"Udah ah kalian nggak usah kebanyakan mikir, pokoknya kalian semua wajib ikutan. Sebelum main kita bikin kesepakatan dulu," ujar Dena panjang lebar saat ia tak kunjung mendapat respon apapun dari teman-temannya.
"Tapi kalian jangan heboh yah, anak gue udah tidur, susah mereminnya," sahut Anggia.
Kelulusan SMA sudah sekitar 6 tahun lalu, jadi wajar saja bila sampai saat ini sudah banyak teman angkatan atau bahkan alumni siswa kelas 3 IPS 1 menikah bahkan telah memiliki beberapa anak, yang sebagian akhirnya ada yang mengajak anak, istri atau suaminya ikut hadir ke acara reuni ini.
"Iya, slow aja," sahut Dena.
"Oke bikin kesepakatannya dulu," tambah Dena.
"Kesepakatan apa sih? Main dare or dare aja pake kesepakatan segala," sahut Arga.
Laki-laki itu masih konsisten mempertahankan nada bicara tidak bersahabatnya.
"Ada yang puter botolnya, setelah botolnya berhenti, siapa yang mau kasih dare? Kalian semua atau cukup satu orang yang kasih dare dengan hasil rembukan?" ujar Dena menjelaskan. Mengabaikan protes yang Arga berikan.
"Rembukan aja deh," sahut Tita yang disetujui teman-teman yang lain.
"Gue nggak ikutan yah, gue mau pulang." Seina sudah bersiap bangkit dari kursinya kalo saja Arga yang duduk di hadapannya tidak berusaha memegang pergelangan tangannya.
"Kenapa, Ja? Gara-gara gue? Lo masih bete karena mereka bohongin lo demi biar lo datang ke sini?"
"Yaudah gue aja deh yang balik. Gue rasa lo semua lebih butuh si Manja ini dibanding gue. Jadi, gue balik yah?" Kini giliran Arga yang bersiap bangkit dari duduknya.
Rasya yang duduk tepat di samping kiri Arga berusaha menahan emosinya. Memaksa Arga untuk tetap duduk di kursinya.
"Apaan sih lo berdua? Drama banget? Please yah ini bukan cerita di novel-novel yang istri gue baca," decak Rasya. Ia menatap Arga dan Seina bergantian.
Jiwa kepemimpinannya sebagai ketua kelas rupanya masih begitu melekat pada Rasya.
"Pokoknya nggak ada yang nggak boleh ikutan, semua wajib ikutan, iya kan, Den?" Alisa meminta persetujuan.
"Bener, Sa," jawab Dena.
"Yaudah mulai deh," saran Agung.
"Oke, kita coba minta botol kosong dulu yah."
Dena nampak mengangkat salah satu tangannya. Memanggil seorang waiter yang dilihatnya, kemudian saat sang waiter datang, ia meminta sebuah botol kosong dan mungkin memesan beberapa makanan yang rasanya akan ajaib sebagai bagian dari tantangannya nanti.
"Oke, mulai yah!"
"Iya cepet deh mulai, keburu malem, istri gue nggak ikut, nanti kalo gue pulang kemaleman dia ngomel lagi," ujar Andi--yang tentu saja langsung mendapat respon kekehan dari teman-temannya.
Perlahan Dena mulai berusaha memutar botol kosong di atas meja. Semua mata tertuju pada botol yang sedang berputar di atas meja.
"Hyaaaaa!!" seru Tita saat botolnya berhenti dan menunjuk ke arah Rasya.
"Njir kenapa gue duluan sih?" desis Rasya.
"Oke Sya karena dare or dare jadi dare yah," kekeh Dena.
Kemudian mereka semua--kecuali Seina dan Arga, berembuk untuk menentukan dare yang akan Rasya jalani.
"Udah dapet, Sya," ujar Alisa bertepatan dengan mereka semua yang mengakhiri rembukannya.
"Apa?" tanya Rasya tak sabar.
"Pulang dari sini lo bilang ke istri lo kalo lo minta cerai. Bilang gini; sayang kita cerai yah, aku tadi ketemu mantan, makin cantik aja. Nah itu lo record terus share di grup sebagai bukti kalo lo udah jalanin dare," jelas Alisa panjang lebar.
Rasya membolakan matanya tak percaya selagi kepalanya ikut menggeleng-geleng. "Gila lo semua, ogah ah."
"Eh nggak boleh ada penolakan," sergah gadis bernama Aluna.
"Gila, gue sayang banget sama dia, gue nggak mau cerai," tolak Rasya mentah-mentah.
"Nggak sampe cerai beneran, sampe istri lo marah atau nangis aja baru lo bilang ke dia kalo itu dare dari kita," ujar Alisa lagi.
"Gimana, Sya?" tanya Dena.
"Oke," sahut Rasya tanpa berpikir lagi.
Mereka semua tersenyum puas. Sedangkan Seina sendiri nampak menggelengkan kepalanya.
Gadis itu tidak habis pikir dengan dare yang teman-temannya berikan untuk Rasya. Sudah benar-benar di luar batas.
...
Permainan dare or dare terus berlanjut, satu persatu sudah mendapatkan darenya masing-masing. Yang jelas dare mereka semua tidak kalah sadis dari dare yang diberikan pada Rasya.
"Akhirnya ini botol berhenti di Arga yaAllah ...." Teriakan heboh yang Tita hasilkan ikut membuat yang lain terkekeh geli.
Mereka semua memang sudah sangat menunggu botol itu berhenti dengan menunjuk Arga ataupun Seina. Mereka sudah menyiapkan dare yang sekiranya cocok untuk keduanya.
"Gue nggak ikutan. Lagian daritadi gue juga nggak ikut rembukan buat kasih dare ke kalian tapi kenapa kalian semangat banget mau kasih dare ke gue?" Arga menaikan sebelah alisnya. Menatap temannya satu persatu dengan gemas.
"Kan tadi gue bilang, semua wajib ikutan," ujar Dena.
Kemudian mereka semua kembali berembuk untuk menentukan dare yang akan diberikan kepada Arga.
Sejujurnya Seina begitu gatal ingin ikut berembuk, memberikan dare gila untuk musuh bebuyutannya itu tapi ia masih berusaha tak acuh.
"Yaudah jadi apa darenya?" tanya Arga tak sabar.
Setidaknya Arga belum memiliki istri, tunangan atau kekasih lagi setelah putus beberapa hari lalu, jadi Arga rasa dare untuknya tidak akan segila dare yang diberikan untuk teman-temannya.
"Ajib ... gak sabaran amat, Ga," kekeh Ari.
"Jadi apa?" tanya Arga lagi seolah tidak peduli dengan celetukan Ari.
"Dare buat Arga ... lo harus nikah sama Seina."
---
Terimakasih untuk respon kalian di part prolog. Makasih banyak!😘Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.storySerang, 28 April 2018
Love,
Agnes
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]
Roman d'amourARGASEINA SERIES #1 [PART SUDAH TIDAK LENGKAP] [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU] Rank #6 IN ROMANCE (110818) Musuh Tapi Menikah? Bagaimana bisa? Tapi nyatanya itu yang terjadi pada Seina Alexandra dan Arga Dimitra, tetapi bukan karena perjodohan orangtu...