♥ Twelve ♥

773 62 9
                                    


Swara pun tersenyum dan meninggalkan Laksh dengan rasa bersalahnya yang belum terbayar.

Ia segera menuju dapur. Laksh pun mengejarnya.

Swara mengambil minum segera, lalu duduk di bangku makan. Sesosok Laksh pun menyebelahinya, merasa mata Swara berair, Laksh mengelus lengan Swara.

"Maafkan aku Swara, aku tidak tahu apa yang terjadi, sungguh Swara.. " Swara hanya mengangguk

"Tak apa.." Jawabnya tanpa menatap Laksh.

"Lalu kenapa kau menangis..?" Tanya Laksh melihat Swara mengusap matanya, Swara buru-buru menggeleng, merasa dibohongi, Laksh pun menarik pundsk Swara hingga membuat Swara menatap Laksh, terpaksa

"Kya hua??" Laksh mulai menghapus air mata Swara yang menggenangi sekitar mata Swara dengan ibu jarinya.

"Aku tahu, kau itu cerewet, menyebalkan, dan rusuh.. Tapi kau tlah menjadi saudariku, dan mau tidak mau aku harus mau.. Swara, apa yang terjadi? Kau kenapa? Ceritakan padaku... Jangan kau pendam sendiri, karna kau tidak sendiri.. Ada aku, ada bibi.. " Ucap Laksh lembut.

Dan ini kali pertama Swara mendengar suara Laksh yang begitu manis dan lembut. Ia tak lagi mampu menatap Laksh, ia mulai menunduk, menahan air matanya.

"Apa kau merindukan mendiang ayahmu? Atau ibumu yang kabur itu...? Tunggu, tadi kau bertemu dengan pamanmu kan? Dia... Tidak melakukan sesuatu padamu kan?" Swara kembali menatap Laksh, dari sekian pertanyaan Laksh, ada dua pertanyaan yang benar bagi Swara.

"Paman tidak tahu aku ada disana... Dan.. Perkara aku merindukan ayahku.. Jelas.. Dia adalah hartaku, penyemangatku, dia adalah.. Temanku, sahabatku, a.ayahku..." Ucapannya terhenti karna sebuah isakan. "Dan ibuku.."

Laksh tersenyum tenang .

"Aku pun pernah merasakan apa yang kau rasakan..  Tapi Swara, sudah jd takdir beliau.. Jika beliau mendahului kita.. Tuhan itu baik Swara, ia tahu yang terbaik untuk kita.. Swara kau tidak sendiri kau punya Dia (Tuhan) dan akan slalu begitu..." Jelasnya penuh ketenangan. 

Swara mengangguk, ia mulai tersenyum disambung dengan Laksh yg ikut tersenyum.

"Akh, kau manis juga kalau tersenyum.." Swara tersipu sesaat.

"Ingat Ragini...!" Laksh pun tertawa.

"Beruntungnya aku dikelilingi gadis-gadis cantik .. Ada bibi yg baik dan mulia, Ragini yang cantik dsn penyayang, dan kau yang manis... Dan...

Cerewet.."

Mendengar itu Swara pun kesal, dengan tawa kecilnya ia mencubit lengan Laksh, dan Laksh pun menghindar.

"Apaa.. Apa hah? Berani kau dg orang tampan hah?"

"Tampan.?. Nampan..."

"Maksudmu aku rata begitu ?"

Swara pun terpingkal-pingkal membayangkannya, membayangkan Laksh yang rata bak tembok rata.

"Kenapa tertawa??" Tanya ketus Laksh.

"Tembok...ahahahaha.. Haha haduh..." Ujar Swara sambil menutup wajahnya.

"Swara!!!!!!" Swara pun segera masuk ke kamarnya dg terbirit2.

*

*

Pagi harinya, Swara menyiapkan sarapannya sendiri karna sang bunda masih tertidur, akibat pulang larut.

Tak lama datanglah Simran. Simran tersenyum melihat putri angkatnya begitu lihai dalam mengurus dapur.

Ia jadi teringat sesuatu, namun ia tak bisa mendiskripsikan lengkap di kepalanya.

"Simran... Apa yang kau masak..?"

Simran memegang kepalanya yang berdenyut. Ia menggeleng untuk mengusir denyut yang menyakitkan itu.

"Maa kenapa?" Tanya Swara menghampiri Simran, berbarengan dengan Laksh yang menuruni tangga menuju meja makan.

"Nahin,hanya masih mengantuk saja.. Akh kau masak apa sayang?" Swara tersenyum.

"Aku.. Aku hanya membuat Takka Masala.. Dan jalebi tadi.. Ayo duduk maa.. " Swara menggandeng Simran untuk duduk di kursi makan yang ada. Lalu melirik ke Laksh yang sudah rapi.

"Namaskar.."

Sapa Swara. Laksh tersenyum. "Namaskar.."

"Maa, semalam pulang jam berapa?"

"Oh jam 12. Hah aku lelah sekali.. Dari meeting, lalu mengecek laporan, dan di suruh mampir ke rumah Bibi Rani menemaninya sebentar sampai suaminya pulang... " jelasnya. "Oh ya kemarin bagaimana?"

"Apanya?"

"Jalan-jalan?"

Laksh dan Swara saling menatap, beritahu atau tidak? Itulah dialog dalam tatapan itu.

"Menyenangkan.." Ujar Swara.

"Tapi..." Sela Laksh. Swara langsung memberI Laksh ekspresi mengancam.

"Jika kau memberi tahu.... Mati kau!"

"Tidak amaa, maksud Laksh mungkin... Ia kesal karna aku tdk membeli apa-apa"

"kenapa?"

"Karna, aku ingin menghemat pemberian amaa..." Ucap Swara.

Simran hanya tersenyum mendengar kebijakan Swara.





💋 To Be Contineu 💋

Hallo.. Siapa yg nungguin daquh?

Maaf ya lamaa....

Oya, hehe.. Disini gk ada Saanskar..

Ntar di lanjut di pt lain..

Thanks yg udah voment💋

Voment lg yach..

♡ Karena Cinta ♡ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang