Sendang 30 - Klimaks

4.7K 149 29
                                    

Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam.

***

Happy Reading 😊

Jaka merasa air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam ketika waktu menunjukkan pukul sepuluh malam namun Ridwan tak jua datang. Ponsel sahabatnya itu pun tak bisa Jaka hubungi sedari siang.

Ke mana perginya sahabatnya itu?

Sementara Jaka tengah gelisah memikirkan Ridwan, Nawang justru bersenandung di dalam kamar mandi. Perempuan itu tengah menyanyikan lagu lingsir wengi sembari menyisir rambutnya di depan cermin.

Jaka habis menggagahinya, namun tak ada gurat kelelahan dari wajah perempuan itu. Jika saja Nawang perempuan biasa, maka bisa jadi ia akan dilarikan ke rumah sakit lantaran alat kelaminnya mengalami kerusakan karena digunakan hampir tiap hari. Salah. Lebih tepatnya setiap waktu.

Siapa yang siap maka langsung saja diraihnya tubuh Nawang dan mendaki bersama dalam kenikmatan.

Jaka menatap Nawang yang baru saja keluar dari kamar mandi, perempuan yang mengenakan lingeri warna hitam itu nampak berbeda dari biasanya. Entah kenapa aura perempuan itu lebih menguar kuat dari biasanya.

Rambut hitam Nawang yang panjang bergelombang terlihat basah. Hingga Jaka bisa mencium aroma shampo yang menusuk ke dalam hidung, buat candu baginya.

Dalam setiap seks yang dilakukan oleh Jaka, ia begitu menyukai kelembutan dan keharuman rambut Nawang. Hal itu, adalah salah satu favorit Jaka yang terdapat dalam diri Nawang. 

"Kemarilah ...." Jaka yang tengah terduduk menyandar di kepala ranjang meminta Nawang mendekat.

Gerakan halus bisa Jaka lihat ketika Nawang melangkah. Pinggul Nawang bergoyang mengikuti langkah kaki perempuan itu, menggoda Jaka untuk segera meraihnya dalam pelukan.

Ranjang bergerak, Nawang mendaratkan tubuhnya, duduk di depan Jaka. Menggerakkan tangan, Jaka mulai membelai wajah bidadari cantiknya.

Wajah cantik yang terbingkai dengan kepolosan alami itu telah membius Jaka untuk melakukan hal di luar akal sehatnya. Siapa pun pasti akan mengumpati tingkah Jaka yang kelewat berengsek itu.

Dosa yang dilakukan Jaka terlalu banyak. Ia tahu itu. Namun, Jaka tak menyesal. Nawang adalah kesalahan terindah yang ia lakukan. Jaka tak akan memungkiri hal itu. Justru ia bersyukur karena Tuhan mengijinkan dirinya untuk berjumpa dengan Nawang.

Tangan Jaka bergerak membelai alis Nawang. Perempuan itu memiliki bulu mata lentik dengan mata cokelat jernih membuat siapa saja yang menyelaminya akan tenggelam di dalamnya. Termasuk Jaka. Ia terlena dengan pesona yang dipancarkan oleh Nawang Wulan, hingga ia menjadi buta.

Sehalus mungkin, belaian Jaka turun ke hidung mancung Nawang. Lalu kembali turun membelai bibir tipis berwarna merah muda alami tanpa pewarna lipstik atau bahan kosmetik lainnya.

Namun, ada yang Jaka tidak pahami. Sorot mata Nawang Wulan. Pemuda itu tidak menyadari bahwa dalam teduh padang matanya, sorot mata itu menyimpan sejuta rahasia.

Rahasia yang tidak diketahui oleh Jaka. Dan, sebaik-baiknya rahasia, memang patutlah tidak diketahui.

Hingga suara halus keluar dari bibir mungil Nawang. "Izinkan aku menyentuhmu," bisik Nawang sensual.

Jaka terkesiap, tidak biasanya Nawang seperti itu. "Ka-kamu yakin?" Entah kenapa suara Jaka terdengar gugup.

Nawang menganggukkan kepala. Jaka mulai terlena ketika bibir mungil Nawang membelai bibirnya yang penuh. Aroma tubuh Nawang membius Jaka, membangunkan adik laki-lakinya yang telah tertidur dalam sangkar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENDANG (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang