Part 04 :: Bella

12.5K 1.7K 272
                                        

Bella telah tiba di unit apartemennya yang berukuran studio—tempat yang cukup untuknya tinggal sendirian.

Tempat ini terkesan kecil, berbeda jauh dengan rumah Ayahnya yang mewah. Tetapi, apartemen ini cukup untuk menjadi tempat perlindungannya dari segala kekacauan luar.

Dengan langkah lesu, dia meletakkan buku di atas sofa dan melempar tasnya sembarangan sebelum merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur berukuran sedang.

Dia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, menghela napas panjang berulang kali.

Hari ini terasa sangat melelahkan, terutama setelah berhadapan dengan Helena yang egois dan keras kepala.

Kendati tubuhnya lelah, pikirannya tak berhenti berputar. Bayangan sang Ayah yang terkapar tak berdaya terus memenuhi pikirannya, membuatnya sulit untuk tenang. 

Bella menyeka air matanya, menahan amarah yang tersisa. "Semuanya kacau gara-gara Viole." gerutunya dalam hati, merutuki ibu tirinya yang meninggalkan tanggung jawab dengan begitu saja.

Betapa Bella merasa frustasi, menyaksikan bagaimana Violet mampu memanipulasi sang Ayah dengan kecantikan dan kepalsuan. 

Saat dulu, sudah berkali-kali Bella katakan kepada Ayah bahwa Viole tidak 'lah sebaik yang wanita itu perlihatkan. Namun, Ayah sangat mencintai Viole dan pada akhirnya menutup mata serta lebih memilih untuk tidak memercayai Bella.

Bahkan Ibu tirinya menjebaknya sedemikian rupa agar sang Ayah menganggap Bella seorang gadis jalang yang senang bermabuk-mabukan dan tidur dengan dua orang pria sekaligus.

See, Viole benar-benar terkutuk dan berhasil memainkan perannya dengan sangat lihai, hingga dapat mengecoh sang Ayah menggunakan kecantikannya dan mulut manisnya.

Bella larut dalam lamunannya. Dia malas untuk sekedar pergi ke kamar mandi hingga gadis itu terlelap dengan masih mengenakan heels.

 Dia malas untuk sekedar pergi ke kamar mandi hingga gadis itu terlelap dengan masih mengenakan heels

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menjelang. Gadis itu menggeliat dan menguap lebar ketika bias mentari pagi menerobos melalui sela-sela gorden yang semalam ia biarkan terbuka.

Bella meraup asal selimut tebal dan menenggelamkan dirinya seperti kepompong. Kedua matanya masih terasa berat.

Namun, seketika dia menghempaskan selimut tersebut saat ia mengingat rencananya melamar pekerjaan. Bella menyadari dia tidak bisa mengandalkan Helena untuk membantunya karena kakak tirinya membencinya entah untuk alasan apa. Helena terlalu menyebalkan dan Bella takkan pernah mau lagi menghubunginya.


Bella lantas bersiap-siap dan segera mengeluarkan berkas untuk keperluan mencari pekerjaan. "Semoga hari ini aku mendapatkan pekerjaan tapi sebelumnya aku akan menjenguk Papa," gumamnya seraya memasukkan lembaran itu ke dalam amplop dokumen berwarna coklat dan bergegas mandi.

Perfect StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang