Song :: Forgetting You by Davichi
Terlalu banyak yang ingin di jabarkan. Tentang perasaan yang tak pernah tersampaikan meskipun telah terungkap. Aku ingin kau tahu lebih jelas tentang segalanya. Tapi aku tak akan mampu melakukan itu. Melihatmu, seperti membunuhku.
Kau duduk disana. Diruang tunggu yang masih setengah jadi. Aku melihatnya dari balik ruangan yang tengah aku garap sebagai ruang kerja milik Yoongi. Kau terlihat gugup. Tenanglah, Taehyung. Kau akan menjadi yang terbaik. Aku berjanji.
Salah seorang asisten Yoongi memanggilmu untuk masuk ke studio Yoongi. Kau menghilang dibalik pintu. Dan aku yakin Yoongi akan menepati janjinya, begitu pun aku. Aku tak akan mengingkari janji.
Beberapa jam aku habiskan di ruangan, kembali fokus menyelesaikan ruangan Yoongi yang tersisa 10% lagi akan selesai. Hingga ternyata waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Ini pekerjaan yang sangat melelahkan.
Yoongi menghubungiku, memintaku menunggunya di kedai kopi pinggir danau buatan yang ada di seberang kantornya selama dia menyelesaikan sisa pekerjaannya. Maka aku segera membenahi pekerjaanku. Ruangan ini akan selesai dalam minggu ini.
Aku menyusuri jalan menuju kedai, memesan segelas vanilla latte dan membawanya ke pagar pinggir danau. Melihat air yang meriak begitu tenang. Tidak ada ombak, terlihat tenang seakan tak pernah ada masalah.
"Aku tidak tahu kalau kita akan bertemu disini."
Aku terkesiap. Suara itu. Aku menemukanmu -- sosok yang aku dambakan sejak dulu -- saat aku mengalihkan pandangan. Kau menyangga tubuhmu dengan kedua lengan di pagar. Kau menoleh dan tersenyum, senyum khas yang dulu sering kau suguhkan untukku. Ya Tuhan! Aku melihat lagi senyum itu.
"Tae...."
"Hai, bagaimana kabarmu?"
Jantungku masih berdebub tak normal ternyata. Presensimu mengobrak-abrik nyaliku. Aku mencoba tersenyum, yang aku rasa itu pasti terlihat aneh sekali. "Hai. Aku, baik. Sangat baik. Kau?"
"Sangat baik. Seoul begitu ramai, tapi aku tak tahu jika lingkup kita hanya disitu saja. Kau bekerja disekitar sini?"
Aku mencoba tenang. Tapi gagal. Meneliti lagi wajahmu dalam jarak dekat. Tiap incinya seakan tidak ingin aku sia-siakan. Suaramu, ternyata begitu aku rindukan.
"Jangan melihatku seperti itu." Ujarmu terkekeh.
Aku tersadar, "O-oh, maaf. Ya, aku bekerja disekitar sini."
Diam cukup lama. Ini suasana canggung yang benar-benar tak nyaman. Kenapa kita selalu berada disuasana seperti ini, Taehyung?
"Aku dan Irene sudah berakhir. Aku rasa kau tahu itu."
Aku menarik napas dalam kemudian mengangguk lemah, "Yah, aku baru tahu beberapa hari yang lalu. Sayang sekali, aku kira kau akan terus bersamanya."
"Ini keputusan bersama. Dia ke Jepang, dan aku disini. Kau tahu? Impianku sudah dekat."
Aku tahu, Taehyung. Sangat tahu akan hal itu. Karena aku juga dibalik semuanya. Mengorbankan perasaanku demi impian besarmu. Semoga itu cukup untuk membahagiakanmu, Taehyung. Karena hanya itu yang bisa aku lakukan.
"Kau masih......" Jeda sejenak, aku menoleh menunggu kalimatmu yang belum selesai, "menyimpan rasa itu?"
Sesak. Sesak sekali. Rasanya ada benda berat yang menekan hati hingga begitu sesak. Dan aku tertawa miris.
"Rasa? Rasa apa?" Kenapa kau harus membahas ini, Taehyung?
"Kau tahu maksudku."
"Untuk apa? Rasa penasaranmu?" Pertanyaan yang sama. Sama seperti beberapa bulan yang lalu saat kita berpisah.
"Aku ingin tahu."
Satu helaan napas meluncur dari pernapasanku, "Sekalipun kau tahu, tak akan ada yang berubah, Taehyung. Semua akan tetap seper-"
"Wah, reuni?"
Aku dan kau beralih ke sumber suara. Yoongi berdiri disana dengan senyum setengahnya dan melangkah mendekat.
"Min PD-nim." Kau membungkukan tubuhmu sebagai tanda hormat pada Yoongi. Sementara Yoongi hanya mengangguk singkat dan merangkul pinggangku dan mengecup pipiku singkat yang menimbulkan kerutan pada keningmu.
Kau, bingung ya, Taehyung?
"Ini kekasih yang aku ceritakan padamu, Taehyung. Dia yang menyukai suaramu dan dia yang memilihmu." Yoongi mengalihkan pandangannya padaku dengan senyum cerahnya. "Kau bilang kalau Kim Taehyung akan segera menikah? Tapi dia bilang tidak. Bagaimana?"
Mataku bergerak bingung mencari jawaban yang pas agar Yoongi tak mencurigaiku. "Y-ya, sayangnya mereka baru berakhir beberapa waktu yang lalu. Benar begitu kan, Taehyung?"
Kau mengangguk kaku, masih dengan pandangan tak percaya dengan apa yang kau lihat.
"Jadi, aku sudah menepati janjiku kan, sayang?"
Aku tersenyum tipis dan mengangguk dengan dehaman sebagai jawaban.
"Janji?" Raut wajahmu penuh tanya.
"Iya. Aku berjanji akan-" Aku menyikut perut Yoongi. Jangan sampai perihal perjanjian itu sampai pada telingamu. Mengetahui bahwa aku menukarkan perasaanku dengan mimpimu tidak akan mengubah apapun. Aku tak ingin merusak impianmu yang tinggal sejengkal. Aku juga tak ingin pengorbananku ini menjadi sia-sia.
"Kami akan bertunangan. Benar kan, Yoon?"
"Tentu saja."
Begini lebih baik. Jujur saja, ada sedikit penyesalan dalam diriku saat aku mengetahui hubungan kalian berakhir sementara aku sudah menjual perasaanku untuk impian besarmu. Tapi penyesalan itu tidak bertahan lama. Kita juga tidak akan pernah bersama sampai kapan pun, Taehyung. Irene sahabatku, masih mencintaimu meskipun kalian terhalang jarak dan nasib impianmu ada pada perjanjianku dengan Yoongi.
Aku akan menikah dengannya, Taehyung. Tak apa. Aku baik-baik saja. Toh sekali pun tidak dengan Yoongi, kita juga tak akan bersama. Lagipula, Yoongi pria yang baik. Dia pria yang menepati janjinya. Dan aku percaya itu akan bertahan lama. Sebab jika dia menghentikan mimpimu di tengah jalan, percayalah bahwa aku akan mengembalikannya lagi.
Jadi Taehyung, terima kasih telah mengajarkan aku arti pengorbanan dan cinta yang tulus. Tanpamu, mungkin aku tak akan mengetahui tentang hal ini.
Dan Taehyung, selamat tinggal.
END
====================
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin [KTH] (✔)
FanficMencintai dia dalam kebisuan adalah caraku untuk mempertahankan apa yang sudah ku miliki sebelumnya ; sahabat. Tidak etis rasanya, ketika kau mengucapkan secara gamblang kepada sahabatmu dan kekasihnya jika kau mencintai kekasih sahabatmu kelewat da...