Aku terbangun kala mendengar suara tamparan keras masuk ke indra pendengaranku. Aku duduk berusaha mengumpulkan kesadaran. Jam di dinding tengah menunjukkan pukul tiga dini hari.
Akupun berjalan keluar kamar berusaha mencari tau dimana asal tamparan itu. Aku kemudian pergi menghampiri kamar orang tuaku, aku sudah sangat yakin suara itu berasal dari sana. Dan benar saja, lewat celah pintu kamar aku melihat ayahku tengah berdiri hendak menampar wanita itu lagi.
Plakk~~
Satu tamparan keras berhasil kudengar lagi. Aku hanya terdiam meringkuk di depan kamar orang tuaku. Jadi ini yang mereka lakukan tiap malam? Jadi ibuku selalu pulang larut malam? Aku menangis kala mendengar ayahku tak henti-hentinya menampar wanita itu.
"Sampai kapan kau akan sadar bahwa anakmu yang menjadi korban karena pekerjaanmu. Kau sekarang tidak jauh bedanya dengan seorang bitch. Kapan kau akan berubah Kim Jisoo..." bentak ayahku pada wanita itu, aku hanya dapat melihat wanita itu tak bergeming namun hanya menampilkan smirk andalannya seolah tidak peduli dengan perkataan ayahku.
"Ini semua salahmu, kenapa dulu kau mau menikah denganku. Sudah kubilang dari dulu bahwa aku tidak pernah mencintaimu Kim Seokjin. Dan sekarang kau lihat? Aku lebih baik bekerja hingga larut malam daripada aku harus berada di rumah ini hanya untuk memandang wajah bodohmu"
Ayahku hanya terdiam mendengar perkataan wanita itu. Jika seandainya aku menjadi ayahku, aku akan langsung membunuh wanita itu tanpa peduli bahwa dia yang telah melahirkanku. Ternyata prasangkaku selama ini benar, wanita itu tidak pernah mencintai ayahku dan hanya melakukan sandiwara di depanku.
Aku berusaha untuk berdiri dan menghapus air mataku. Jika mereka bisa bersandiwara, aku juga akan melakukannya.
Perlahan aku mengetuk pintu kamar mereka.
"Ayah, ibu, apa yang terjadi? Kalian mengganggu tidurku" ucapku memulainya. Cukup lama aku menunggu, akhirnya ayah dan ibuku keluar dengan bergandeng tangan dan senyum palsu yang terpancar di wajah mereka.
"Ibu tadi hanya keseleo dan meminta ayahmu untuk melihatnya. Ayahmu tidak sengaja menyentuhnya dan membuat ibu meringis kesakitan" ucap ibuku padaku dan diikuti dengan anggukan setuju oleh ayahku. Dasar pendusta.. kenapa wanita ini tidak langsung bilang padaku bahwa dia tadi tengah bertengkar dengan suaminya. Sungguh brengsek...
"Aku mendengar suara tamparan tadi saat aku tertidur, apa itu kalian?" Tanyaku lagi. Aku harap wanita itu tidak menemukan jawaban atas pertanyaanku. Tapi sialnya..
"Mungkin kau hanya bermimpi. Kau bilang saat tidur kan? Tidak usah dipikirkan. Mari ayah antar kau ke kamar" aku mendesah kesal mendengar jawaban ayahku. Itu seperti ayahku tengah melakukan bentuk pembelaan terhadap wanita itu. Kenapa mereka harus menutupi pertengkaran mereka dariku? Dan lihatlah sekarang, hanya ayahku yang mengantarku ke kamar, sementara wanita itu? Tidak usah bertanya lagi, dia hanya tersenyum di depan pintu kamar dan kembali masuk ke kamarnya. Sungguh menyebalkan..
Aku berjalan ke kamar dengan ayahku di sampingku. Aku kembali berbaring di kasur dan ayahku menyelimutiku dengan selimut. Kemudian dia mengecup dahiku pelan seraya berkata..
"Jangan mimpi buruk lagi" ucapnya dengan kekehan. Saat ayahku akan pergi, aku mencoba menahannya.
"Ayah.. aku boleh bertanya sesuatu?"
"Silahkan.. kau mau bertanya apa?"
"Ayah tidak bertengkar dengan ibu kan?!" Tanyaku berusaha menemukan kejujuran.
"Tidak sayang.." ucap ayahku singkat. Sial, ayahku bahkan masih tidak mau mengakuinya. Aku hanya pasrah dan membiarkan ayahku keluar. Malam ini aku tidak bisa tidur, masih terbayang di benakku kala ayahku menampar wanita itu. Sepertinya aku memang tidak akan pernah memiliki keluarga yang sempurna.
'Haruskah aku bersandiwara seolah aku tidak mengetahui bahwa ibuku tidak pernah mencintai ayahku?'
▪▪▪
Pagi ini masih sama dengan pagi sebelumnya. Aku duduk di depan meja makan seraya menyantap sarapan pagi. Kulihat wanita itu keluar dari kamarnya dan mengecup dahiku pelan. Itu sudah rutinitasnya. Aku bahkan sudah hapal setiap hal yang ia lakukan di pagi hari. Begitu membosankan.
"Bagaimana harimu kemarin?" Tanyanya padaku. Aku sedikit terkejut akan hal itu. Kenapa tiba-tiba dia menanyaiku. Ah.. aku tidak akan memikirkannya.
"Seperti biasa. Membosankan" ucapku acuh. Terlihat raut wajahnya yang berubah menjadi terlihat sedih. Aku lupa, dia kan tidak tau bahwa hariku selalu membosankan..
Wanita itu kembali mengecup dahiku.
"Semoga hari ini kau mendapat keberuntungan sayang.." ucapnya padaku lalu berlalu pamit kepada ayahku untuk berangkat kerja. Sandiwara yang sangat hebat. Aku hanya mengangguk dan kembali melanjutkan sarapanku. Sementara wanita itu, dia sudah hilang dibalik pintu rumah."Kau lihat, ibumu sangat sayang padamu dan pada ayah. Jadi jangan pernah kau termakan omongan temanmu yang menjelek-jelekkan ibumu. Mengerti?" Ayahku berucap disusul oleh kecupan kecil di dahiku. Aku hanya diam menanggapinya. Bisakah aku merasakan hal ini lebih lama? Ibuku bahkan baru sekali menanyai tentang aktivitasku. Terimakasih Tuhan..
Tapi tunggu, aku melupakan sesuatu. Kenapa dari tadi tidak terpikirkan olehku. Kenapa aku bisa luluh hanya karena wanita itu menanyaiku? Tolong sadarkan diriku.
Kau tau sesuatu yang aku lupakan? Ketika aku pergi mengintip kamar orang tuaku semalam, kalian tau apa yang aku lihat selain tamparan?
Aku melihat dua ranjang terpisah di kamar itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Tbc
Votmen nya guys.. gimana ceritanya? Kalau ada yang mau ngasih kritik silahkan. Author akan terima dengan senang hati. Tetap baca cerita ini ya..

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom || Jinsoo ✓
Storie brevi[END] Hanya karena umurku yang masih belum terlalu dewasa kalian pikir dapat menipuku dengan sandiwara bodoh itu? Menyedihkan.. Cuma cerita singkat kok, yang tanpa disengaja membuat pembacanya menangis. Tertarik membacanya? Jangan lupa follow sebelu...