Part 5

254K 10.2K 100
                                    

Cukup lama bagi mereka untuk sampai ke tempat tujuannya. Kini mereka telah sampai di tempat itu, yang sebelumnya telah memarkirkan sepeda ontel di sebuah parkiran bersamaan dengan sepeda motor yang berjajar rapih.

Sinar cerah dari wajah Alana tak pernah hilang dari netra Afkar. Gadis itu begitu antusias sejak kaki mereka menapak di jalanan kota tua itu. Alana seakan menjadi gadis yang tak pernah datang ke tempat indah itu, walau rumahnya yang tak berjarak jauh dari kota tua. Terakhir gadis itu datang ke tempat ini sekitar 4 tahun yang selalu, semenjak kakaknya yang telah berpindah status dan tinggal di Bandung.

Malam tanpa rembulan, namun bertaburan bintang sungguh indah di kota yang berlambang hiu dan buaya itu. Rembulan seakan malu untuk menampakan dirinya, saat sinar cerahnya di rebut oleh wajah gadis itu. Bahkan Afkar berfikir apakah bulan menghilang di cakrawala di karenakan bulan telah turun ke bumi dengan jelmaan seorang dewi. Dewi itu bernama Alana.

Gadis itu selalu tersenyum cerah dengan binar di matanya. Kedua insan itu bak seorang raja dan ratu berparas rupawan di antara hiruk pikuk ramainya jalanan kota tua.

Tak salah untuk Alana yang begitu terkagum dengan sajian keindahan yang terpampang di depan matanya. Lampu lentera yang tergantung di sepanjang jalan dan juga bangunan kota tua yang bergaya Eropa. Seolah Allah memberikan nikmat bagi mata, berupa keindahan jalanan berhiaskan lampu bewarna-warni yang berkilauan. Jika Alana menganggap keindahan itu adalah tempat ini, tapi tidak untuk Afkar. Bagi pria itu nikmat mata adalah istrinya, yang bak berlian di antara tumpukan arang.

Dua insan itu terus berjalan beriringan menyusuri jalanan.
Suara musik keroncong juga tak luput dari pendengaran mereka. Suara musik itu mengalun di antara celah suara orang-orang di tempat ini.

Pendengaran Alana merasa tertarik dengan pertunjukan musik keroncong yang di mainkan oleh seniman jalanan. Di mana di tempat pertunjukan itu telah banyak orang berkerumun melingakari pertunjukan musik itu. Tak mau kalah dengan yang lainnya, Alana menarik tangan Afkar dan kemudian berlari kecil menuju perkumpulan itu.

Ramainya orang-orang, membuat pandangan Alana terhalang untuk menonton pertunjukan itu. Tapi gadis itu tak mengurungkan niatnya, malah niat gadis itu semakin meledak dan tertantang untuk melewati perkumpulan itu. Alana melangkah maju bersama Afkar di belakangnya, berusaha menembus orang-orang di tempat itu.

Genggaman erat tangan Alana, membuat Afkar tak bisa berkutik. Pria itu hanya pasrah dan membiarkan tubuhnya di bawa pergi oleh gadisnya, walau itu juga termasuk harus berdesakan, seperti saat ini.

Alana terus menembus keramaian itu, hingga tibanya tubuh gadis itu terhuyung karena desakan penonton di sampingnnya.
Dengan sigap Afkar memeluk gadis itu agar tubuh kecil Alana tak terjatuh. Posisi itu membuat Alana dapat merasa lega, karena merasakan tubuhnya tak jadi terkapar. Bersamaan dengan itu Alana merasakan hal aneh, entah kenapa jantungnya menjadi berdetak tak karuan. Saat merasakan tubuh hangat seseorang yang memeluknya. Kepala Alana yang tersandar di dada bidang Afkar, membuat gadis itu juga dapat mendengar detak jantung yang tak jauh karuan dengan miliknya.

Waktu berhenti sejenak untuk mereka, seolah waktu membisikan sesuatu kepada sejoli itu.

Kemudian waktu kembali berjalan seperti biasa. Alana yang sadar langsung menarik pergi tubuhnya dari pria itu, berusaha mengalihkan wajahnya agar tak terdeteksi bahwa wajahnya saat ini telah bersemu merah.
Dan tanpa diketahui Alana, Afkar juga tak jauh beda dengannya. Pria itu lalu menciptakan bulan sabit di bibir tipisnya.

Puas melihat pertunjukan musik, mereka keluar dari kerumuman, dan tak lupa juga untuk menyumbangkan sedikit uang ke dalam kaleng yang telah di sediakan.

Mereka masih terus melanjutkan langkah kakinya. Menyusuri jalanan yang di padati berbagai kalangan. Tawa anak-anak di sana semakin menambah keramaian malam. Gerobak berbagai jenis makanan juga berbaris rapih di pinggiran jalanan dengan suara penjualnya yang ramah menjajakan makanannya pada setiap pengunjung yang wira-wiri.

My Presdir is My Husband (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang