Gorila di pelupuk mata tak terlihat, eek di seberang samudra kelihatan.
Karena ... terkadang, manusia tak pernah menyadari apa yang ia miliki.****
Happy Reading 😊
Seberkas cahaya mentari pagi mulai menyapa. Riuh kokok ayam terdengar hingga ke dalam kamar, tempat di mana Jaka dan kawan-kawan tengah beristirahat. Panitia telah membagikan tugas masing-masing. Perempuan memiliki tugas memasak sarapan pagi, sementara para lelaki membuat pemetaan untuk memasuki kawasan hutan Srigati atau biasa disebut Alas Ketonggo.
Konon katanya, Eyang Srigati adalah Priyagung, seorang begawan dari benua Hindia yang datang ke tanah jawa. Beliaulah yang menurunkan kerajaan-kerajaan di Indonesia mulai dari Pajajaran, Majapahit, Mataram dan seterusnya. Semua kisah spiritual tertuang di Punden Srigati yang terdapat di desa Babatan kecamatan Paron, kabupaten Ngawi.
Sehabis mengisi perut, rombongan bersiap melakukan perjalan menuju Alas Ketonggo atau hutan Ngawi. Jaka telah siap dengan ransel hitam di pundaknya, sementara Ridwan masih bergelung dengan sepatunya. Penelitian kali ini bertujuan mengenalkan mahasiswa bahwa bumi nusantara ini memang terdiri dari banyak kerajaan, dan sebagai mahasiswa seni dan budaya patut untuk mempelajari.
"Jak, lu tau nggak? Kalau Alas Ketonggo itu bisa buat pesugihan," tutur Ridwan.
"Bo, lu lama-lama jadi korban salah satu acara TV deh."
"Acara apaan?" Menoleh, Ridwan menaikkan satu alisnya, bingung.
"Tau nggak sih?!"
"Ha ha ha ha ... gue nggak sadar, Mas Bro. Mungkin udah jadi kebiasaan kali," ujar Ridwan.
"Serah lu dah."
Jalan setapak dilewati Jaka beserta rombongan. Hingga gerbang pintu masuk mulai terlihat tak jauh dari posisi Jaka saat ini.
Gapura kokoh bercat putih itu pintu masuk untuk memasuki area Alas Ketonggo.
"Jak, mumpung kita di sini, gimana kalau kita cari berkah?"
Berdasarkan informasi yang Ridwan dapatkan dari situs terpercaya, bahwa di Srigati ini banyak sekali orang mencari berkah. Entah itu pesugihan atau sekedar ingin dihormati oleh atasan. Tak jarang beberapa pejabat pemerintah yang datang ke Srigati untuk berendam sebelum pemilihan umum.
Memang benar, meski gorila di pelupuk mata tak terlihat, eek di seberang samudra kelihatan. Terkadang manusia itu tak pernah dengan apa yang ia miliki, seakan tak pernah puas.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Ridwan pun ingin mendapatkan berkah. Kapan lagi ada kesempatan, maka selagi bisa sudah seharusnya untuk dilakukan.
"Lu kan udah kaya, Bo. Masih kurang apa harta bapak lu, huh?"
Jika Jaka berpikir yang diinginkan Ridwan kekayaan maka pemuda itu salah. Ada hal lain yang diinginkan oleh sahabat keritingnya itu.
"Salah Mas Bro, gue nggak butuh harta. Apalagi pesugihan, yang ada entar gue suruh cari tumbal lagi. No! No! Big no!"
Kaki jenjang Jaka berhenti melangkah, membuat langkah Ridwan ikut terhenti. Sementara mahasiswa lainnya terus berjalan, melewati keduanya yang terhenti di tengah jalan.
"Terus lu mau apa, Bo?" Ada gurat lelah dalam binar mata Jaka. Terkadang, ada saja tingkah aneh Ridwan yang sering membuat pemuda itu lelah untuk menanggapi.
"Sst! Nggak usah toa deh, sini gue bisikin." Tubuh Ridwan bergerak maju mendekati sahabatnya. Kepala pemuda itu mendekati cuping telinga Jaka. Hingga bibir tebal Ridwan berkomat-kamit mengumandangkan keinginannya.
Terkejut. Jaka membulatkan mata tak percaya dengan apa yang diinginkan oleh sahabatnya. Sontak wajah pemuda itu memerah, campuran antara terkejut dan malu.
Keinginan Ridwan sungguh luar biasa menggoda dan sayang untuk dilewatkan. Namun, dalam hati Jaka meragu dengan keinginan sahabatnya. Mungkinkah itu bisa dilakukan di tempat seperti Alas Ketonggo?
"Lu serius, Bo?" tanya Jaka setelah Ridwan menjauhkan diri dari telinganya.
"Serius lah, masa gue bohong sama lu!"
"Ya kan gue nanya, Bo. Kali aja lu cuma becanda."
"Kagak! Kali ini gue nggak bercanda, kalau lu mau, habis makan malam nanti kita pergi ke rumah Mbah Kuncen. Gimana?"
"Gue ngikut lu aja dah! Asal apa yang lu bilang tadi bener."
"Beres, lu tenang aja. Pokoknya, semua gue yang atur."
"Oke!"
Entah iblis apa yang merasuki, keduanya sepakat untuk mencari berkah malam ini.
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENDANG (Complete)
General FictionKetika sepasang mata lapar menemukan sosok ayu dalam balutan selendang tipis, terbersit pikiran kotor dan jahat dalam benak. Sanggupkah pemuda itu melawan iblis jahat dalam dirinya? Atau justru berkomplot dengan iblis untuk memuaskan berahinya?