Four

430 53 1
                                    

So Hyun POV

5 Tahun Kemudian...

Aku menatap layar televisi tanpa berkedip. Di sana tampak seorang penyanyi idola dunia yang sangat tampan. Dengan mata coklat yang teduh, hidung mancung, bibir penuh mengilap yang membuat para gadis tergila-gila, rahang yang tegas dan tampak bersahaja. Sangat sempurna.

Beberapa saat kemudian aku mematikan televisi dan menarik nafas panjang.
“Taehyung..” tanpa sadar aku mengucapkan namanya, lalu menggeleng kuat-kuat.

Semakin aku memikirkannya, semakin sesak rasanya. Sebelum air mataku kembali menetes, aku segera menuju dapur dan mencuci semua piring bekas makan malam hari ini bersama kakak laki-lakiku, Yoong gi. Pria itu memang sangat malas, sedikitpun tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga.

“Hei, mau berapa kali kau mencucinya? Piring-piring itu sudah bersih.” Yoong Gi tiba-tiba saja masuk ke dapur.

“Belum bersih.”

“Aku mengamatimu sejak tadi, kau sudah mencucinya lima kali.”

“Jangan berisik. Kau tidak lihat piring ini masih kotor.” Aku bersikeras melanjutkan pekerjaanku.

“Selain membuang air, kau juga akan kelelahan.”

Aku diam, tidak mempedulikan perkataannya.

“Kubilang berhenti!!” Yoong Gi berteriak karena kesal dan menarik tanganku dengan kasar hingga piring yang sedang kupegang jatuh pecah ke lantai.

“Sampai kapan kau akan seperti ini, So Hyun?!”

Aku berlutut dan memunguti pecahan-pecahan piring tanpa menjawab pertanyaan Yoong Gi.

“Kau pasti habis menonton konsernya di TV kan? Kau masih saja teringat padanya? Sadar, Hyun, dia pasti sudah melupakanmu. Sudah sepuluh tahun berlalu sejak ia menjadi teman dekatmu. Lihat, dia sudah terkenal, apa lagi yang kau harapkan? Kau yang dulu mendukungnya menjadi seorang penyanyi terkenal, keinginanmu sudah terwujud, harusnya kau bahagia, harusnya kau sudah tau beginilah resikonya.”

Tanganku berhenti memungut pecahan kaca. Ya, Yoong Gi benar. Inilah resikonya. Aku yang dulu terus membujuknya untuk mengikuti audisi dari sebuah entertainment ternama di Korea.

Setelah keinginanku terwujud, bukankah harusnya aku senang?

Bukankah seharusnya aku sudah memikirkan akibatnya?

Apa lagi yang aku harapkan? Apakah aku harus berharap dia akan terus mengingatku?

Atau bahkan aku berharap bahwa aku bisa menjadi orang yang berarti baginya karena telah membantunya menjadi seorang penyanyi terkenal seperti sekarang? Rasanya itu semua mustahil!

Sejak ia pergi ke Korea untuk menjalani trainee sampai saat ini, kami tidak lagi saling berkomunikasi. Janjinya untuk mengirimiku e-mail pun hanya janji belaka.

Ia tidak pernah melakukannya. Setiap hari aku mengecek e-mailku, tak pernah ada kabar darinya. Mungkin dulu aku masih bisa memaklumi, tidak mungkin ia punya waktu untuk mengirimiku e-mail di masa-masa trainee.

Tapi setelah ia debut pun, aku tidak pernah menerima kabar darinya, Wajahnya yang terpampang sempurna di semua media pun membuatku bertanya sesibuk itukah ia sampai tidak sempat mengirimiku e-mail sekalipun?

Aku kembali menangis. Setelah 2 tahun ini aku bertekad untuk tidak mengeluarkan air mata, akhirnya hari ini aku menangis lagi.

Yoong Gi langsung berlutut di sampingku dan menarikku dalam pelukannya.
“Aku lebih baik melihatmu menangis daripada melihatmu diam tapi terus saja mengalihkan kesedihanmu dengan bekerja tanpa kenal waktu. Kau tau? Keinginan terbesarku adalah melihatmu kembali ceria seperti lima tahun yang lalu. Kau yang sekarang sama sekali terlihat seperti mayat hidup. Kumohon, So Hyun, lupakan dia, bukalah hatimu untuk pria lain. Kau ini cantik dan pintar, siapa yang tidak menyukaimu?”

Wish To See You Again [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang