Singkat cerita.
Setelah kegiatan diluar sekolah itu berakhir, Atta dan Meisya menjalani hidupnya masing masing. Semuanya berjalan baik dan seperti biasa. Tak ada yang berubah. -Seperti dulu saat Atta dan Meisya belum saling mengenal.
Tapi takdir yang berbicara. Mereka kembali dipertemukan setelah hampir dua bulan tak saling bertegur sapa. Ya, mereka berdua memang aktif diosis tak jarang mereka ditugaskan bersama. Sekali lagi, ini takdir atau memang hanya kebetulan?
"Ta ataaa, liat deh. Udah rapi belom?"
"Taaa.. Ini gimana tolong dong bacain"
"Ta! Lama ih cepet sini bantuin"
"Ado apaan sih? Atta lagi bantuin aku juga"
"Ata beliin minum gih. Aus. Hehe"
"Atta, gantian ngetik dong capek!"
Ya. Itu semua celoteh Meisya, yang semakin hari tanpa Meisya sadari dirinya semakin bergantung pada Atta. Attapun tak keberatan soal itu. Seperti kupu kupu dan bunga, ya mereka saling bantu dan menguntungkan dalam hal apapun. Tak jarang, setelah dijemur dilapangan berjam jam demi mengikuti LVBB atau Latihan Variasi Baris Berbaris yang merepotkan, seringkali ditemukan dua sejoli itu sedang bergantian memijat punggung. Nyanyi bersama. Atau mungkin makan dalam satu piring yang sama. Ya, satu piring berdua.
Chatting merekapun semakin hari semakin intens. Bernyanyi seperti biasa hingga larut malam. Menyenangkan? Mungkin. Ini adalah hubungan antara dua manusia dengan kadar keentahan yang parah. Atau mungkin karna mereka belum menyadari perasaannya?
Kalpataru is calling...
"Hal-" Sapaan Meisya bahkan belum sempat dilanjutkan.
"Beli ice cream, ayok!" Katanya dari sebrang.
"Ha?"
"Ayok kita beli ice cream"
"Ini malem Atta"
"Yah, tapi aku udah disimpang jalan gimana?"
"Ish. Yaudah sini"
"Nggak. Kamu kesini. Nanti pulangnya aku anter sampe rumah"
"Oke"
Nut.. Nut..
Telepon terputus.
Meisyapun bergegas keluar rumah, menyusul seorang yang tadi berbicara di telepon.
Disimpang jalan, Meisya sudah melihat keberadaan Atta. Tanpa basa basi Meisya menghampiri Atta.
"Ayok. Cepet" Terdengar tegas. Tapi manis. Dan meisya suka.
Atta mengajak Meisya ke pertokoan. Entah untuk apa. Beli eskrim? Oh iya, eskrim.
"Ayo ambil" Kata Atta.
Meisya masih malu malu.
"Echa eh- aku nggak laper sih" Meisya keceplosan menyebut nama akrabnya sendiri ketika dirumah.
"Apa? Haha, kamu dipanggil Echa kalo dirumah? Kenapa malu sih? Ngga papa kali ca." Kata Atta sambil tersenyum memandang Echa lekat.
"Echa nggak mau makan? Terus beli apa dong? Detergen? Pewangi pakean? Minyak sayur?" Kata Atta sedikit menggoda.
"Yaudah Echa, Atta ambilin eskrimnya ya? Echa pilih jajanan gih" Kata Atta sembari mengacak pelan rambut Echa."Apaan sih ta. Malu" blush! Pipi Meisya memerah.
Atta mengambil dua eskrim cone, lalu mengajak Meisya ketempat jajanan.
"Ambil aja, buat nemenin kamu gabut malem ini"
Mesiya menaikan alisnya.
Iya juga sihya, kan aku suka gabut malem malem. Pikir Meisya. Ia pun mengambil beberapa makanan ringan juga matcha kesukaannya.
Setelah dipikir cukup, mereka pergi kekasir untuk membayar. Kemudian beranjak meninggalkan pertokoan tersebut.
"Maaf ya, cuma ngajak kepertokoan. Soalnya udah malem. Nanti kalo mama kamu nyariin anak gadisnya yang ilang gimana? Seenggaknya ini cukup buat nemenin kamu gabut kan?" Ucap Atta ketika dijalan pulang.
"Nggak papa, makasih ya" Ucap Meisya dengan senyum yang terus mengembang.
Sesampainya dirumah, Meisya terus saja tersenyum sambil memandang plastik belanjaannya.
Hati kecilnya membatin.
Masa sih? Masa aku bisa jatuh cinta hanya karna dua pucuk eskrim? Masa sih aku jatuh cinta hanya karna dinyanyikan sebuah lagu tidur? Masa sih aku jatuh cinta hanya karna mendengar jokes receh darinya? Bukan karena itu semua. Bukan. Aku jatuh cinta karena aku merasa dihargai. Yaa! Sesederhana itu. Bahkan yang lebih parahnya, aku baru menyadari perasaan bodoh itu. Yang dengan tidak sopannya meyelinap masuk menghangatkan perasaanku. Entah kenapa dipikiranku selalu ada dia. Dia sedang tersenyum polos kearahku. Membuatku ambyar dengan bodohnya. Bahkan aku merasa aku hanya mau dia. Aku selalu ingin melihatnya. Semuanya membuatku seperti manusia bodoh. Siapapun, tolong jelaskan kenapa tiba tiba aku jadi bucin begini ?
Apakah rasa dengan keentahan yang lucu itu layak disebut cinta ?
Ditanyain sama Meisya tuh. Wqwq
Tbc ya💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Hatiku Tertinggal
Teen Fiction"Aku selalu menikmati setiap detiknya ketika aku bersamamu. Tanpa sadar, kini detik seakan menjadi ruang luka yang dengan setianya menaburi garam diatas luka yang masih menganga didada" -Meisya Attaya.