♥ Seventeen ♥

778 65 14
                                    


Malam mulai tiba, hari semakin gelap, jika dilihat pada jam telah menunjukan pukul 06.40 yang menandakan setengah 7 lebih. Swara telah selesai melakukan makan malam dengan Saanskar dan Nyonya Ru.

Kebetulan ayah Saanskar sedang di luar kota. Dan adiknya belum pulang, jadilah Swara hanya dengan mereka berdua. Banyak percakapan yang terjadi, mulai dari Nyonya Ru yang bertanya namanya, rumahnya. Dan karna Swara tak ingin selalu membagi masa pahitnya, ia hanya bilang.

"Aku tinggal dengan saudaraku, orang tuaku sudah tiada nyonya.."

Mendengar ucapan Swara, Nyonya Ru jadi tersentak, dan merasa iba. Ia hanya mengelus punggung Swara menguatkannya. Untunglah ia tak bertanya lagi, terlebih tentang pendidikannya. Ia akan sangat merasa gugup jika ditanya itu.

Mungkin Ny. Ru mengira ia sekampus dengan Saanskar. Pikirnya.

Dan lebih parahnya, Nyonya Ru bilang...

**

"Berapa tahun kalian dekat?"

"Hah?" -Swara

"Tidak ma, baru saja..." -Saanskar.

"Swara?"

"Haan?"

"Sudah punya calon??"

"KYAA??-ups" -Swara

Nyonya Ru tersenyum jahil sedang Saanskar menatap dua wanita di depannya bingung.

"Hahaha, santai saja..." jawab Ny. Ru. Swara hanya melirik Saanakar dengan lirikan bertanya. Dan Saanskar hanya menggeleng.

"Kalian itu cocok ... Kenapa tidak menjalin ehem... Itu.. " Swara merasa panik seketika, jantungnya berdegup jauh lebih kencang. Jika ia bisa menghilang, ia akan menghilang saat itu juga.

"Ma, kau bicara apa? Jangan aneh-aneh, emh Swara.. Maafkan ibuku ya?" Swara mengangguk gugup sembari menyimpulkan senyuman paksa.

**

Swara telah keluar dari rumah, sebelumnya ia telah menelfon supir untuk menjemputnya, dan kini supir sedang dalam perjalanan. Ia meminta agar menunggu di depan saja, dan Saanskar bertugas menemani Swara, Nyonya Ru?

Dia tak ingin mengganggu Saanskar dan Swara, dan lebih baik di kamar menonton sinetron Indonesia yang tayang disana, Orang Ketiga.

😂😂

"Swara?"

Swara menoleh, menatap Saanskar yang gugup.

"Kya hua?" Tanyanya.

"Maafkan ibuku ya? Dia..." Swara menggeleng keras sembari berkedip hal itu membuatnya gemas.

"Tidak apa... Tidak apaa..." Ucapnya yakin.

Swara pun mengalihkan pandangannya menuju jalanan di depan. Dan tiba-tiba..

Tess..

Tesss

Tess...

"Saanskar? Ge.. Gerimis..?" Ucap Swara mendongak ke atas. "Ayo Saanskar kita masuk ke teras, nanti kau kehujanan, dan sakit lagi.. Ayo Saanskar.." Swara berlari menggandeng Saanskar yang mengikutinya.

"Hey Hey Swara, aku hanya demam, sudah lumayan baikan kok.. Sudahlah..." dumelnya membuat Swara memutar bola matanya malas.

"Tetap saja, kau belum sembuh!" Balas omel Swara.

"Aish! Dasar perempuan!"

"Apa??? Memang aku perempuan, kenapa?"

"Ribet.."

♡ Karena Cinta ♡ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang