♥ Nineteen ♥

686 50 6
                                    


"Maksudnya?" Tanya Viplav. Simran lantas berdehem.

"Iya, kau kan temanku, siapa tahu kau bisa membantuku.." Ujar Simran.

"Dengan senang hati.." Viplav tersenyum. Ini benar-benar nikmat Tuhan, ia di pertemukan dengan orang yg ia cari bertahun-tahun, dan dapat membantunya mengingat masa-masa yang ia lupakan, termasuk mungkin putrinya juga ia lupakan.

"Tapi, tidak sekarang.. Aku harus pulang.. Putriku di rumah.. Ia pasti menungguku, bagaimana jika nanti siang di kantorku.." Usulnya disambut anggukan oleh Viplav.

"Oke tidak apa... Eh tapi tunggu, kau punya seorang putri? Siapa? "

"Akh dia hanya putri angkat.." Simran tak berani mengungkap nama Swara sebelum ia tahu betul siapa Viplav. Sedang Viplav bernafas lega, karna ternyata hanya putri angkat.

"Akh baiklah. Oh ya, boleh aku menyimpan nomormu..?" Simran mengeluarkan ponsel dari tasnya.

"Ini, +91xxxxxx" Viplav pun dengan cermat menulis nomor Simran ke ponselnya. "Oke, nanti ke kantor jam 11.00 saja ya ?" Viplav mengangguk setuju.

"Oke, Shyukron.."

"Haan"

*

*

"Tck, sudah jam setengah tujuh tapi amaa belum pulang juga.. Laksh juga tidak turun-turun dari tadi.. Apasih yang dia lakukan diatas sana.." Gerutunya sambil mempersiapkan sarapan seadanya terutama untuk Laksh yang akan kuliah

Disela kekesalannya, Laksh nampak datang. Tapi tunggu, wajahnya nampak masam.

"Pagi Laksh.." Sapa manis Swara sambil menaruh segelas susu untuk Laksh. "Ibu sedang belanja, ini makan ini dulu.. "

Laksh hanya menatap Swara kesal.

"Aku buru-buru.." Laksh meminum dan menghabiskan segelas susu tadi dengan cepat. "Daa.."

"Laksh...!" Serunya mengejar Laksh. 'Tapi kau belum sarapan, nanti kau lemas... Hey!"

"Tak usah pedulikan aku.. Kau pikir aku anak kecil apa? " Balas Laksh berteriak, Swara hanya tersentak kaget. Namun ia nampak sudah biasa dengan sikap menyebalkan Laksh.

"Ada apa lagi dengannya, huft" Swara kembali ke dapur.

*

*

Dikampus nampak Ragini berjalan nan berpapasan dengan Saanskar, sang mantan kekasih.

"Saanskar?"

"hm?"

Ragini hanya menghela nafas, "Kau mau kemana? Kelasmu kan disana.." unjuknya pada sebuah ruangan.

"Apa pentingnya untukmu aku mau kemana? Maaf Ragini... Tapi benarkan... Semenjak kita putus, kau berpacaran dengan Laksh dan tidak pernah menanyakan aku? Tidak mau menegur sapa dgku.. Cuek.. Bahkan aku menyapamu kau hanya tersenyum masam... Lantas, mengapa kau menanyakan aku sekarang..?" Ragini terdiam. Setidaknya ia merasa benar atas ucapan Saanskar.

Semenjak, keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Saanskar, dan menjalin hubungan dengan Laksh. Ia acapkali mengacuh tak acuhkan Saanskar.

"Kenapa? Kenapa kau bicara begitu. Bukankah hubungan kita sudah berakhir? Kau masih cem..." Ucapnya terpotong.

"Berakhir itu menurutmu..! Tapi apa kau melihat aku saat kau mengakhiri hubungan ini, hah? Tidak kan? Kau mengakhiri hubungan ini seperti memutuskan benang ... Cemburu? Untuk apa aku cemburu padamu dan Laksh? Memang apa hubungan kita? Sudahlah..." Saanskar berlalu dengan enaknya.

♡ Karena Cinta ♡ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang