6th Beat part 1 - Realize

322 28 7
                                    

.

Tidak ada peristiwa yang menggemparkan lagi setelah Sasuke menginvasi kunjungan Naruto ke flat Hinata di Amegakure hari itu. Sisa tempo magang Hinata di Amegakure selanjutnya berjalan dengan lancar. Tuan Suzuki sangat memuji kinerjanya selama renovasi resort dan berjanji akan menyampaikan pendapatnya itu ke Uchiha Itachi. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan bagi Hinata. Dia hampir yakin akan mendapatkan nilai A untuk nilai magangnya nanti.

Ketakutan terbesar yang Hinata pikir akan menjadi kendala mendapatkan nilai magang sempurna, yaitu Uchiha Sasuke, juga tidak terbukti. Atasannya itu anehnya bersikap jinak. Teriakan – teriakan memerintah sewenang - wenang ini itu masih ada tentu saja. Namun setidaknya hal itu masih tertahankan. Sindiran – sindiran tajam dan nyinyiran menyakitkan hati pun juga tidak lagi sesering dulu ia dapatkan. Secara mengejutkan bahkan perjalanan pulangnya bersama Sasuke terbilang tenang.

"Kau melamun dari tadi," gumam Sasuke pelan. Dia hanya melirik sekilas ke arah Hinata di sampingnya lalu kembali mengarahkan fokusnya ke depan. Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke Konoha.

"Apa?" Hinata menjawab dengan pandangan linglung.

"Tsk! Aku tak menyangka kau memang mempunyai masalah pendengaran."

Hinata memberengut tajam. Baru saja dia memuji Sasuke untuk sikapnya yang berubah menjadi sedikit lembut kepadanya, eh tak tahunya sarkas itu sudah muncul kembali.

"Aku hanya heran. Tidak biasanya Anda mengajak bicara saya duluan."

"Woi, kau mengatakannya seperti aku ini orang jahat sombong yang tidak pernah berbincang dengan bawahannya."

"Memang seperti itu Anda, bukan?" rutuk Hinata pelan.

"Aku bisa mendengar itu!"

"Hehe, maaf saya kurang pelan mengucapkannya," ujar Hinata tersenyum lebar tanpa rasa bersalah.

Sasuke hanya mengumpat dan memilih mengganti topik pembicaraan. Ada satu hal yang benar – benar membuatnya penasaran.

"Err, by the way, bagaimana kabar dia? Dia... err menghubungi dirimu lagi? Seberapa sering?"

Pertanyaan Sasuke membuat kening Hinata berkerut.

"Dia? Dia siapa?"

"Dia. Si kepala kuning bodoh itu!"

"Oh, Naruto-nii. Ah, tentu saja kami saling menghubungi setiap hari!" jawab Hinata penuh semangat. "Kenapa memangnya?"

"... tidak."

"Jangan – jangan, Anda...." Akhir kalimat Hinata perlahan menghilang sejalan dengan ekspresi wajahnya yang kian horor.

"Apa?!" ujar Sasuke defensif. "Jangan berpikiran yang aneh – aneh. Aku hanya—"

"—Anda naksir Naruto-niichan ya?! Oh, My!"

"Apa?!" Suara shock Sasuke melengking tinggi. Dia berusaha menjelaskan tapi Hinata tidak mendengarnya. Tidak mau sebenarnya. Hinata terus saja menyerocos tanpa jeda dan tanpa tanda – tanda mau di interupsi. Membeberkan semacam kalimat bela sungkawa untuk Naruto-niichan dan betapa Naruto-niichannya sangat menawan hingga praduga absurd siapa yang seme siapa yang uke diantara Naruto-niichan dan dirinya.

Tinggalah Sasuke yang membuka dan menutup mulutnya dengan konyol macam ikan koi. Shock dengan apa yang didengarnya dari mulut Hinata.

"Yap. Sudah diputuskan. Kalau berdasarkan kharisma, Naruto-niichan pasti yang jadi seme. Dan—SASUKE-SAN! AWAS MOBIL!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heartbeat (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang