Song :: One Day by Tate McRae
Aku mengingat tanggal ini. Tepat satu tahun yang lalu, persis di jam ini, aku melihatmu untuk pertama kalinya. Seandainya aku tidak menitipkan obat itu pada Irene, mungkin aku tidak akan merasakan penyesalan seperti ini. Mungkin.
Saat itu, kita sama-sama berada di apotek yang sama. Mengantri menunggu pesanan obat di ruang tunggu yang sama. Detik itu aku melihatmu. Menggunakan masker putih, newsboy cap, kemeja merah muda dan celana bahan. Kau terlihat begitu indah meski separuh wajahmu tertutup masker. Aku tahu bahwa dibalik masker itu ada wajah malaikat yang sangat menarik. Dan kau terbatuk beberapa kali.
Gadis dalam diriku tak bisa untuk berhenti memperhatikanmu, rasanya sulit melepaskan pandanganku dari sosokmu yang bahkan hanya duduk menunduk dan menatap layar ponsel. Aku jatuh cinta di detik itu.
Kemudian waktu terasa begitu cepat berlalu, kau maju ke bagian kasir. Mengambil obat pesananmu kemudian pergi melewatiku. Dan disitu aku bisa melihat matamu. Sepersekian detik, tapi aku mampu mengingat bagaimana bentuk matamu. Ada setitik tahi lalat di bawah mata kananmu. Tatapan yang tajam dengan bola mata yang hitam pekat. Rambut hitam yang sedikit panjang dengan ditutup newsboy cap. Kau berjalan begitu gagah.
Dan muncul rasa bodoh saat aku membiarkanmu melewatiku begitu saja, membiarkanmu pergi tanpa mengajakmu berkenalan. Aku terlalu terpesona denganmu.
Satu jam kemudian saat aku sudah berada dirumah, aku baru menyadari jika pesanan obatku ternyata salah. Tertukar dengan seseorang bernama Kim Taehyung. Dan itu penyesalanku yang pertama. Aku melewatkan kesempatan untuk bertemu lagi denganmu. Aku tak tahu jika Kim Taehyung adalah dirimu, tak tahu jika obat flu itu adalah milikmu. Dan milik kakak sepupuku ada padamu. Kim Taeyoung.
Nama yang mirip. Sayang tak ditulis dengan hangul. Itu sebabnya aku memaklumi jika kau tak menyadari jika milik kita tertukar.
Entah harus mensyukurinya atau tidak. Sebab aku tak tahu jika nama Kim Taehyung adalah milikmu, orang yang menarik perhatianku selama beberapa menit di apotek. Bodohnya, saat aku menghubungi nomormu dan meminta bertemu untuk menukar obat itu, aku meminta tolong pada Irene -- sahabatku, untuk melakukannya. Dan disanalah kalian bertemu. Disanalah awal penyesalan panjangku. Karena dari sanalah hubungan kalian dimulai.
Seandainya aku bisa memutar waktu, aku pasti akan menemuimu saat itu. Mengambil kesempatan untuk bisa berkenalan denganmu dan mungkin aku berada di posisi Irene sekarang. Sebagai kekasihmu.
Aku sangat ingat saat Irene kembali dari bertemu denganmu, dia begitu antusias menceritakan tentangmu. Tinggi, tampan, mata yang indah, senyum kotak yang menawan, hidung mancung dan rahang yang tegas. Aku hanya mengiyakan apa yang Irene ceritakan hingga satu bulan berlalu, Irene memperkenalkanmu padaku.
Awal yang mengejutkan meski aku menepis keyakinan itu dan mencoba menghadirkan keraguan bahkan ketidak pedulian saat aku merasa bahwa kau adalah orang yang sama yang ku perhatikan di apotek sebulan yang lalu. Namun rasanya sia-sia saat aku melihat matamu dan semua dipertegas dengan tatanan topi yang sama. Kau mengenakan -- lagi -- newsboy cap-mu. Ujung rambut hitammu menjuntai dari sisi topi, memperjelas sosokmu yang benar aku yakini bahwa kau adalah dia -- pria apotek.
Rasanya ada yang menggelitik di hati. Merasa konyol karena aku harus merasa sedikit terluka saat Irene mengamit tanganmu dan kalian berjalan bersama dengan aku berada disamping Irene.
Ini sering terjadi. Entah aku yang menemani Irene berkencan atau Irene yang menemaniku berkencan. Selama kekasih masing-masing tak masalah dengan hal itu, kami pun tak pernah menjadikan itu masalah. Irene senang ketika melihat aku bahagia dengan kekasihku, begitu juga aku. Tapi tidak untuk kali ini.
Irene menceritakan tentang pertemuannya denganmu. Disebuah taman kota dan kalian saling bertukar obat. Kemudian kalian berkenalan, kau yang mengantarkan Irene pulang dan kemudian semuanya berlanjut hari ke hari.
Aku tak bisa membayangkan apa-apa. Rasanya aku benar-benar menyesali hari itu. Aku ingin memutarnya dan mencuri jam kerjaku demi menemuimu dan bertukar obat. Dan mungkin kau akan mengantarkanku kembali bekerja kemudian kita akan berlanjut hari ke hari.
Rasanya aku kembali mengingat sebulan yang lalu saat kau duduk tak jauh dariku, dengan kaki melipat dan tangan yang kau letakan diatas paha dengan ponsel dalam genggaman. Aku bahkan masih mengingat hal itu. Hal yang paling sederhana dan hal yang pertama yang kulihat tentangmu, bahkan benar-benar membekas dalam ingatan. Dan aku menyesali lagi kejadian pertukaran obat itu.
Seandainya saja.......
Percuma.
Percuma.
Memang percuma. Tak ada gunanya aku menyesali itu. Karena sekarang kau telah menjadi milik Irene sepenuhnya. Seutuhnya. Dan dadaku sesak. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [KTH] (✔)
FanfictionMencintai dia dalam kebisuan adalah caraku untuk mempertahankan apa yang sudah ku miliki sebelumnya ; sahabat. Tidak etis rasanya, ketika kau mengucapkan secara gamblang kepada sahabatmu dan kekasihnya jika kau mencintai kekasih sahabatmu kelewat da...