Assalamualaikum semuanya.
Saya hanya ingin berpesan...!!!!
Biasakan untuk meninggalkan jejak ketika membaca cerita apa pun, karena setiap vote dan komentar itu sangat berarti bagi para author..
Happy reading....😁😁😁
Resepsi pernikahan yang di adakan secara sederhana, lantas membuat acara itu selesai cukup singkat, dimana sore hari acara itu sudah benar berakhir. Lepas melaksakan sholat maghrib dan mandi, Alana membantu uminya menyiapkan makan malam bersama kak Zahra.
"Alana, tolong panggil suami kamu untuk turun, bilang kalau makan malam sudah siap" ucap umi Nadia sambil meletakkan satu mangkok sop daging di meja makan.
"Iya umi"
Alana berjalan menyusuri tangga rumah, karena memang letak kamarnya yang ada di lantai atas.
Saat dia telah berada di depan pintu, ia menghentikan langkahnya. Ia bingung kira-kira apa yang akan di katakannya pada seseorang yang sekarang menjabat sebagai suaminya sekitar sepuluh jam yang lalu. Ia masih merasa canggung di kala harus menatapnya. Sebelum benar-benar masuk ia memotivasi dirinya.
Kemudian ia mantapkan langkahnya untuk memasuki kamar itu. Saat langkahnya telah berada di kamar itu matanya tak menemukan seorang pun. Ia dapat menghela napas lega, karena Afkar tak ada di dalam.
Tapi telinganya menangkap suara keran air yang hidup di kamar mandi. Kemungkinan besar kalau suaminya itu sedang mandi sekarang.Kemudian ia duduk di tepi ranjang, dan menunggu suaminya selesai mandi.
Tak butuh waktu lama untuk Afkar mandi. Ia keluar sekiranya tubuhnya telah segar dan bersih dari keringat. Saat ia membuka pintu kamar mandi, ia mendapati Alana duduk di tepi ranjang membelakanginya.
"Al, kamu sudah mandi?" tanya Afkar sambil mengusap-usap rambut basahnya dengan tangan.
Mendengar suara itu, Alana pun berbalik dan--
"Kyaaaaaaa...aa.." teriak Alana sambil menutup matanya dengan tangan.
"Kenapa Al?" tanya Afkar panik.
"Iii.. itu, ke.. kenapa mas nggak pake baju dulu sebelum keluar dari kamar mandi" ucap Alana seraya mengacungkan telunjuk ke arah Afkar dengan mata terpejam.
Afkar terkekeh melihat tingkah konyol dari Alana. Memang kenapa jika ia seperti ini, toh mereka sudah hallal sekarang. Tak masalah bukan jika ia keluar dari kamar mandi hanya bertelanjang dada dengan handuk yang melingkar dari pangkal paha hingga lututnya.
Jantung Alana berdetak hebat kala matanya melihat pemandangan aneh yang kali pertama ia lihat. Baru kali ini ia melihat seorang pria bertelanjang dada dengan handuk pula. Bahkan ia tak pernah melihat kakak atau abinya dalam keadaan seperti ini, paling maksimal mereka memakai kaos tipis.
"Astaga Al, kamu malu lihat aku seperti ini. Seorang istri wajar kok melihat suaminya kaya gini." Kata Afkar menyakinkan Alana.
"Tapi inikan yang pertama kali buat Alana, Alana tentunya kaget mas, Alana belum terbiasa" ucap Alana menutup wajahnya yang tersipu di balik telapak tangan dengan tubuh membelakangi Afkar.
"Karena itu, sekarang kamu harus membiasakannya Al. Biasanya aku juga seperti ini" kata Afkar sambil melangkah maju untuk mengambil bajunya di lemari yang letaknya tepat di depan Alana.
Mendengar langkah kaki yang mendekat, spontan ia julurkan telapak tangannya.
"Stop, jangan mendeka mas. Berhenti di situ!!" Kata Alana, menghalangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Presdir is My Husband (Tamat)
EspiritualAku menerima semua yang Engkau berikan ya Rab. Termasuk menerima perjodohan ini, karena aku yakin semua yang di berikan orang tua itu adalah dari Mu. ~ Alana Nursyabillah ~