"Assalamualaikum?" ucap seseorang sambil mengetuk pintu kelas Meisya,10.2
"Waalaikumsalam" Ucap Miss Alif, guru bahasa inggris di SMA Garuda.
"Em. Ini miss ada amanat dari Bu Zhia,kat--" Ucapan Atta terpotong oleh Miss Alif
"Can you speak in english? I'm English teacher and you must speak in english!" Kata Miss Alif tegas. Anak anak kelas 10.2 cekikikan melihat Atta gugup seperti itu. Mengingat Atta sangat buruk dalam Bahasa Inggris.
"Mm, Anu.. Mrs. Zhia call .... one student.. in this class to... meet Mrs. Zhia in taechers room" Ucap Atta terbata bata, dan terdengar seperti ia membuang nafas diakhir kata yang ia ucapkan.
"Apaan kamu ini le? Ngartiin bahasa inggris kok perkata? Silahkan siapa anaknya" Ucap Miss Alif geli melihat Atta yang bersusah payah berbahasa inggris seperti tadi.
"Baik, maaf teman teman mengganggu waktu belajar kalian. Saya disuruh Mrs. Zhia untuk memanggil siswi bernamaa" Kalimatnya terhenti. Terlihat Atta mengambil secarik lertas dari sakunya, lalu dibuka dan ia baca "Maaf. Mm, Meisya F Atthaya" Lanjut Atta sambil tersenyum.
Anak anak lain melirik Meisya, sementara Meisya sendiri nggak ngeh'.
"Sya, kamu dipanggil" Kata Ghifa menyenggol siku Meisya.
"Ah? Aku ya? Oh iya iya" Meisyapun beranjak kedepan kelas. Lalu berpamitan pada Miss Alif.
Sambil berjalan ke ruang guru Atta iseng bertanya tanya pada Meisya.
"Sya? Kamu anak osis?"
"Kamu nggak tau aku? Aku aja kenal kamu lho Ta"
"Iya aku kenal kamu. Tapi cuma sekedar tau nama sama muka aja. Kita gapernah ngobrol sebelum ini kan?" Kata Atta lagi
"Iya sih. Oh iya, btw, bu Zhia manggil kita buat apa?
"Udah jadi kita nih? Baru aja ngobrol lima menit" Goda Atta
"Nggak lucu Ta. Aku serius"
"Kalo aku seriusin kamu mau?" Goda Atta (lagi).
Karna kesal, Meisya memperpanjang langkah kakinya mendahului Atta yang cengar cengir sendiri.
Sesampainya di ruang guru
"Eh, Kalpataru, Meisya. Sini sini duduk" Bu Zhia mempersilahlan mereka duduk.
"Jadi gini, ibu memanggil kalian karena ibu dapat surat undangan. Kalian ibu pilih untuk mengikuti seminar. Seminar ini diikuti oleh siswa se-provinsi. Tentu ini sangat bergengsi dan untuk ilmu kita juga. Jadi setelah pulang dari sana, kalian bisa berbagi kepada siswa siswi lain" jelas bu Zhia panjang lebar. Meisya cuma manggut manggut.
"Itu kapan ya bu?" Sekarang Atta yang berbicara.
"Hari kamis. Kalian bisa?" Tanya bu Zhia.
"Bisa bu bisa" Kata Meisya
"Kalpataru gimana?"
"Panggil Atta aja kenapa sih bu? Atta bisa kok" Kata Atta agak protes.
"Oh iya, dek Atta" Bu Zhia me-ralat.
"Yahh kok Dek si bu kay--" Ucapannya terhenti. Sekarang Atta lebih terlihat seperti anak kecil.
"Iya bu terimakasih ya, kami keluar dulu untuk membahas persiapan dua hari kedepan" Kata Meisya menghentikan ucapan Atta sambil menginjak ujung kaki Atta. Lalu menarik Atta dengan paksa keluar ruangan.
"Kenapa sih Sya? Kasar banget" Gerutu Atta.
"Lain kali kamu harus lebih sopan sama yang lebih tua!" Tukas Meisya ketus.
"Iyadeh. Sya kita bahas persiapan kita diperpus aja ya?" Atta menarik lengan Meisya, bahkan sebelum Meisya mengiyakan ajakan Atta.
Setelah kira kira satu jam Atta dan Meisya membahas persiapan mereka berdua sekedar meregangkan otot lantaran sedari tadi mencatat persiapan hari kamis. Karena mereka berdua akan diberi pelatihan dan dikarantina kurang lebih 3 hari.
"Sya?" Atta membuka secarik kertas yang bertuliskan nama panjang Meisya.
"Hm?" Ucap Meisya masih pada posisinya yang menelungkup dimeja.
"Nama kamu Meisya F Attaya. F nya apa apa dong sya? Aku pengen tau" Atta masih mengamati kertas kecil itu.
"Faradisa"
"Oh berarti Meisya Faradisa Attaya" Ucap Atta memberikan penekanan disetiap nama Meisya.
"Kenapa sih? Nanya kok unfaedah banget. Oh ya terus kenapa kamu nggak mau dipanggil Kalpataru?" Meisya mengangkat tubuhnya, lalu menatap Atta penuh selidik.
"Katanya unfaedah tapi kok nanya nanya(?)"
"Yaudah gak usah!" Meisya kembali telungkup.
"Aku nggak suka aja dipanggil gitu. Kesannya formal banget Sya" Meisya tak bergembing.
Mulai dari sinilah Atta dan Meisya jadi akrab. Walaupun kadang Meisya jengah Dengan kelakuan Atta yang menurutnya aneh. Atta dan Meisya lebih sering kemana mana berdua. Entahlah, ini akan bertahan lama atau memang sebatas partner, dan setelah seminar itu mereka akan menjadi dua orang asing? Waktu yang akan menjawab😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Hatiku Tertinggal
Teen Fiction"Aku selalu menikmati setiap detiknya ketika aku bersamamu. Tanpa sadar, kini detik seakan menjadi ruang luka yang dengan setianya menaburi garam diatas luka yang masih menganga didada" -Meisya Attaya.