Siang ini setelah pulang sekolah, aku dijemput oleh ayahku. Dan guruku itu-irene dengan sok perhatiannya mengantarkanku menuju ayahku. Menjijikkan..
"Terima kasih karena sudah mau menjaga anak saya di sekolah ini" ucap ayahku pada guru itu seraya memamerkan senyumnya. Sementara aku dengan susah payah memberi kode kepada ayahku agar tidak lagi memamerkan senyum manisnya itu. Hanya aku yang boleh melihatnya, dan mungkin juga ibuku. Namun percuma saja, ayahku tidak dapat menangkap kode itu dan terus tersenyum kepada guruku yang saat ini tengah salah tingkah.
"Tidak masalah Pak, itulah tugas saya sebagai guru disini" ucapnya lalu
tersenyum ramah, namun menurutku itu sangat menjijikkan. Aku hanya memutar mata malas melihat interaksi antara guruku dan ayahku."Ayah.. ayolah... mari kita pulang, aku sudah sangat lapar" ucapku sedikit manja kepada ayahku agar interaksi mereka tidak berlanjut. Dan dapat kulihat guru itu menatapku tidak suka.
"Apakah kau sudah begitu lapar? Disana ada restoran, kita bisa makan siang disana" ucapnya padaku berusaha ramah dan terlihat menyenangkan. Bahkan dia tidak malu mengucapkan kata 'kita' kepada pria yang sudah memiliki istri-ayahku.
Aku hanya berusaha tersenyum mendengar hal itu.
"Tidak perlu buk, ibuku sudah memasak dan menanti kami dirumah" ucapku disusuli senyum yang kupaksakan.
"Benarkah? Bukankah ibumu selalu pulang larut malam. Aku sering mendengarnya dari tetangga di samping rumahmu" ucapnya tanpa malu dan dengan ekspresi yang dibuat terkejut.
"Maaf buk, kurasa bicara anda sudah kelewatan. Kami pergi.." ucapku pamit lalu menarik tangan ayahku yang hanya diam dari tadi. Ayahku memang tidak dapat berkata jika ada orang yang membicarakan tentang ibuku. Aku menjadi kasihan melihatnya. Cintanya bagai tak terbalas.
Saat ini aku duduk di mobil dengan ayahku menyetir disampingku. Kulihat wajahnya yang tadi memancarkan senyum indahnya kini seketika menjadi murung dan hanya menatap lurus kedepan.
"Ayah... Kau baik-baik saja?" Tanyaku berusaha mencairkan suasana. Melihat ayahku tak membalas perkataanku, aku hanya terdiam menunduk. Seharusnya tadi aku langsung mengajak ayahku untuk pergi dan tidak membiarkannya berinteraksi dengan guru bodoh itu. Sungguh kecerobohanku sangat merugikan.
▪▪▪
Aku turun dari mobil dan berjalan menuju pintu rumahku. Alangkah terkejutnya aku saat mendapati seseorang menyambutku di depan pintu rumah dengan menampilkan senyum terbaiknya. Senyum yang sangat hangat. Senyum yang dapat membuat banyak orang jatuh cinta padanya. Dia ibuku, ya.. memang benar ibuku tengah menyambutku di depan pintu seolah berkata padaku untuk segera memeluknya. Aku hanya terdiam dan berlari menghampiri ibuku. Yah.. aku memeluknya. Yang kukatakan pada guruku tadi menjadi kenyataan. Ibuku menyambutku dirumah dengan pelukan dan usapan lembut yang terasa di kepalaku. Bisakah aku merasakan ini lebih lama? Saat ini aku tengah berusaha membendung air mataku agar tidak lolos. Kali ini aku bahagia, benar-benar bahagia.
Aku melepaskan pelukan itu secara tiba-tiba dan menyadarkan diriku bahwa aku membenci wanita ini. Tidak, aku tidak boleh menangis hanya karena ini. Ingatlah Mee Yon, ini hanya sandiwara. Hanya sandiwara. Dan untunglah air mata bodoh ini tidak berhasil lolos lewat pelupuk mataku.
"Kenapa kau tiba-tiba melepaskan pelukanmu? Ada yang salah?" Tanya ibuku-Kim Jisoo.
Aku hanya menggeleng.
"Aku hanya baru sadar. Kenapa ibu pulang cepat?""Ahh.. ibu hanya mau menghabiskan waktu bersamamu dan ayahmu. Maka dari itu ibu cepat pulang" ucapnya disusuli dengan senyum hangat.
Aku hanya tersenyum lalu masuk ke dalam rumah. Sandiwara apa lagi ini? Aku tidak boleh terlena dengan ini. Sebelum menuju kamar, aku sempat menoleh ke arah orang tuaku. Yang aku lihat hanyalah tatapan dingin yang saling mereka pancarkan. Aku membenci hal ini. Ayahku hanya berjalan di samping ibuku dengan diam. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa anaknya tengah menyaksikan interaksi bodoh itu. Aku menghela napas kasar dan melanjutkan berjalan ke kamarku.
Tidak lama setelah aku ganti baju, terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku terkesiap dan membuka pintu itu.
"Ada apa bu?" Tanyaku. Yah.. wanita itulah yang baru saja mengetuk pintu kamarku. Tak biasanya..
"Ayo makan, ibu sudah menyiapkan makan siang untukmu dan ayahmu"
Aku hanya tersenyum paksa. Bisakah dia tidak menambahkan kata ayah di akhir kalimatnya? Itu membuatku tersiksa karena dia tidak mungkin menyiapkan makanan untuk orang yang tidak pernah dia cintai. Menyedihkan, sabar sekali wanita itu bertahan dalam sandiwara yang sudah iya jalani sekitar belasan tahun.
"Aku akan segera kebawah, ibu makanlah terlebih dahulu"
"Baiklah.." ucapnya lalu pergi dari kamarku.
Aku pun pergi menghampiri meja makan dimana ibuku tengah menyiapkan makanan saat ini. Dan disana aku juga melihat ayahku yang tengah menatap wanita itu. Segitukah cintamu tak terbalas ayah?
"Ayah tidak makan?" Tanyaku setalah duduk di kursi dan melihat ayahku hanya terus memperhatikan wanita yang sedang makan itu-ibuku.
"Ah.. iya, ayah akan makan. Lanjutkanlah makanmu" ucap ayahku disusuli senyum.
Aku hanya mengangguk menanggapinya dan kembali fokus pada makananku.
Setelah makananku habis, aku langsung membereskannya. Wanita itu juga membantuku untuk membereskannya.
"Bolehkah aku meminta sesuatu pada kalian?" Ucapku memecah keheningan di ruang makan ini. Padahal awalnya aku berharap ada gelak tawa yang meramaikan suasana makan tadi. Tapi ternyata tidak, aku hanya menemukan keheningan.
"Apa itu sayang?" Ucap ayah dan ibuku secara bersamaan. Wahh.. itu terlihat romantis, tapi tidak bagi ibuku.
"Sebelumnya aku tidak pernah melihat ayah mencium ibu. Apakah ayah tidak mau mengecup dahi ibu?" Tanyaku menggoda.
Permainan baru saja dimulai ibu..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc
Ada yang bosan sama ff ini? Kalau ada silahkan kasih saran sama kritik nya. Votmen nya jangan lupa ya..

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom || Jinsoo ✓
Short Story[END] Hanya karena umurku yang masih belum terlalu dewasa kalian pikir dapat menipuku dengan sandiwara bodoh itu? Menyedihkan.. Cuma cerita singkat kok, yang tanpa disengaja membuat pembacanya menangis. Tertarik membacanya? Jangan lupa follow sebelu...