Cinta Tak Pantas part 7

1K 83 50
                                    












.









.







.








.






"Aku tidak menyangka, ternyata ayah dari bayi yang dikandung Hinata adalah Kazekage. Sungguh hal yang luar biasa, bukan begitu Hiashi? Ucap salah satu tetua Hyuga yang duduk tidak jau darinya.

"Tidak ada Hokage Kazekage pun jadi" tetua yang lainnya menambahkan.

Sementara yang menjadi lawan bicara hanya diam saja. Entah apa yang ada di pikirannya. Tapi satu hal yang pasti dia ingin merobek mulut setiap orang yang bicara buruk tentang anaknya, walaupun dia sangat keras bahkan kejam pada anak-anaknya terutama Hinata, tapi tetap saja sebagai seorang ketua klan dia juga tetap seorang ayah yang harus melindungi anaknya.

Hiashi berdiri dari duduknya, melangkah menuju pintu keluar sebelum para tetua selesai bersiskusi.

"Mau kemana kau, Hiashi? Kita belum selesai dengan masalah ini."

"Aku harus menemui anak dan calon menantu ku." Kalimat itu di ucapkan penuh penekanan dalam setiap kata perkata. Jujur dia sangat ingin menghajar para tetua itu jika dia tidak ingat siapa dirinya dan siapa klannya.

"Tou-san, aku ikut!" Hanabi berlari menyamai langkah sang ayah. Biarlah hari ini dia bebas dari latihan melelahkan itu.



"Bagaimana keadaannya?" Tanya Kankuro pada Tsunade, begitu wanita itu keluar dari ruangan Gaara. Menarik napas sejenak kemudian berujar, "sudah lebih baik dari kemarin. Kalian tidak perlu hawatir dia akan segera sadar. Lagi pula dia seorang Kage luka seperti itu bukan hal yang baru baginya." Ujar Tsunade pada Kankuro.

"Apa aku boleh menemuinya?" Pertayaan itu bukan berasal dari Temari atau Kankuro melainkan dari Hinata. Tsunade tidak perlu bertanya lagi alasan gadis Hyuga itu berada disini. Tsunade meletakan tangannya di kepala Hinata, "dia baik-baik saja kau tidak usah hawatir, Hinata." Kemudian tangannya beralih ke perut Hinata di ikuti sinar hijau yang bergerak di sekitar perut Hinata.

"Kau juga harus memperhatikan dirimu, Hinata. Jangan terlalu memikirkan hal yang berat." Mendengar nasehat yang di berikan mantan Hokage ke lima itu membuat Hinata merona malu. Dia hanya mengangguk sebagai balasan.

"Masuklah!"

Tanpa mengucapkan apapun kakinya melangkah ke kamar Gaara. Dia bisa melihat pria itu masih belum membuka matanya, dalam sekejap air mata mulai membasahi pipinya. Mendorong kursi tempat duduknya agar bisa lebih dekat dengan Gaara. Jemari kecilnya menggengam telapak tangan Gaara yang terasa hangat, membawanya menuju perut Hinata.
Membiarkan selama beberapa detik hingga akhirnya, "buka matamu, dia ingin bertemu ayahnya." Sebaris kalimat itu terasa begitu menyayat hati Hinata seakan ada batu yang mengganjal di rongga dadanya dia kesulitan bernapas. Air mata tidak pernah absen dari ke dua matanya.

"Gaara, jangan seperti ini. Aku tidak bisa melalui semua ini sendiri." Mengeluarkan semua yang menjadi beban di hatinya.

Sebuah tepukan lembut di bahu, menyadarkan Hinata. Temari memandang iba calon adik iparnya berusaha memberikan semangat untuk ibu muda itu, "Gaara akan sadar ini hanya karna pengaruh obat bius saja, Hinata."
Temari hanya diam ketika Hinata tidak merespon apapun yang di katakannya. Namun sedetik kemudian dia tersenyum melihat tangan Gaara masih menempel di perut Hinata. "Gaara cepatlah sadar," batinya.

Kankuro datang dengan membawa beberapa kantong makanan bahkan lebih banyak di dominasi buah-buahan dan beberapa botol air minum.

"Hei, Temari! Bantu aku meletakan makanan ini di meja." Suara cempreng Kankurolah yang mampu membuat Hinata tersenyum melihat tingkah lucu calon kaka iparnya itu.

Cinta Tak PantasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang