[04] Pantai

21 12 10
                                    

Akhirnya mereka sampai digedung yang cukup besar. Tempat berkumpulnya anak anak terpilih se-provinsi. Ah! Sepertinya mereka agak telat sampai ditempat tujuan.

"Ayok ta!" Seru Meisya.

"Kamu mah, ini bawaan kamu berat tauk" Gerutu Atta. Yaa, Atta membawa sebagian barang bawaan Meisya.

Mereka pun masuk gedung dan regist . Setelah itu mereka mencari tempat duduk. Didalam sudah ramai rupanya. Meisya dudk bersebelahan dengan Atta. Mereka mendengarkan wejangan wejangan dari ketua panitia acara tersebut mungkin.

Ditengah acara Meisya mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru gedung. Dan matanya menangkap seorang yang ia kenali. Dia Aura, ya mereka bertemu diacara organisasi sekitar 3 bulan lalu. Kebetulan Aura juga melihat adanya Meisya. Aura melambaikan tangannya pun memberi kode agar Meisya duduk berdebelahan dengan Aura.

"Ta, Aku kesana dulu ya? Itu ada temenku" Ucap Meisya sembari menunjuk Aura.

"Terus bawaan kamu?"

"Aku nitip dikamu ya, hehe"

Meisyapun mendekati Aura, disana Meisya dikenalkan dengan beberapa teman Aura. Inilah nilai plus berorganisasi. Kita bisa mendapatkan banyak teman dari luar sekolah.

Mata Meisya sesekali mengawasi Atta. Mungkin karena Meisya tak enak pada Atta. Meisya sudah cukup merepotkan belum lagi ia meninggalkan Atta sendirian. Tapi Meisyapun bisa bernafas lega karna Atta terlihat sudah akrab degan beberapa orang yang duduk disampingnya.

🐾🐾🐾

Keesokan harinya, semua peserta berolahraga. Sekedar melakukan streetching dan jogging. Tapi sayangnya Atta dan Meisya terpisah. Ya mereka ada dikelompok yang berbeda. Karena panitia meminta agar dalam satu kelompok yang berisikan kurang lebih 20 orang tidak ada yang berasal dari sekolah yang sama, dengan tujuan agar pesera bisa bersosialisasi dan mengenal banyak orang dari luar sekolah.

Dan lagi Meisya memperhatikan Atta dari jarak yang sejauh ini. Meisya tak tahu apa yang membuat ia terus terusan mengawasi Atta.

Setelah melakulan sedikit olahraga, peserta diberikan sarapan pagi ini. Mereka duduk lesehan diatas aspal tanpa alas apapun. Untung hari masih pagi da udara masih sejuk. Setidaknya bokong mereka aman dari sengatan aspal yang panas diterpa terik matahari.

"Ya sambil menunggu makan adakah yang mau menghibur kita semua disini?" Ucap salah seorang bapak TNI.

Suasana hening sejenak.

"Ketua kelas, coba tunjuk salah satu peserta" Ucap bapak TNI lagi.

Ketua kelas bernama Ardhan. Dan Ardhan berada dikelompok yang sama dengan Meisya.

"Meisya Attaya" Ucap Ardhan.

Meisya tak bergeming. Aura menyenggol siku Meisya memberi kode.

"Meisya?" Tanya meisya polos.

Meisya yang bahkan belum menyuapkan makanan pada mulutnya pun akhirnya mendirikan badannya dengan paksa.

Setidaknya beri aku kesempatan untuk mengisi perutku, ketua kelas --Meisya Attaya.

"Ketua kelas saya serahkan padamu. Saya sarapan dulu" Ucap bapak TNI lagi. Uh meyebalkan sekali bapak tua ini.

Ardhan hanya manggut manggut mengerti. Selanjutnya acara di handle oleh Ardhan si ketua kelas.

Setengah Hatiku TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang