Gadis berusia 22 tahun berambut blonde itu, merapatkan mantel hitamnya saat jam menunjukkan pukul satu malam. Udara di Barcelona semakin dingin menusuk setelah hujan deras, membuat tubuhnya bergetar dan giginya gemeretak tanpa bisa ditahan.
Jarak antara gallery pameran lukisan dan apartemennya tak terlampau jauh, jadi ia lebih memilih berjalan kaki. Namun, saking sibuknya, waktu tak terasa sudah larut.
Malam hari di Barcelona, tepatnya di area El Born, menampilkan suasana yang berbeda dari pusat keramaian kota. Jalanan sempit yang agak gelap dan diselimuti lampu redup keoranyean menambah rasa cemas menggelayuti hatinya.
Bella mempercepat langkahnya. Perasaan tidak nyaman semakin kuat.
Dia menoleh ke arah belakang, tetapi pandangan matanya terbatas karena gelap. Bella melanjutkan langkahnya yang berubah menjadi setengah berlari dan sesegera mungkin keluar dari jalanan sempit.
Derap langkah kaki di belakangnya pun bertambah semakin jelas bersama keciprak air. Bella merasakan degup jantungnya berpacu kencang dan keringat dingin membasahi pelipisnya.
Dia terus berlari dan berlari. Dalam sekejap tubuhnya terhuyung ke belakang saat seseorang mencekal lengannya kemudian menariknya kasar sampai gadis itu memekik ketakutan.
"Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Bella sambil memberontak. Dengan cepat bahunya di dorong keras, sampai punggungnya menabrak dinding gedung yang langsung menciptakan rasa sakit menjalar di bagian belakang tubuhnya.
Benda dingin serta merta menekan sisi lehernya hingga terasa perih. Bella terpaksa memejamkan mata. Dengan bibir gemetar dia meronta meminta tolong dan memberontak, menendang pria asing itu sekuat tenaga.
"To... tolong! Lepaskan!" tukasnya panik sembari memukuli pria asing itu dengan kalap menggunakan tas berukuran sedang.
Dia berusaha menyingkirkan tangan pria asing lainnya dari pahanya dan mencakar wajah pria berkepala plontos yang berdiri di depannya.
"Diam!" desis pria yang menempelkan sisi tajam pisau ke lehernya. Tubuh Bella nyaris meluruh lemas bersama air mata yang meleleh.
"Rampas semua barang berharga!" tukas pria asing lainnya, memerintahkan temannya untuk segera merampas tas milik gadis itu dan mencabut kalung berbandul berlian yang melingkari leher jenjangnya.
"Secantik ini mengapa sendirian? Oh, paha yang halus dan lembut. Kami jadi ingin menyicipinya," ujar pria yang masih setia menekan senjata tajam itu ke leher Bella.
Tangan kurang ajarnya mencengkeram paha Bella dan menyelinap ke balik rok pinsil selutut, sembari mendekatkan mulut beraroma minuman beralkohol ke daun telinga gadis itu.
Bella lantas memalingkan wajahnya ke samping. "A... ambil semua barang milikku. Ta...tapi pergi kalian semua!" tukas Bella terbata-bata. Berulang kali menelan salivanya.
Namun, ketiga pria itu menertawakannya dan salah satu dari mereka mengapit rahang Bella di antara ibu jari dan telunjuk. Menghadapkan wajah gadis itu kepada pria asing tersebut.
"Kau sangat cantik, Señorita," ungkap pria berpostur tinggi kekar sembari mendorong temannya agar menjauhi Bella.
Pria itu membalikkan tubuh Bella menghadap dinding dan melebarkan kakinya. Menarik rok itu ke arah atas hingga berkumpul di bagian pinggang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Strangers
RomanceDark Romance 17+ ■■■■ DUANOVIC Romanov and LEONARDO Romanov Mereka ialah putera sulung dari Klan Romanov berusia tiga puluh tiga tahun. Satu-satunya klan mafia tertua di Russia. Menguasai jalur perdagangan ilegal dan pemilik casino club serta nigh...