part 4

8 1 0
                                    

Setelah laki laki itu beranjak meninggalkan aya, Aya kembali berkutat dengan dunianya menunggu hujan reda.dan berharap laki laki itu cepat menjalankan mobilnya dan ia bisa menghubungi supirnya.

Tiba tiba suara petir yang keras membuat Aya menjerit ketakutan iya Aya menang takut dengan petir sejak kecil.

"Aaaaaarrrrrggghhhhhhh." tubuh Aya menggigil menandakan bahwa gadis itu sedang ketakutan yang sangat luar biasa.

Reval yang mendengar jeritan seseorang pun langsung turun dari kursi pengemudi dan menghampiri sumber suara tersebut, disana ia melihat gadis yang tadi sempat diajak ngobrol meringkuk dan ketakutan.

"Hey lu gak papa?"tanya Reval khawatir .

"Jangan pergi,jangan tinggalin gue, gue takut petir hiks hiks," ucap Aya sembari terisak, ia tak sadar kalau ia sudah membocorkan satu rahasianya pada orang asing .

"Iya gue gak bakal ninggalin lu kok, lu tenang ya jangan nangis nanti gue disangka mau memperkosa lu lagi," ucap Reval dengan nada jail.

Tak pelak jawaban Reval membuat Aya mendongak untuk melihat Reval dan mata mereka pun bertemu. Aya melihat mata yang begitu menenangkan baginya mata tajam seperti miliknya namun penuh dengan cinta dan kehangatan beda dengan dirinya untuk sesaat Aya terpesona dengan tatapan reval.

Begitupun sebaliknya Reval juga mengagumi mata indah milik aya, dengan iris mata biru jernih yang jarang dimiliki oleh orang orang Indonesia,serta tatapan tajam menusuk yang bahkan membuat siapa saja akan menghindari tatapan itu, tatapan penuh kebencian,kepedihan,kesepian dan aargh Reval tak tahu tatapan macam apa itu.

Tatapan itu membuat Reval kagum dan penasaran serta memiliki rasa ingin melindungi tapi reval pun tak tahu rasa apa yang ia rasakan saat ini.

Sampai beberapa saat akhirnya mereka menyadari posisi mereka,posisi yang begitu intim dimana Aya dipeluk oleh Reval dengan begitu hati hati seolah olah Aya merupakan suatu benda yang rapuh.
 
"Sori,"ucap Aya dan reval bersamaan. Sambil melepaskan pelukan mereka. Dan hal ini semakin membuat mereka semakin canggung.

"Udah tenang?gue anter ya gue gak tega ngeliat lu ketakutan lagi Kalok ada petir" ucap Reval dengan tulus, sungguh ini diluar batas kendali tubuh Reval bahkan ia pun bingung kenapa ia begitu peduli dengan gadis itu.

Aya hanya mengangguk sebagai jawaban dari tawaran Reval karna jujur ia begitu lemas saat ini bahkan untuk berdiri pun susah rasanya.

Setelah mendapat persetujuan dari Aya Reval pun berdiri dan mengajak Aya untuk masuk mobil dan mengantarnya pulang namun ia lagi lagi dibuat kaget karena melihat Aya yang begitu lemas dengan wajah pucat.

"Lu yakin gak papa? Masih kuat jalan apa mau mampir kedokter dulu". tanya Reval pada Aya

"Gue gak papa,"jawab Aya sembari berusaha kuat di depan laki laki yang baru dikenalnya tadi ia tidak boleh lemah hanya karena rasa takutnya ini.

Dengan perlahan akhirnya Aya bisa bangkit dan mengikuti Reval menuju mobil. Dengan hati hati ia melangkah karena rasa pusing dan lemas.

"Rumah lu dimana?" Tanya Reval ketika melajukan mobilnya membelah jalanan Bandung.

"Perumahan mutiara 4 gang melati." Jawab Aya.

"Itukan perumahan yang sama sama perumahan gue tapi kok gue gak pernah liat dia sih," batin Reval bingung sekaligus penasaran.

Setelah percakapan tadi tak lagi yang membuka suara baik Reval maupun Aya mereka sibuk dengan pikiran nya masing masing,sehingga hanya ada suara mobil yang berlalu lalang.

Setelah tiba dirumah nya Aya langsung turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada Reval bagaimana pun laki laki itu sudah menolongnya.

Diperjalanan menuju rumahnya Reval tak henti hentinya memikirkan tentang gadis itu ya siapa lagi kalau bukan Aya gadis sedingin es yang ternyata takut petir dan penuh misteri.

"Huh kenapa sih otak gue malah mikirin dia terus, mending gue mandi supaya lebih waras,"gerutu Reval pada dirinya sendiri.

Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang