Part 7 :: Bella & Duanovic

12.5K 1.9K 432
                                    

Yang pernah baca. Silahkan baca ulang jika berkenan. Daripada jadi bingung hehehe.

Happy reading...
_________________

Duanovic melangkah masuk ke dalam ruangannya. Tubuh atletis itu terlihat gagah. Punggung lebarnya seolah membuat para wanita ingin segera merebahkan kepalanya di sana dan menghirup aromanya yang memabukkan.

Sesungguhnya ia adalah seseorang yang berbahaya, semua kekurangannya tersamarkan di balik wajah tampan dan sikapnya yang berwibawa.

Namun, kawan dan musuh pun mengetahui jika pria berkuasa itu sangatlah mengerikan ketika melenyapkan seseorang.

Pria itu menyipitkan mata dan masih berdiri menghadap jendela kaca. Memandangi gedung-gedung pencakar langit yang terbentang memenuhi penglihatannya yang terasa membosankan.

Di sisi lain, ia menyeringai tipis dan berpuas diri dengan keberhasilannya menghancurkan satu persatu anggota keluarga clan Dominic. Kecuali Bella,  milik mereka berduaa.

Dalam pikirannya, segala sesuatu telah tersusun rapi, seperti bidak catur yang bergerak sesuai kehendaknya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman miring dan ia menahan tawa kecil saat membayangkan mereka kembali bersama.

Di belakangnya, Bryan yang sedari tadi berdiri diam, mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Dengan suara yang sedikit bergetar, ia berdehem sebelum berkata, "Tuan, maaf mengganggu. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan mengenai Neva Cedric Foundation, yayasan atas nama mendiang Ibu Anda."

Lantas Duanovic menoleh ke samping sekilas. "Leonardo yang akan mengurusnya," jawab CEO Romanov Diamond dengan intonasi datar dan sepertinya ia sedang tidak mau diganggu.

Membuat Bryan menelan salivanya dan berusaha menebak suasana hati sang Tuan yang berubah drastis, sejak pertemuannya dengan sekretaris yang Bryan ketahui adalah puteri dari Clan Dominic.

"Mengenai berkas perusahaan Tuan Robert sudah lengkap dan Tuan silahkan menandatanginya untuk pengalihan nama," ungkap Bryan dengan formal sembari meletakkan map biru ke atas meja.

Duanovic kemudian berbalik seraya memeriksa dengan saksama dan membubuhkan tanda tangan di atas materai. "Well Done. Ada lagi?" tanyanya singkat penuh ketenangan dengan tatapan tajam yang mengintimidasi.

"Sebelumya, maafkan bila pertanyaanku menyingung Anda. Tetapi aku ingin bertanya mengenai Clan Dominic. Mengapa Anda merancang skenario untuk menghancurkan mereka? Padahal, Anda bisa saja dalam semalam menyingkirkan mereka," tanya Bryan dengan pelan. Terselip rasa canggung yang tidak terjelaskan sekaligus penasaran dengan motif sang Tuan.

Tatapan Duanovic melirik Bryan hanya sekilas, namun cukup untuk membuatnya membatu di tempat. Mata keemasannya yang dingin dan penuh intimidasi seolah menghantam jiwanya tanpa ampun dan memaksa siapa pun untuk tunduk pada kehendak pria itu.

"Kau dibayar untuk menjalankan perintahku,” suara Duanovic rendah, namun tegas. Setiap kata keluar dengan dingin, tajam seperti belati. “Tanpa kesalahan, tanpa pertanyaan. Paham?”

Bryan menelan ludah, jantungnya berdegup kencang, tapi dia tetap berusaha bicara, “Tapi, Tuan—”

Belum sempat kalimat itu selesai, Duanovic menatapnya kembali. Tatapan itu seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Bryan merasakan tenggorokannya tercekat dan dalam sepersekian detik, mulutnya tertutup rapat, menyesali setiap kata yang hampir terucap.

Sambil bersandar, Duanovic memutar kursi perlahan dan memancarkan aura dominasi. Jemarinya kembali menekan tuts keyboard, seolah dunia di sekelilingnya tak lebih dari sekadar gangguan kecil.

"Ada hal lain, Bryan.” Suaranya terdengar sedikit lebih tenang. Namun,  tetap dingin. “Tiga sekretarisku yang aku perintahkan bekerja dirumah sementara waktu. Kau yang mengurus semuanya.”

Perfect StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang