernikahan, foto kelahiran Reiza, ijazah, catatan kesehatan Reiza, buku tabungan, akta kematian ayah Reiza, asuransi jiwa mendiang ayah Reiza, foto masa kecil Reiza, sertifikat-sertifikat Reiza, asuransi kesehatan mendiang bunda Reiza.

Lalu, ia juga menemukan satu foto yang berbeda dari foto-foto lainnya. Foto dirinya dan mendiang ayah Reiza. Ia terpaku, memandang potret dirinya yang ia masih ingat berusia empat tahun, di gendongan bawahan ayahnya, pengasuhnya dulu. Ia ambil foto itu untuk dipisahkan.

Arzachel juga menemukan sejumlah uang. Uang yang tidak terlalu banyak bagi dirinya sendiri. Sudah ada jumlah nominal pada ikatan uang tersebut. Jumlahnya hanya 120 juta. Bukan harta yang banyak untuk memenuhi kebutuhan Reiza, kecuali Reiza menghasilkan uang sendiri mulai sekarang.

Merasa terusik dengan suara-suara yang Arzachel buat, Reiza terbangun dan menoleh ke arah Arzachel.

Ia terperangah, ditatapnya brankas yang telah terbuka.

"Kamu ngapain? Kenapa kamu bisa buka brankas itu? Aku aja nggak tau passwordnya."

"Bunda kamu yang kasih tau." Jawab Arzachel sembari memperhatikan satu-satu berkas yang ada dalam genggamannya.

"Kenapa?"

Reiza tak habis fikir, mengapa bundanya lebih percaya pada lelaki di depannya daripada anaknya sendiri, padahal mereka bertemu juga hanya beberapa kali.

"Berarti bunda lo lebih percaya gue." Reiza merengut mendengarnya. Iya masih tak mengerti. Di kepalanya terus berputar 'kenapa?' 'kenapa?' 'kenapa?' 'kenapa?'

"Kenapa?"

"Kenapa?" Arzachel balik bertanya.

"Rei, kenapa lo suka gue?" Arzachel menghentikan aktivitasnya sejenak untuk memandang raut wajah Raeza yang menunduk tak berani menatapnya.

"..."

Ditanya to the point begitu oleh orang yang sudah dua tahun ini ia sukai, mana bisa nggak gugup? Mau bilang enggak juga nggak mungkin. Arzachel dapat membaca dirinya dengan mudah.

"Rei, lo mau tinggal bareng gue?"

"Kenapa?"

"Lo bisa nggak sih nggak ucap kenapa kenapa kenapa terus?!"

"Maaf."

"Gue tau lo bisa hamil."

Yeah.

Dalam sekejap pria dingin itu tahu segalanya. Reiza mau mengelak apa?

"Aku..."

"Kalau lo mau, kita bisa nikah setelah lulus, dan gue akan balik ke Eropa. Kalau iya, lo ikut gue. Gue kasih waktu sampai akhir semester ini agar lo mikirin0 l keputusan yang akan lo ambil."

"Kenapa, Za? Kalau aku bisa melahirkan anak dari kamu, setelah itu kamu bakal ninggalin aku?"

"Huft... Enggak. Gue nggak nuntut apa-apa dari lo. Gue nggak bermaksud manfaatin lo. Kita saling membutuhkan, kan."

"Lo bukan gay, Arza."

"Iya, bukan."

"Lalu kenapa?"

"Cukup berperan sebagai pasangan gue, seperti suami isteri pada umumnya."

"Lo berfikir pendek Arza, suatu saat gue atau lo berubah."

"Gue tunggu jawaban lo akhir semester ini, berarti, tiga bulan lagi. Setelah lo sanggup masuk sekolah, lo tinggal bareng gue, rumah ini sebaiknya disewa, supaya ada pemasukan buat lo pribadi."

"Aku nggak mau menjalani hubungan tanpa cinta."ko

"Gue nggak berniat ninggalin lo."

"Kenapa? Kenapa Arza, KENAPA?!" Raeza hanya menyuarakan yang ada di kepalanya. Iya masih tidak mengerti.

Kenapa begini? Seseorang yang ia sukai diam-diam, dalam sekejap menjadi kepercayaan almarhum ibunya dan menawarkannya kehidupan bersamanya dengan ikatan sakral?

"Gue udah janji kan semalam, gue nggak akan ninggalin lo." Mengapa rasanya sulit sekali untuk dipahami seorang Reiza yang diakui paling pintar di sekolahnya? (Meski kenyataannya Arzachel lah seorang jenius yang belum diakui).

"Kenapa tiba-tiba?" ia bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri. Ia takut. Takut ditinggalkan lagi. Kini ia sendirian, jika ditinggalkan lagi oleh orang yang mungkin benar-benar sayang, Reiza pikir ia tak akan sanggup. Kehilangan ibunya saja membuatnya terbesit rasa ingin bunuh diri.

"Kalau lo percaya sama mendiang bunda lo, lo harus percaya sama gue."



Ini lamaran, atau apa?

Rasanya membingungkan sekali.

Akhirnya, Reiza memilih tidur lagi.

To be continued

🏀🏀🏀


Bandung, published 2018
First revision 26 January 2020
Last : 4 February 2023

YOURS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang