Living by myself
Paranoid as hell"Jongin..." Rintihan itu kembali menggema diseluruh kamar, terdengar lemas namun kentara puas.
Wanita yang terhimpit diantara tubuh lelaki dan kasur itu menatap langit-langit kamar seolah ia tengah melihat hamparan bintang-bintang dan bukannya lampu hias yang dinyalakan temaram. Keringat menyelimuti kulit pualam wanita itu hingga nampak berkilau dibawah cahaya, jari-jari kakinya melengkung menahan sensasi menggelenyar yang melanda tubuhnya, sementara kuku tangannya menggores kulit tembaga pria dalam dekapannya saat sekali lagi pinggul pria itu menghentak keras menyentuh yang tak tersentuh.
"Soojung." Pria yang dipanggil Jongin itu menggeram saat semburan cairannya mendera hangat rahim Soojung, membuat wanita yang terkulai lemas dibawahnya melenguh sekali lagi dengan berpegang pada tubuh penuh peluhnya.
Lama kedua insan itu terdiam, menikmati detik merangkak lambat pasca pelepasan kenikmatan yang hampir mereka lalui setiap malam. Napas mereka yang memburu perlahan tenang, bersahutan ringan memberi kehangatan pada wajah mereka yang berdekatan. Jongin lalu berguling ke samping, berbaring dengan punggung menekan ranjang sementara tangannya meraih tubuh kekasihnya untuk mengikis jarak tipis diantara mereka.
Selimut dinaikkan menutupi tubuh telanjang mereka yang saling membelit mencari kehangatan. Kepala Soojung menyuruk di perpotongan lengah Jongin, menghirup aroma maskulinitas yang bercampur dengan peluh Jongin disana. Senyum Jongin tak kuasa merekah ketika hidung kekasihnya terus mengusak ketiaknya, padahal ia sendiri meringis membayangkan bau keringat yang menguar dari sana. Berkali-kali setelah percintaan panas mereka, ia memprotes kebiasaan unik Soojung yang satu ini, takut aroma tubuhnya tak terhankan tapi berulang kali pula Soojung meyakinkan bahwa aromanya menyenangkan, dan anehnya juga menenangkan. Jongin akhirnya menerima kebiasaan Soojung itu dan hanya tersenyum bangga setiap kali kepala Soojung mulai menyasar perpotongan lengannya.
Tak lama setelah napas mereka kembali teratur, fajar menyingsing dilangit kota, mengirim seberkas cahaya menembus gorden putih dari jendela kamar mereka yang sedikit terbuka. Semalam, tidak, lebih tepatnya dini hari tadi mereka terlalu asyik melepas rindu setelah seminggu sulit bertemu hingga lupa menutup jendela yang memang setiap malam Soojung buka untuk menghirup sejuknya udara musim gugur. Kesibukan Jongin dengan comeback terbaru bandnya EXO, juga serangkaian pemotretan yang mengantre rapi dalam jadwal prianya membuat intensitas pertemuan mereka menurun. Sebenarnya ia juga sibuk, syuting dan pemotretan sesekali, tapi kedua hal itu tidak membuatnya pulang dini hari setelah latihan berjam-jam di gedung SM seperti Jongin akhir-akhir ini.
Untungnya benturan jadwal seperti ini sudah biasa bagi kehidupan romansa mereka sehingga mereka lebih mudah mengatasi berbagai konflik yang mungkin timbul karena emosi kala lelah atau kerinduan yang menggebu namun terhalang jarak dan waktu. Satu kunci yang selalu mereka pegang saat sama-sama sibuk seperti ini, komunikasi. Mereka berdua belajar dari kesalahan masa lalu dimana minimnya komunikasi dapat memicu berbagai konflik mengerikan yang membuat jalinan mereka rentan hingga putus ditengah jalan. Mengingat peristiwa itu rupanya menimbulkan perasaan nostalgia yang mengusik untuk dibebaskan.
"Jong, tolong ambilkan ponselku." Soojung bangkit dari himpitan lengan Jongin sejenak, memberi ruang kekasihnya untuk bergerak.
"Ini." Jongin menyerahkan ponsel yang ia raih dari nakas.
Dengan semangat Krystal menerimanya lalu meluncurkan jari-jari lentiknya di atas benda pipih itu mencari sesuatu yang mengikatnya dengan getir manisnya masalalu. Petikan gitar yang merupakan intro dari lagu Somehow milik Phony Ppl sontak mengisi kamar tidur mereka yang bernuansa putih. Ditemani semilir angin yang mendayu meliukkan gorden putih yang memanjang di satu sudut kamar, mereka berdua kembali meringkuk menikmati pagi tenang ini dengan celotehan ringan.