Hari yang begitu mengerikan bagi Swara (Helly Shah), yach apalagi kalau bukan hari pernikahannya, dengan seseorang yang entah tak ia kenal.
Jika bukan karna bejatnya sang paman, Viplav Thakur (Mishal Raheja) ia takkan menikah semuda ini, pastilah keinginannya untuk menjadi dokter tercapai.
Ia meruntuki nasibnya sembari memandang sengit dirinya dalam cermin besar. Menatap dirinya yang sudah cantik di rias sedemikian rupa, menyerupai sesosok putri di sebuah kerajaan.
"Menyebalkan.. Kalau bukan karna kau, aku takkan begini.. Paman macam apa kau? Teganya mempertaruhkanku!" Makinya.
Air matanya menggenang pada mata cantik Swara. Ia menoleh dan menatap foto ayahnya yang dirangkai bunga, ayahnya telah meninggal bulan lalu karna sakit. Hanya ayahnya yang ia punya saat itu, dan kini? Tidak ada.
Dimana ibunya?
Ibunya melarikan diri usai 4 bulan melahirkan Swara, menurut cerita yang ia dengar dari mendiang neneknya, itu karna si ibu tergoda pria lain. Dan itu sukses membuatnya hancur.
' Tuhan.. Kenapa hidupku serasa tak adil ? Kau jauhkan aku dengan ibuku sejak aku bayi, lalu mengambil nenek kakekku saat aku kanak-kanak, dan kau ambil ayahku...disaat aku butuh dia.. Tapi aku yakin kau takkan menyerahkan aku ke orang yang salah!' Bathin Swara
Entah ide darimana, Swara buru-buru beranjak dari kursinya, menutup pintu kamarnya dan melepas seluruh perhiasannya secara 'brutal' dan melepas semua kain sareenya ? usai itu ia menggantinya dengan saree krem. Ia tata bantal2 kecil yang ada dan ia bungkus bantal itu dengan kain saree.
"Selamat tinggal semua.. Maafkan aku..!" Ia menggendong kumpulan bantal yang telah dibungkus.
Ia buka lagi pintu itu, melangkahkan kakinya, dan segera keluar. Setelah keluar, ia tutup kembali kamarnya.
Berjalan dan berusaha menutupi kepalanya dengan dupata agar tak ada yang tahu siapa dia.
Untunglah akal cerdiknya tak berhenti, ia memungut beberapa perhiasan yang mungkin akan ia jual untuk memenuhi hidupnya. Tak lupa ia membawa uang yang ia kumpulkan sejak ayahnya masih ada.
Berjalan dengan terburu-buru. Berusaha bebss dari keramaian persiapan pernikahannya. Hingga membuat salah satu orang dari keluarga pamannya mendekatinya, pasalnya ia heran dengan keberadaan orang yang tak pernah ia lihat sebelumnya..
"Siapa kau?"
"amh.. A..aku..aku teman perias Swara.. " Bual Swara ketakutan sambil mencoba menetralkan diri, atau semua rencananya hancur.
'Ayo Swara.. Jangan panik tenang.. Semua akan berjalan normal!" -Bathin Swara.
"Oh.. Anakku sedang demam.. Aku pergi dulu ya.." Swara buru-buru menyingkir dari sana.
Dengan gesitnya ia segera menjauh dari rumah itu, terus berjalan menyusuri desa hingga menemukan jalan keluar desa.
*
*
Suara ayam berkokok mulai terdengar walau nyatanya langit masih gelap.
Swara yang merasa cukup lelah disertai kantuk yang luar biasa, memutuskan duduk di bangku panjang pinggiran kota yang masih memadat akan orang.
"Oh Rabba (Oh Tuhan). " Kejutnya melirik sekitar, nampak sebuah kota yang kemerlap indah berkat lampu-lampu baik dari bangunan-bangunan atau dari kemerlap lampu kendaraan.
Ia tak pernah memandangi hal ini. Bahkan untuk keluar dari rumah saja repot. Pasalnya sang paman selalu melarangnya, dengan alasan.
"Perempuan itu tugasnya dirumah! Tak usah sok ingin tahu urusan diluar!"
Hal itu membuatnya merasa jengah. Gila saja jikalau perempuan harus selalu 'dikandang'. Ia sadar juga, ia banyak tertinggal informasi dunia luar. Tapi ia tak kehilangan akal cerdiknya.
Ia berusaha berteman dekat dengan teman-temannya yang cukup paham tentang keadaan dunia luar. Seperti Veera (Digangana Suryavanshi). Ia banyak belajar dari Veera, walau itu harus diam-diam.
Setidaknya ia bisa membaca, menulis, tahu obat2an, sosial.
Ia berdecak kagum pada pandangan yang ia lihat, ia bahkan tak tahu kenapa dan apa yang membuatnya bisa berjalan jauh dari desa.
Swara luruskan kaki pegalnya. Bagaimana tidak, siapa yg tidak pegal berjalan 5 jam berturut-turut, walau diselingi istirahat beberapa saat.
Tapi ia sadar, kalau begini terus tidak aman, ia harus mencari tempat tinggal.
Ia kembali berdiri, berjalan lagi. Meski kakinya sudah mulai mengeluarkan darah, dan nanah.
Perih sekali.
Sesekali ia meringis kala menapakan kakinya diaspal.
' Ayah... Aku sudah tak tahan... '
Bugh!
***
Swara kembali membuka matanya, dan betapa terkejutnya ia.
Yang semula berpemandangan kota di malam hari berubah menjadi sebuah kamar.
Dengan cat tembok berwarna pink, seprei kasur pink, dan intinya berdominan merah muda.
'Kamar siapa ini?' -Bathin Swara.
To
Be
ContinnueHallo Readerssss!!!
Hallo Swasan Loverss...
Hallo Hellyvers... Varun lovers..Wkwkwk...😂
Ketemu lagi dengan Dinda ...✋✋
Oh ya.. Cerita ini segar dan murni dari pemikiran Dinda, dan blm sama sekali terposting..👌 Baik di facebook grub, WA grub, Instagram dan semacamnya.. Jadi....Ini terbuat atas Dinda yang menghargai keinginan readers untuk membaca kisah tentang Swasan...💕💕
Dan Shukran Dost, sudah senang, dengan ff Swasan yang dinda buatkan.. Dan semoga selalu begitu..
Selamat menikmati..
Jangan lupa voment ya 😘
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
♡ Karena Cinta ♡ (END)
RandomBerkisah tentang Swara Lakshmita Thakur yang melarikan diri dari pernikahan mudanya dan pertemuan serta..... masuk saja , dan lanjutkan bacanya.. ~♥~