6👨‍👩‍👧

6.2K 755 42
                                    

Author pov

Malam ini setelah seperti biasa dari kamar anaknya-Mee Yon, Seokjin terlihat mengusap wajahnya gusar seraya menghela napas berat. Perkataan anak semata wayangnya seperti menuntutnya untuk berbicara lebih kepada wanita yang bahkan tidak pernah meliriknya dengan tatapan kagum. Pria paruh baya ini hanya sedang memikirkan bagaimana cara membujuk istrinya agar datang pada acara di sekolah Mee Yon. Haruskah dia kembali menamparnya? Hatinya terasa sangat ngilu saat ia melakukan hal itu. Menampar wanita yang dia cintai walaupun sampai saat ini istrinya-Kim Jisoo belum dapat mengakuinya sebagai suami sah. Tapi ayah dengan satu anak ini tetap saja tidak tega menampar orang yang sangat dia cintai.

Seokjin mendudukkan dirinya di kursi di dekat perapian dirumahnya. Mungkin sekedar menenangkan pikiran yang mulai berkecamuk di otaknya.

"Mungkin bersuami istri hanyalah status di antara kita" ucapnya pelan seraya memandang sendu kearah perapian dan menghela napasnya berat. Rumah tangganya yang terlihat harmonis hanyalah sandiwara belaka untuk menutupi kebencian sang pendamping wanita terhadapnya.

Seokjin bangkit dari duduknya dan beranjak ke kamarnya berniat berbicara empat mata dengan sang istri. Pria paruh baya ini mulai mendorong ganggang pintu secara perlahan. Dilihatnya sang istri tengah duduk bersantai dengan kepalanya di sandarkan ke kepala ranjang seraya memegang sebuah foto di tangan kanannya. Foto dengan bingkai khusus yang khas yang masih saja ia simpan walaupun dia sudah memiliki seorang suami.

Sementara Seokjin hanya menatap istrinya dengan tatapan sendu. Seokjin lalu berjalan mendekati istrinya dan mendudukkan dirinya tepat di samping orang yang sangat dia cintai itu.
Istrinya-Kim Jisoo seolah terkejut dengan kehadiran Seokjin yang tiba-tiba dengan segera membuat jarak diantara mereka.

"Jisoo, aku ingin bicara" ucap Seokjin ragu dengan pandangannya lurus kedepan tanpa menoleh ke arah istrinya.

"Katakan saja, tapi jika itu tidak penting jangan harap aku akan mendengarkannya" ucapnya seraya menoleh kearah Seokjin dan kembali menatap foto yang ia pegang saat ini.

"Tapi sebelumnya aku hanya ingin mengatakan ternyata kau masih terus memandang fotonya, firasatku selama ini ternyata memang benar"

Jisoo lalu menatap Seokjin datar yang secara spontan membuat pria itu ikut menoleh kearahnya.

"Tentu saja, aku masih sangat mencintainya.." ucap Jisoo santai dan kembali memalingkan wajahnya dari suaminya.

"Kim Jisoo, berhentilah berkata seperti itu. Kau sudah memiliki suami bahkan sekitar belasan tahun yang lalu. Tidak bisakah kau menghargaiku sebagai suamimu? Kita ini sepasang suami istri yang sah" ucap Seokjin dengan nada sedikit ditinggikan, terutama saat lengkap menyebut nama sang istri. Perkataan istrinya memang terlihat bodoh kerena ia-Kim Jisoo berbicara di depan suaminya sendiri.

Jisoo hanya menghela napasnya kasar kemudian berkata..
"Kita tidak akan menjadi sepasang suami istri jika kau tidak membunuh Junmyeon oppa-ku. Jika saja kau tidak menabraknya malam itu, aku pasti sudah akan bertunangan dengannya di esok hari. Sungguh kau sangat beruntung dengan tampangmu yang terlihat bijak dapat menutupi dosa besarmu" ucap sang istri dengan nada sedikit mengejek.

"Cukup Kim Jisoo, aku tidak mungkin membunuh kakakku sendiri. Itu kecelakaan. Dia sedang meracau di tengah jalan karena pengaruh alkohol dan aku tidak sengaja menabraknya. Seharusnya kau berterima kasih padaku karena membuatmu tidak jadi bertunangan dengan bajingan itu. Dia memang kakakku, tapi aku jauh lebih mengenal sikap aslinya dibanding kau"

Jisoo hanya terdiam mendengar penuturan suaminya. Apakah dia terlalu kejam saat menuduh suaminya pembunuh? Ah.. mungkin tidak, dia bahkan tidak pernah memendam rasa sedikitpun kepada pria dengan marga sama dengannya ini. Kenapa takdirnya harus bersama pria yang tidak dia cintai? Kekasihnya dulu-Kim Junmyeon telah meninggalkannya karena kecelakaan besar belasan tahun yang lalu yang pelakunya adalah adik kandung dari pria itu sendiri.

Yah.. memang begitu kisahnya. Batalnya pertunangan antara Kim Junmyeon dan Kim Jisoo belasan tahun yang lalu membuat kedua orang tua mereka sepakat untuk menjodohkan Kim Jisoo dengan adik dari pihak kekasihnya. Awalnya ini hanya terlihat seperti perjodohan yang tidak diterima oleh kedua pasangan. Namun mau bagaimana lagi, orang tua mereka telah jauh-jauh hari memikirkan untuk menjodohkan anak-anaknya.

Perjodohan ini pun diterima dan dilaksanakanlah pertunangan sekitar dua minggu setelah kematian Junmyeon. Mereka memang terlihat menerima perjodohan ini, namun pada dasarnya sang wanita sama sekali tidak dapat menerima perjodohan itu. Rasa bencinya terus berlanjut pada sang pria bahkan sampai sekarang setelah mereka bahkan sudah memiliki seorang buah hati. Keluarga Seokjin tentu tidak dapat menyalahkannya karena tanpa sengaja telah menabrak kakaknya sendiri. Ini bukanlah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Seokjin semata. Namun sepertinya kecelakaan itu terjadi karena karma yang harus diterima Junmyeon karena suka bermain dengan banyak wanita.

Jisoo terus terdiam memikirkan kejadian belasan tahun yang lalu. Entah kenapa walaupun dia sudah mengetahui sikap Junmyeon yang suka mempermainkan banyak wanita, dengan bodohnya  dia masih terus mengingat dan memendam perasaan kepada orang yang sudah belasan tahun meninggalkannya. Jisoo terlihat bodoh dan kembali menatap suaminya sendu dengan manik bambinya yang terlihat tengah mendesakkan cairan bening untuk keluar.

"Kurasa kau baru menyadarinya. Sadarlah Kim Jisoo, kau sudah berkeluarga dan memiliki anak yang menjadi tanggung jawabmu. Berhenti memikirkan pria itu, pikirkanlah anakmu. Aku cuma ingin mengatakan kuharap kau bisa datang ke acara di sekolah Mee Yon besoknya. Dia sangat menginginkan kehadiranmu di hari ibu besok. Kuharap kau dapat datang" ucap Seokjin lalu beranjak pergi dari kamar mereka.

Jisoo sedikit terkejut dengan kata hari ibu yang keluar dari mulut suaminya. Bagaimana mungkin dia bisa lupa.

"Aku memang bukan ibu yang baik" gumannya pelan dengan cairan bening yang sudah meluncur mulus di pipinya.

Sementara Seokjin memutuskan untuk tidur di ruang kerjanya karena malas bertatap muka dengan istrinya karena perdebatan singkat tadi. Dia memutuskan untuk menenangkan pikirannya yang berkecamuk hingga beberapa saat kemudian alam mimpi telah menghampirinya.

Author pov end

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc

Yeeyy.. author update lagi. Ada yang nungguin gak? Ini part buat yang nanya kenapa Jisoo begitu benci sama Jin. Udah kejawab kan?!! Kalau ada yang gk ngerti silahkan tanya sama author. Kalau mau nanya tentang author juga boleh, wkwk..

Btw, author ganti covernya tuh.. bagusan yang sekarang apa yang lama? Komen ya..

Oke sekian, see you di next chap. Mungkin sekitar dua chapter lagi bakal ending. Ikutin terus ya..

Votmennya dong.. 😙😙

My Mom || Jinsoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang