-- 6 --

35 5 2
                                    

Hai hai, I'm comeback!
Kangen gak? Gak usah, biar aku aja yang kangen.
Nyatanya ujian itu gak sesegar sprite.
Yah yang penting sekarang hanya menunggu hasil dan kembali menulis cerita yang aku tinggalkan (maaf Lin😭)

Oke lanjut deh!

°°°*°°°
Cinta itu sebenernya gak rumit kok, cuma kita aja yang suka berbelit-belit

°°°*°°°


"Lepasin!"

"Siapa sih yang nyuruh kalian!!"

"Kalian mau bawa gue kemana?!"

"Arrgghh..tangan gue sakit! Shit!"

Teriakan Arrisa semakin melengking bersamaan dengan meredupnya cahaya di lorong kelas saat itu. Setelah pulang sekolah, Arrisa mampir ke toilet untuk sekedar merapikan rambutnya. Setelah dia membuka kenop pintu toilet, dua laki-laki menghadang Arrisa. Dalam satu hentakan Arrisa sudah dibekap dan diseret. Saat ini dia dibawa oleh kedua lelaki bertopeng. Arrisa yang memberontak ingin melepaskan diri tak kuasa melawan kekuatan lelaki tersebut. Seluruh tubuhnya melemah seiring dia ingin melepas ikatan tali yang begitu kuat.

Tubuh Arrisa dihempaskan di sebuah kursi kayu dan diikat sekencang mungkin. Arrisa berteriak kesakitan dan meronta ingin dilepaskan. Akan tetapi, kedua lelaki itu tak bergeming menanggapi aksi Arrisa.

"Buka topeng kalian! Dasar pengecut!" pekik Arrisa menghabiskan seluruh tenaganya. Lelaki itu hanya terdiam seperti menunggu seseorang datang. Salah seorang dari mereka merogoh ponsel berniat menelepon seseorang.

*****

Parkiran sekolah,

Kedua lelaki itu masih berada di perang dingin mereka. Jaquer bersikeras mengantar Vaseline pulang. Sedangkan Rayhan menghalangi jalannya. Mereka terus saja bertatapan seperti saat mereka bertemu untuk pertama kalinya dulu. Seperti ada aliran listrik tak kasat mata diantara mereka.Sesaat kemudian, suara dering telepon memecah keheningan. Ternyata itu bersumber dari saku celana Rayhan. Tanpa waktu lama, Rayhan mengangkatnya.

"Halo?"

"......"

"Ok! Good job, tetep disitu"

Kemudian Rayhan menutup sambungan teleponnya. Ia bergegas pergi dari pertikaian sore itu tanpa pamit. Vaseline hanya melongo melihat kelakuan majikannya.

Dia udah nyerah? Secepat itu? Pantes aja nggak pernah dapet cewek, Batin Vaseline. Sesaat kemudian ia tersenyum. Lalu ia menatap Jaquer dan mengiyakan permintaannya tadi yang sempat diganggu gugat oleh Rayhan. Dengan sangat luas seluas birunya samudra Jaquer menerimanya.

****


Derap langkah seseorang semakin mendekat. Meninggalkan jejak ditanah yang sedikit basah. Menampilkan sebuah siluet di depan pintu berkarat. Lalu membuka pintu gedung olahraga tua itu. Kedua lelaki yang menculik Arrisa memberi hormat kepada orang itu. Arrisa tidak dapat melihat wajahnya. Dia hanya melihat orang itu memakai seragam yang sama dengannya.

Murid sini? Siapa?

"Nunggunya lama ya?" tanya Rayhan dengan nada sinisnya

REALIZED.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang