Cinta Tak Pantas part 6

665 78 50
                                    


"Kau sudah sadar?" Suara Kankuro menyadarkan Gaara tentang apa yang terjadi padanya.

"Aku ingin sendiri" perkataan itu membuat Kankuro bangkit dari kursi menuju pintu keluar, "Cobalah untuk selalu membagi beban mu bersama aku dan Temari. Kami selalu ada untuk mu." Sebelum akhirnya dia benar-benar meninggalkan Gaara merenung setiap maksud yang terkandung di dalam pernyataan kakanya tersebut.

"Apa aku pantas untuk bertemu dengannya? Aku merusak semuanya, maafkan aku Naruto. Maafkan aku yang bodoh ini, ternyata aku lebih bodoh dari mu." Gaara memaki dirinya sendiri karna tindakan di luar nalarnya membuat pernikahan sahabatnya berantakan seperti pecahan kaca yang serpihannya melukai semua orang di dekatnya.

Sekarang perasaan yang sama seperti saat Yasamaru berusaha membunuhnya kembali menghantam jiwanya, meruntukkan pertahanan air matanya. Rasanya bahkan lebih sakit dari saat itu, karna dialah sumber segala luka yang di derita Hinata dan Naruto atau mungkin seluruh Konoha. Bayangan Hinata dan Naruto berciuman di antara bayangan bulan itu kembali hadir memenuhi kepala merah seorang Gaara. Jika dia bisa mengembalikan semua seperti semula maka dia akan melakukan hal itu. Tapi dia bukan seorang dewa.





"Naruto, berhentilah!" Sasuke semakin geram dengan tingkah sahabat pirangnya itu, Naruto bahkan tidak peduli dengan omongan Sasuke.

"Tambah lagi"

"Cukup Naruto!" Sasuke merampas gelas sake milik Naruto membuangnya ke sembarangan tempat. "Jangan menyakiti dirimu Naruto. Lupakan Hinata, dia tidak pantas untuk kau tangisi." Sasuke berusaha menyemangati Naruto.

"Aku mencintainya, Sasuke. Tapi, kenapa dia melakukan ini pada ku. Rasanya sangat sakit." Naruto menunjuk tepat di dadanya berusaha menunjukan seberapa berarti Hinata untuknya. Sudah tidak mampu menahan sesak di dadanya membuat Naruto melepaskan rasa sakit itu dengan air matanya.

Sasuke tidak peduli dengan harga dirinya sebagai seorang Uchiha lagi, dia memeluk sahabat pirangnya berusaha menguatkan Naruto. "Kami akan selalu ada untuk mu, Naruto. Aku Sakura dan yang lainnya selalu mendukung mu." Sasuke berjanji akan menghajar pria brengsek yang merusak pernikahan Naruto, mungkin dia akan benar-benar membunuh pria itu.









Hinata terbangun di tempat yang tidak asing lagi baginya. Rumah ini selalu dia kunjungi setiap waktu, rumah milik...

"Kau sudah bangun"

Kurenai Yuhi. Ini adalah rumah milik gurunya.

"Sensei"

"Makanlah!"

"Aku tidak lapar"

"Setidaknya pikirkan dia, hidupmu bukan hanya tentang kau saja Hinata tapi anakmu. Cobalah untuk makan meskipun hanya sedikit. Setidaknya kau harus memikirkan dia. Jangan egois". Pekataan gurunya membuat Hinata sadar jika dia secara tidak langsung telah menyakiti anaknya sendiri.

"Hiks.. hiks... aku lelah sensei, lelah dengan semua ini. Semua orang membenci ku. Mereka...."

Kurenai memeluk Hinata, mengelus sayang muridnya yang telah dia anggap seperti anaknya sendiri. Melihat Hinata seperti ini membuatnya mengingat saat dia hamil anak Asuma, namu sayang Asuma harus gugur di tangan akatsuki.

"Setidaknya dia memiliki ayah." Kurenai berkata sambil menyentuh perut rata Hinata. Hinata hanya diam saja ketika wanita itu mengatakan hal itu.

"Siapa ayahnya?" Pertanyaan Kurenai hanya di balas dengan air mata yang mulai berlomba lomba keluar dari pelupuk mata Hinata.

"Tidak apa, jika kau tidak ingin menceritakan yang sebenarnya. Mungkin kau butuh waktu."

Kurenai hampir menyentuh gagang pintu sebelum sebuah jawaban Hinata membuat wanita beranak satu itu seperti terkena serangan jantung.

Cinta Tak PantasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang