~3~

6 1 0
                                    

Natha masuk ke dalam kelasnya. Dirinya sangat terkejut saat melihat ada Meteor yang sedang memainkan ponsel. Ingin mundur tetapi sudah terlanjur masuk.

"Jangan sok-sokan mau balik lagi, masuk aja!" Suara Meteor mengejutkan Natha. Ternyata Natha ketahuan kalau dia ingin mundur.

Natha menelan salivanya. Natha tidak menjawab atau menyahut ucapan Meteor. Dia hanya duduk kemudian memainkan ponselnya. Melihat wajah sang Mamah di layar ponsel membuatnya sangat merindukannya. Matanya sudah memerah tapi gengsi jika menangis di dalam kelas.

Tiba-tiba suara Meteor mengagetkannya. "Itu siapa? Kok cantik bener?"

Meteor berdiri di belakang Natha, Natha menatapnya tidak suka. "Gatau,"

"Kenapa sih lo selalu jawab pertanyaan gue gatau gatau, kalau lo gatau dia siapa, kenapa lo jadiin foto dia sebagai walpaper hp lo?" Tanya Meteor. Natha sangat membenci keadaan ini.

"Gapapa," jawabnya. Sungguh Meteor sangat gemas melihat Natha. Dia merasa pernah berada diposisi Natha, menjawab pertanyaan orang hanya dengan satu maupun dua kata.

"Dia siapa?" Tanya Meteor pelan. Natha berdecak.

"Mamah," jawab Natha, kemudian dia berdiri dan bersiap meninggalkan Meteor.

"Mamah siapa?" Tanya Meteor berpura-pura tidak tahu. Memang tidak tahu.

Natha berjalan keluar, Meteorpun mengikutinya. "Aku," Natha mempercepat langkahnya, begitupun Meteor.

"Lo mau kemana?" Tanya Meteor yang mulai lelah mengikuti alur jalan Natha yang semakin cepat. Natha tidak menjawab pertanyannya.

Saat sampai koridor kuliah, Natha memberhentikan langkahnya. Dirinya merasa risih pada Meteor yang selalu mengikutinya, kenapa dia haru sekelas dengan orang yang seperti Meteor. Menyusahkan.

"Kamu bisa ga kalau gaikutin aku?!" Bentak Natha yang membelakangi Meteor.

"Tumben nanya katanya banyak," goda Meteor membuat Natha emosi. Natha membalikkan tubuhnya dan kini menatap Meteor yang lebih tinggi darinya.

"Bisa gapergi?!" Suruh Natha. Tangan kanannya diangkat sejajar dengan bahu dan sangat lurus. "Jangan iikutin aku!"

"Gue mau ikutin lo, emang gaboleh?" Tanya Meteor. Natha menatap Meteor malas.

Natha kembali melangkahkan kakinya. Meteor pun tetap mengikutinya. Natha sangat malas jika sudah diikuti seperti ini. Tiba-tiba ponsel Natha bergetar membuatnya berhenti mendadak dan membuat Meteor menabraknya.

"Annyeong"

".........."

"Aniyo!"

".........."

"Andwe!!!!"

Sepertinya Natha mematikan telponnya, ponselnya dimasukkan kesaku kemejanya. Meteor mengernyit heran. Dia ngomong pake bahasa Korea? Batin Meteor.

"Tadi lo ngomong pakai bahasa Korea ya?" Tanya Meteor sambil berlari mengejar Natha yang kebetulan meninggalkannya.

Natha mengangguk. Meteor mengehela napasnya sabar, demi bisa dekat dengan Natha dia harus sabar menghadapi sikap Natha yang seperti ini.

Natha sangat risih mendengarkan ocehan Meteor. Akhirnya Natha memutuskan untuk memasangkan earphone dan menyalakan musik. Mata Meteor terbelalak saat melihat Earphone yang bergambar lambang Boyband Exo, BoyBand Korea Selatan favorit Metha. Dan sebuah Dream Cather berwarna biru yang digantungkan di ponsel Natha.

Meteor memikirkan sesuatu. Dia suka Exo dan suka sama Dream Cather juga? Kenapa Natha kayak Metha? Metha juga suka Exo dan suka Dream Cather. Batin Meteor.

"Lo suka Exo? Suka Dream Cather juga?" Tanya Meteor sambil memegang bahu Natha dan membuat Natha berhenti. Natha membalikkan tubuhnya menghadap Meteor.

"Iya," Nathapun membalikkan tubuhnya dan membelakangi Meteor. "Kenapa?"

"Lo mirip sama Metha," akhirnya Meteor mengucapkan nama Metha pada Natha. Natha mengernyit heran.

