Sembilan Belas

3.6K 59 2
                                    

Sejak insiden pak ahmad 2 hari yang lalu sekarang bryan,darel,maupun gilang belum juga menunjukan batang hidung nya di sekolah seolah olah ketiga trio macan itu sudah merencanakanya bersama sama.

"Gue udah bosan banget nunggu dia ngasih kabar buat gue tapi apa..... Satu kabar pun gak ada sama sekali NIHIL!!" arsya sangat kesal dengan bryan sampai-sampai ia menendang bangku yang ada di depanya tanpa sadar

"Kalo lo kesel sama dia kenapa lo gak nyamperin dia kerumah nya jadi lo bisa tau keadaanya , pliss deh sya gitu aja kok repot" saran tiara dengan kesal ,ia tak habis pikir kenapa arsya hanya menunggu dengan begitu bodohnya

Seketika raut wajah arsya ceria seolah olah dia menemukan ide yang sangat berlian dari seorang pakar ilmuwan hebat.. "Ide yang sangat bagus gue suka sama ide lo"  dengan senyuman maut arsya mulai mencari kontak darel

Mengotak atik ponsel nya sekitar 10 menit tapi arsya masih belum juga menemukan kontak darel " kok gue gak punya kontaknya darel sih?" dengan wajah murung arsya berhenti mencari kontak darel ia berinisiatif untuk mencari kontak gilang,.

Namun kejadian sama pun terulang ia masih juga tidak dapat menemukan kontak darel
"Arghhhh gue sebel kenapa kontak mereka gak ada sih?? "

"Kalo kontak mereka berdua gak ada,kenapa gak langsung hubungi bryan  nya aja langsung"
Tiara yang sedari tadi diam akhirnya bicara

"Gak bisa la gengsi tau no no no gue gak mau lagian gue mau bikin suprise buat dia jadi.... Kayak ada sensasi nya gitu deh " dengan menampilkan puppy eyes nya arsya mulai menghayal dengan indah bahwa kejutan nya akan berhasil

"Yaudah nih gue ada kontak nya darel cepet hubungi dia dan berhenti buat ngehayal gak jelas kayak gitu" tiara hanya bisa mengellengkan kepalanya menghadapi sifat arsya
"Dasar gadis penghayal" tentu itu hanya diucapkan tiara di dalam hatinya saja

*****
Disebuah rumah mewah dengan arsitektur yang sangat indah,namun mempunyai suasana yang sangat sepi  di penuhi dengan warna hitam dan juga merah menambah kesan seolah ada kesedihan di dalam rumah itu

Tepat di lantai dua didalam rumah tersebut tampak seorang siluet pemuda dengan perawakan tubuh yang tinggi dan juga atletis sedang memandang jendela

"Gimana pendapat kalian kalo gue pergi ke luar negeri buat cari kakak gue" ya itu adalah bryan arlex yang bicara

"Gila lo!! ,emang lo gak mikirin apa nasib arsya di sini ?hah! Atau itu cuma alasan lo buat ngehindari masalah lagi? " teriak darel yang sudah sangat kesal akan sikap bryan yang seperti pengecut sungguh ia sangat marah saat ini namun ia bisa apa.

"Bro belum tentu juga kakak lo ada di luar negeri inget informasi itu juga belum tentu bener" kali ini gilang yang memberi saran kepada bryan

"Kalau gue tetep mau pergi?" bryan mendengus dengan dingin seolah jawaban nya bukan apa apa

Sontak hal itu membuat darel maupun gilang menjadi terkejut " Lo gak serius kan bry? Lalu gimana nasib hubungan lo sama arsya kalo lo udah pergi ,apa lo setega itu sama dia?" akhirnya gilang mengucapkan kata itu juga seolah olah beban di hati nya terangkat

Suasana di dalam ruangan itu terasa mencekam kesunyian seakan menelan mereka bertiga
"Sebenarnya gue punya alasan lain buat itu semua dan kalian juga tau itu" ucapan dari bryan memecahkan keheningan yang ada

"Apa ini semua ada hubunganya dengan masa lalu lo?" tebak darel dan melihat dari ekspresi bryan seperti nya tebakanya benar "Kalo emang gitu alasan buat lo pergi mending sekarang lo hubungi arsya dan PUTUS sama dia jangan buat dia kayak jemuran yang lo gantung terus lo tinggalin sesuka hati" Skakmat dari darel cukup membungkam bryan

"Tapi......." sebelum bryan selesai bicara tiba tiba handphone nya berbunyi dan nama Tiffany tertera "Tiffany ngehubungi gue?" bryan cukup bingung apakah harus di angkat ataukah tidak dan cukup lama telepon itu berdering

"Angkat aja bro " saran gilang , dan akhirnya bryan mengangkat telepone tersebut
"Halo? "

".........."

"Apa maksud ucapan lo fanny?"

"........."

" lo serius kan?"

"........"

"Ok gue bakalan kesana lo tunggu gue jangan kemana mana"

Titttt..........

"Ada apa bro kenapa muka lo pucat gitu?" tanya gilang yang heran karna melihat wajah bryan yang sangat pucat seolah sudah mendengar orang mati hidup lagi

"Gue gak bisa jelasin sekarang sama kalian sekarang gue harus pergi" seketika itu juga bryan menghilang dari pandangan mereka

"Ada apa sih sama bryan? Gue jadi penasaran lagian gak biasanya Tiffany tiba tiba nelpon dia" gerutu gilang karna kesal

"Udah biarin aja dia selesaiin masalahnya sendiri karna dia bukan anak kecil lagi" kata darel dengan tenang dan ia cukup mengerti bahwa hanya ada satu hal yang bisa bikin bryan arlex seperti itu ya dia tidak salah lagi pasti karna itu.................

******
Tak lama berselang dari itu tiba tiba handphone darel berbunyi dan nama arsya tertera disitu
"Eh tumben nih anak telpon gue" seperti keajaiban karna arsya menelpon nya duluan
"Ya ada sya tumben nelpon gue"

"Bryan ada?"

"Baru aja tadi pergi ,emang ada sya?"

"Oh gituuu ya yaudah deh " terdengar nada kecewa yang sangat kentara di seberang sana lalu sambungan telpone terputus

"Gue sejujurnya cukup kasihan sama arysa" darel mengellengkan kepalanya mengingat kembali hubungan arsya dan bryan

"Hmmm.....lo bener juga gue juga ngerasa gitu,apa sebaiknya kita cerita aja sama arysa tentang masa lalu nya bryan" saran dari gilang

"Itu bukan ide bagus lebih baik biar bryan sendiri yang cerita sama arsya , lo tau sendiri kan masa lalu nya bryan itu ribet banget kayak jalan tol di tanah abang lo kan tau sendiri" jawaban dari darel seketika juga mencerahkan isi otak gilang dan ia menganguk kan kepala nya tanda ia setuju

*seeyounextchapter

The Hot Bad boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang