Song :: Words Of My Heart by Kim Yeon Ji
Irene sering menginap di apartementku beberapa waktu belakangan ini. Mungkin sekitar dua bulanan. Rumahnya kosong. Ayah dan Ibunya yang mendadak harus pulang pergi ke luar kota untuk perjalanan bisnis membuatnya kesepian. Dan gadis itu akan datang ke apartementku saat ia merasa membutuhkan teman.
Namun saat-saat itu berkurang ketika dia sudah memilikimu sebagai kekasih. Aku tak menyalahkannya yang mengurangi waktu temu kami dan menyelipkanmu di waktu yang seharusnya menjadi milikku. Bahkan sebagian waktunya sudah di dominasi olehmu.
Aku tidak membenci itu. Aku tidak menyalahkan Irene yang sekarang sudah banyak menghabiskan waktu denganmu. Karena memang seperti itu seharusnya. Aku juga mungkin akan melakukan hal yang sama jika aku berada di posisinya. Melewatkan waktu tanpamu mungkin terasa kosong.
Persahabatanku dengan Irene sudah berjalan lima tahun. Tak pernah bertengkar melewati batas. Tak pernah memperebutkan pria. Tak ada hal yang ditutupi satu sama lain. Kami terbuka dalam segala hal. Kecuali satu.
Tentangmu.
Tentang aku yang mencintaimu.
Tentang aku yang jatuh hati pada kekasih sahabatku.
Tentang kamu, Kim Taehyung.
Pada siapa aku bisa menceritakan kegelisahan ini? Harusnya Irene, tapi itu sangat mustahil, benar kan?
Semakin hari rasa sesak terasa kian membunuh saat Irene terus menceritakan banyak hal tentangmu. Kekagumannya padamu yang begitu menyayangi kedua orang tuamu. Pekerjaanmu yang seorang penyanyi kafe. Tentang mimpi besarmu yang ingin menjadi seorang penyanyi terkenal. Tentangmu yang sangat menyukai anak kecil. Kau yang lebih memilih soda ketimbang alkohol. Kau yang tidur harus selalu memeluk bantal. Dan banyak hal lain tentangmu yang aku tahu.
Aku jadi mengenalmu. Aku jadi mengetahui banyak hal tentangmu. Sayangnya, aku harus tahu semua hal itu dari Irene, sahabat terbaikku, kekasihmu.
Sebulan kalian menjadi kekasih. Irene tak pernah melewatkan hari tanpa bercerita tentangmu. Dan hari ini dia mengajakku mengunjungi kafe tempatmu bekerja saat malam hari.
Kau disana. Duduk di panggung kecil dengan beberapa orang yang memegang alat musik dan kau memegang mic. Melambai beberapa kali dengan senyum kotak menawan itu dari sana. Berkata dengan isyarat bahwa sebentar lagi kau akan bergabung.
Kau benar-benar terlihat luar biasa, Kim. Benar-benar tampan dengan tatanan rambut yang kau warnai cokelat. Ada satu anting panjang menggantung di telinga kirimu yang akan kau lepas setelah selesai bernyanyi. Jaket kulit hitam yang melapisi kaus putihmu. Juga ripped jeans hitam yang memperlihatkan kaki panjangmu.
Kau mulai bernyanyi. Dan aku termangu disofa itu dengan tatapan terpaku padamu. Suara serak dan berat yang begitu indah. Memaksaku masuk kedalam dunia lain dan menyelam disana. Menemui sebuah bilik yang terbentuk dari suaramu yang indah.
Kau bahkan terlihat sempurna.
Irene tersenyum bangga melihatmu. Dia terlihat begitu bahagia saat menyaksikan kau bernyanyi beberapa buah lagu sebelum kau bergabung. Kau duduk disisinya, merangkulnya sebelum memberikan ciuman pada kening, kedua pipi dan berujung pada bibirnya. Aku hanya mampu mengalihkan pandangan.
Benar. Salahku. Aku tak boleh merasakan hal ini. Aku tak boleh jatuh hati padamu lebih dalam lagi. Aku tak boleh mencintaimu lebih dari ini. Kau kekasih sahabatku. Sahabat terbaikku. Dia begitu berarti bagiku. Dan kau pun begitu.
Sialnya, usaha itu mungkin tak akan pernah berhasil. Terlebih saat Irene beranjak menuju toilet dan hanya tersisa kita berdua di sofa yang mendadak terasa lebih dingin. Kau tersenyum padaku. Tidak. Bukan seperti senyuman yang kau berikan pada Irene. Ini lebih, sederhana.
Bukan senyum kotak yang sering kau perlihatkan pada sahabatku. Hanya sebuah senyuman yang menarik dua sudut bibirmu namun juga memberi kerutan kecil pada ujung matamu. Namun senyum itu tetap menawan. Kau tetap menarik hatiku. Aku nyaris lumpuh karenamu.
Sesederhana itu aku jatuh hati padamu. Sesederhana itu kesulitanku untuk menghapusmu.
"Kau mau pesan yang lain?" Tanyamu setelah beberapa menit Irene tak kunjung kembali. Aku tahu kau hanya ingin memecahkan kesunyian yang terjadi diantara kita. Tapi tak apa, setidaknya ini pertama kalinya kita bicara berdua. Hanya beberapa menit sebelum Irene kembali dengan senyum cerahnya dan duduk kembali disisimu dengan kepala yang ia sandarkan pada bahumu. Aku bahkan belum menjawab apa pun.
Dan waktu menunjukan pukul satu malam. Jam kerja malammu berakhir. Dan kita memutuskan untuk pulang.
Irene memang berniat menginap di apartementku malam ini. Itulah mengapa kami hanya membawa satu buah motor. Dan untuk pulang, kau akan mengantarkan kami dengan Irene yang berada pada boncenganmu dan aku, sendiri.
Udara malam begitu dingin. Hempasan udara seakan menebas kulitku yang tak berbalut pakaian penghangat apa pun. Aku melupakan hal itu. Tapi aku melihatmu, berhenti sejenak dipinggir jalan, melepas jaketmu dan memberikannya pada Irene. Ada perdebatan kecil diantara kalian. Tentang siapa yang lebih baik menggunakannya. Irene yang jelas berada pada boncengan atau kau yang mengemudi. Tapi aku melihat kau cukup keras kepala. Kau memaksa Irene hingga gadis yang lebih keras kepala dariku itu menurut. Luluh padamu. Dan aku merasakan sesak itu lagi.
Bodoh.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [KTH] (✔)
FanficMencintai dia dalam kebisuan adalah caraku untuk mempertahankan apa yang sudah ku miliki sebelumnya ; sahabat. Tidak etis rasanya, ketika kau mengucapkan secara gamblang kepada sahabatmu dan kekasihnya jika kau mencintai kekasih sahabatmu kelewat da...