"Metha?" Tanya Natha yang terheran-heran sendiri. "Dia siapa?"

"Pacar gue yang udah ninggalin gue dan gabakal balik lagi," jawab Meteor, suaranya lirihnya membuat gesekkan di telinga Natha.

"Maksud?" Tanya Natha yang tidak mengerti akan maksud dari jawaban Meteor.

"Dia udah meninggal," Meteor memperjelas kembali. Deg. Hati Natha terasa sakit apabila mendengar kata meninggal.

"Oh," Natha berpura-pura sabodo. Langkahnya dilajukan kembali.

Meteor mengernyit heran. Cuma oh? Batin Meteor.

Ketika mereka berdua sampai di sebuah tempat yang sangat sepi, Natha berteriak sambil memanggil nama Chelsee dan mengatakan sesuatu menggunakan bahasa Korea.

"(Eommaaa Kim Chelsee Anatasyah!! Bogoshipeo! Waeyo neo idong?! Eommaaaaa!!)" Natha bertekuk lutut lemas sambil menatap langit. (Ibu Kim Chelsee Anatasyah!! Aku merindukanmu! Kenapa kau pergi?! Ibu!!).

Meteor yang merasa iba melihat Natha seperti itu, memberanikan diri mendekati Natha. Dan bertanya. "Itu artinya apa? Atau intinya apa deh,"

"Aku rindu Mamah," ucap Natha lirih. Tangisnya membuat gema dimana-mana.

"Rindu? Emang Nyokap lo kemana?" Tanya Meteor heran pada Natha.

"Udah meninggal," jawab Natha sambil menghela napasnya yang penuh arti bahwa dia sangat lelah.

Meteor mengusap pundak Natha. "Gue juga kangen dia,"

Kini mereka berdua sama-sama menatap langit dan sama-sama meneteskan air mata. Ada sesak tersendiri di hati Meteor mengingat akan kepergian Metha satu setengah tahun yang lalu. Dimana ginjalnya didonorkan untuk Meteor.

"Siapa?" Tanya Natha. Tangannya mengusap air matanya dan berusaha menatap Meteor.

"Metha," jawab Meteor penuh kerinduan dalam benaknya. Jika waktu bisa diputar, dia akan mencoba menerima Metha dan tidak akan menyakiti hati Metha.

"Pacar kamu yang udah meninggal juga?" Tanya Natha. Natha berdiri dan mengajak Meteor untuk duduk di kursi yang berada di tempat tersebut. Tempat itu ternyata Lantai atas.

Meteor mengangguk. "Iya,"

Natha tersenyum, baru kali ini dia tersenyum pada seseorang yang baru dia kenal. "Dia meninggal kenapa?"

"Semuanya salah gue, gue yang udah nyia-nyain dia, gue buat dia ngedonorin ginjal satu-satunya demi gue, kedua ginjalnya udah buat keluarga gue semua, Metha dia itu gue jadiin pacar karena terpaksa, Metha suka sama gue dari SMP, tapi gue gapernah suka sama dia, dan gue malah jadian sama cewe lain, lebih tepatnya gue selingkuh. Dan apa lo tau Tha, Metha pergokin selingkuhan gue itu jalan sama cowo lain, awalnya gue gapercaya dan seterusnya gue gapercaya, dan pada akhirnya gue ditabrak sama cowo selingkuhan gue dan ternyata cowo itu namanya Samuel, dia temen gue waktu dulu tapi dia punya dendam sama gue karena nyokapnya meninggal gara-gara kecerobohan gue, dan waktu dibawa ke RS ginjal gue sebelah kiri rusak, dan yang paling gue ngerasa bersalah adalah, Metha cuma punya satu ginjal sebelah kiri dan ginjal sebelah kanannya di donorin buat bokap gue waktu dia masih kelas 3 SD, dan dia donorin ginjal sebelah kirinya buat gue dan dia milih nyelamatin gue dan kehilangan nyawanya, disitulah sampai saat ini gue nyesel banget," jelas Meteor.

Natha ternyata mendengarkan cerita Meteor dengan sangat antusias. "Terus selingkuhan kamu masih sama Samuel itu?"

"Gatau Tha, gue belum dapat kabar tentang mereka berdua lagi," Meteor menunduk. "Tha, sebelum gue ketemu sama lo, gue gapernah ngomong banyak kayak gini sama orang, baru kali ini gue ngomong banyak dan pertama kali lagi gue ngomong banyak itu sama lo,"











~~~~
Yeyyy akhirnya part ini selesai juga😧
Cie Meteor sama Natha mulai deket😊

Meteor2Where stories live. Discover now