Part 2

294K 13.4K 197
                                    

Assalamualaikum semuanya.

Saya hanya ingin berpesan...!!!!

Biasakan untuk meninggalkan jejak ketika membaca cerita apa pun, karena setiap vote dan komentar itu sangat berarti bagi para author..

Happy reading....😁😁😁

Setelah semua di tentukan, acara pun dilanjutkan dengan acara makan malam bersama.

"Alana, apa kamu nggak mau makan?" Tanya umi.

"Maaf umi, Alana tidak ikut makan malam ini, karena masih kenyang sejak pulang dari rumah Afifah tadi" kataku.

"Ya sudah nggak papa, kamu urus keponakan kamu dulu ya, biar kak Zahra bantuin umi di belakang" kata umi.

"Baik umi"

Sebelum aku pergi dari perkumpulan itu. Aku meminta keluarga pak Afkar untuk menikmati hidangan dari keluargaku. Rasanya tak sopan, jika aku tiba-tiba pergi dari mereka.

Tak lama Nadira datang padaku. Nadira ini putri kak Hanafi, yang sekarang berumur tiga tahun. Setiap dia datang, aku selalu saja gemas dengan pipi tembemnya yang seperti bakpao. Untuk ukuran anak berumur tiga tahun tubuh Nadira itu cukup besar, membuat ku tak kuasa untuk menggendongnya.

Nadira datang dengan sebuah buku cerita barunya. Aku di mintanyanya untuk membacakan cerita itu.

"Tante tolong bacain buku cerita ini buat Nadira dong." Ucap Nadira lewat bibir mungil yang di apit pipi bakpao miliknya.

Tentu aku sebagai tante yang baik tak bisa menolaknya.

"Oke, kita ke taman belakang saja ya" kataku.

Kugiring Nadira menuju taman belakang. Di taman itu ada kursi panjang yang terbuat dari kayu. Aku duduk di kursi itu dengan di ikuti oleh Nadira yang tidur telentang di kursi itu dengan pahaku yang di jadikan bantal olehnya.

"Ini buku cerita baru kamu sayang?" Tanyaku sebelum memulai bercerita.

"Iya tante, tadi begitu sampai di rumah nenek, tante nggak ada. Jadi ayah ajak Nadira jalan-jalan di sekitar sini. Terus Nadira lihat ada penjual buku, ayah beli buku ini buat Nadira"

"Oh"

Pantas saja, tadi waktu aku sampai di rumah, aku nggak lihat kak Hanafi dan Nadira. Dia jalan-jalan toh, dasar nggak ajak-ajak.

"Ayo dong tante, jangan malah diem aja" kata Nadira di pahaku.

"Maaf ya. Ok sekarang kita mulai. Pada zaman dahulu....$%$%^&&&:&%^

Sekitar 15 menit aku selesai membaca satu cerita di buku itu. Saat aku merasakan Nadira hanya diam saja sejak aku bercerita, kulirik dia di bawah.
Astaga, ternyata dia sudah terlelap. Memang wajar dia tidur secepat ini, tadi ia habis melakukan perjalanan jauh dari Bandung ke Surabaya, pasti dia sangat kelelahan.

Aku kuat tidak ya menggendong Nadira yang gendut ini, batinku.

Sebelum aku beranjak dari kursi, suara seseorang dari belakang mengagetkan ku.

"Kenapa kamu menerima pinanganku" kata orang itu.

Saat aku berbalik, ternyata orang itu adalah pak Afkar, ia berdiri tepat di belakangku.

"Pak Afkar. Apa yang bapak lakukan di sini?" Kataku.

"Tadi aku baru saja menerima telpon disini. Oh ya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa kau menerima pinanganku" tanyanya lagi.

"Maksud bapak apa?" Tanyaku.

"Aku hanya berfikir, sebenarnya apa yang membuatmu mau menerimaku. Setelah apa yang kau tau tentangku di kantor dan status ku. Bahkan, dalam waktu dua bulan saja, kamu menyerah terhadap sikapku. Jadi apa alasannya kamu menerimaku?"

My Presdir is My Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang