Part 6 :: Sekretaris Bella

12.6K 1.8K 335
                                    

Tempat pengap yang terdapat di ruang bawah tanah khusus interogasi itu memiliki dinding kelabu dan penerangan temaram.

Aroma gairah masih tercium pekat ketika para anak buah pria itu baru saja selesai memperkosa Violet.

Dia tersenyum puas. Inilah harga setimpal bagi Violet yang berusaha melarikan diri darinya.

Wanita itu tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Seseorang menyiram air garam kepada Violet sampai wanita itu menjerit kesakitan dan terlonjak terkejut.

Violet menangis sekaligus terisak-isak sembari memukuli lantai dalam posisi setengah telanjang. Beberapa lebam dan luka sayatan pisau yang masih terbuka dan meninggalkan jejak darah mengering sontak berdenyut menusuk.

Sensasi perih seperti di kuliti hidup-hidup dan sungguh membuat wanita itu nyaris menyerah dengan kehidupan.

Pria misterius itu berlutut seraya merenggut rambut indah Violet yang sudah dalam kondisi kusut bersama seringaian tajam yang tersungging di sudut bibirnya.

"Tikus yang kabur, akhirnya tertangkap. Berani sekali kau melarikan diri dariku!" geram pria itu seraya menampar Violet dengan keras menggunakan punggung tangannya, sampai kepala wanita itu terpelanting ke samping seiring gema tangisan Violet yang memohon ampunan, membuat pria misterius itu terkekeh pelan.

Pria tersebut mengambil lembaran foto seorang gadis berambut gelap. "Apa kau mengenal gadis cantik ini? Aku berencana menjualnya ke tempat pelacuran," ujar pria itu dengan ringannya, tetapi meyelinap ancaman yang mengerikan.

Setelah melihat potret gadis barusan, seketika ia membelalakkan matanya terkejut. Degup jantungnya bertalu keras dan keringat dingin mengembun di keningnya.

Dengan bibir gemetar, wanita itu berusaha mengucapkan sesuatu. "Ja... jangan sakiti putriku, aku mohon..." ucap Violet terbata-bata,  air matanya berlinang. Menetes-netes memilukan. Tapi, tak ada yang memedulikannya. Tidak ada sama sekali.

Pria itu menyeringai senang, sambil mengambil belati dan mulai menyayat wajah cantik Violet secara perlahan-lahan dan terlihat sangat menikmatinya. Pria yang memiliki garis rahang maskulin dan sepasang mata keemasan itu kemudian mendecih muak.

Violetta Dominic merintih dan menjerit memohon ampunan. Namun, sejak kapan seorang Duanovic mengampuni seseorang seperti Violet?

Tangannya yang besar beralih mencengkeram leher Violet hingga wanita itu berjengit mundur dan seolah pasokan udara pada paru-paru terhenti paksa. Membuat ia tersengal-sengal berusaha meraup napas.

"Lalu apa jaminannya untuk menyelamatkan nyawamu yang tidak berharga ini?" tanya pria itu mendesis dan nyaris saja ia tertawa keras menyaksikan umpannya yang tidak berdaya.

Hal ini mulai membosankan. Dia ingin Violet berusaha menyerangnya agar dirinya lebih menikmati ketika menorehkan sayatan kepada kulit Violet yang halus.

"Be... Bella. Dia puteri tiriku. Perlakukan dia semaumu. Ta... tapi kumohon. Jangan sakiti Helena..." ungkap Violet yang berusaha menyentuh kedua kaki pria itu, memohon-mohon demi kebebasan puteri tersayangnya.

Pria bertubuh atletis itu, lantas memiringkan kepala dan mengulas senyuman yang tak mencapai mata.

Dalam sekejap dia melepas cengkeraman tangannya dari leher Violet dan menghempaskan sehingga wanita itu terbatuk-batuk keras dan dalam sekejap, menendang rahang Violet sampai tubuh wanita itu terjengkal.

Violet merintih kesakitan ketika bagian dalam mulutnya robek dan melelehkan darah melalui sudut bibirnya dengan sekujur tubuh yang menggigil kedinginan.

Dengan napas tersengal-sengal, wanita itu membungkuk seraya membenturkan dahinya frustasi ke lantai bersama bahu yang bergetar menahan isak tangis.

Sebenarnya apakah pria itu sang pemilik Casino Club? Oh, ini seperti meraba dalam kegelapan! Bahkan wajah pria itu tidak terlihat jelas, tertutupi bayang-bayang karena berdiri tepat di bawah lampu yang menggantung rendah.

Perfect StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang