Special thanks to Meccaila si penyumbang ide.
-*-
"Keesha, pakai dulu sepatunya sayang." Krystal menyodorkan sepatu kets putih bercorak hitam pada anak pertamanya yang diabaikan begitu saja oleh Keesha. Gadis kecil itu justru berlarian mengejar adik laki-lakinya mengelilingi ruang tamu seraya menggerutu tak jelas.
"Keesha." Panggil Krystal dengan nada memperingatkan. Wanita itu sudah cukup lelah mempersiapkan segala keperluan mereka saat berada di Jeju nanti dan setelah berhasil menidurkan anak ketiganya yang rewel sedari pagi, kini jutsru anak pertama dan keduanya yang berulah.
"Adek nakal, Ma. Muffin Kakak dihabisin sama dia." adu Keesha seraya berjalan pasrah kearahnya. Gadis lima tahun itu nampak cemberut, sesekali masih memelototi adiknya yang memasang cengiran tanpa dosa. Krystal menggeleng pelan. Seperti inilah kesehariannya dalam membesarkan ketiga anaknya. Keesha dan Keenan sebenarnya team yang kompak. Sekali mereka akur, lengketnya minta ampun. Tetapi ya begini, mereka sering bertengkar karena makanan.
Kejadian seperti ini bukan sekali dua kali terjadi. Krystal yang memang hobi membuat kue selalu berusaha membuat camilan sendiri untuk anak-anaknya. Namun karena Keesha dan Keenan mulai sering berebut makanan jadilah Krystal membagi jatah mereka dengan jumlah yang imbang. Keenan si doyan makan seperti Ayahnya selalu menandas habis jatah camilannya begitu selesai dibagi. Sedangkan Keesha memilih menyisihkan beberapa untuk dimakan nanti. Disinilah permasalahannya. Keenan selalu berpikir kakaknya tidak akan lagi memakan camilan yang sudah disisihkan, makanya dia selalu menghabiskannya.
"Keenan, lain kali nggak boleh gitu ya. Keenan kan udah dapat jatah Muffin sendiri dari Momma. Kalau mau minta punya kakak harus minta izin dulu ya sayang." Krystal berusaha memberi pengertian pada anak keduanya—Keenan Kim—bahwa apa yang telah diperbuatnya itu salah. Selama membesarkan ketiga anaknya, Krystal memang selalu berusaha untuk tidak memarahi sang buah hati. Dia tidak ingin menjadi orang tua yang mendikte 'ini salah' 'itu benar' pada anak-anaknya. Dia lebih suka memberi pengertian pada anak-anaknya mengenai hal-hal yang benar dan salah serta konsekuensi ketika melakukannya, yang nantinya akan disimpulkan sendiri oleh mereka.
"Keenan dengar Momma?"
"Aye, Momma."
"Kalau begitu bilang apa?"
Keenan berjalan menghampiri Keesha yang sedang menali sepatunya di dekat sofa. Senyum Krystal merekah kala melihat satu tangan Keenan diulurkan ke hadapan kakaknya seraya berkata, "Maafin Adek ya, Kak." Walaupun terlihat enggan tetapi Keesha tetap mengangguk dan menjabat tangan adiknya.
"Sayang udah siap?" Krystal mendongak kearah tangga dan senyumnya kembali mekar begitu melihat prianya. Menyempatkan waktu beberapa menit untuk mengagumi penampilan Kai, matanya menelusur dari atas kepala hingga ujung kaki suaminya. Menelisik tubuh suaminya dengan penuh apresiasi. Bahkan diusianya yang sudah mencapai kepala tiga, Kai tetap tampan seperti sedia kala. Kai EXO yang menjadi primadona dan dielu-elukan remaja pada eranya tetap melekat dalam diri suaminya. Mengenakan kemeja merah lengan pendek serta jeans belel, suaminya sudah begitu memukau dengan rambut yang ditata ala kadarnya.
Susah payah Krystal menenangkan degub jantungnya yang menggila setiap kali manik matanya bergulir pada sosok suami tampannya. Bahkan setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, reaksinya ketika melihat Kai selalu sama seperti awal perjumpaan mereka. Jantungnya tetap berdegub kencang seolah ada genderang perang yang ditabuh di dalam sana. Pipinya tetap memanas, tersipu malu dibawah tatapan lembut seorang Kai Kim.
"Udah. Kita berangkat sekarang?"
Kai mengangguk, kemudian merengkuh Keenan yang berlari kearahnya begitu ia mencapai penghujung tangga. Pria 32 tahun itu lalu memperbaiki posisi Keenan dalam gendongannya sebelum menyeret koper mereka keluar rumah. Saat sampai disisi istrinya, ia menyempatkan diri untuk mencium wanita paling berharga dalam hidupnya itu, lalu mencium pipi gembil anak ketiganya yang tertidur pulas dibuaian sang bunda.