AKHIRNYA (Sudah Revisi)

19.2K 831 13
                                    

Arkan menatap kosong jalanan raya. Ia masih membayang pembicaraannya dengan Aurel dan Airin.

Arkan membenamkan wajahnya pada stir mobil. Sejujurnya, ia tertarik dengan kerja sama yang di tawarkan oleh Airin. Namun, ia juga tak ingin menjadi egois dan jahat.

Semua kesalahan ini bermula dari dirinya. Jika saja ia tak kembali menghampiri kehidupan Azka, jika saja ia tak memberikan tumpangan untuk Azka. Jika saja....

Arkan mengembuskan napas lelah. Ia bangkit dan mengedarkan pandangannya ke jalan raya. Matanya terpaku pada sosok yang sepertinya tidak asing di matanya.

“Ah! Itu Azril, suami Azka.”
Kemarin Azka baru saja menunjukkan fotonya dengan Azril sembari menceritakan kisahnya.
Tak salah lagi, lelaki itu memang Azril. Lelaki itu kini tengah duduk di sebuah kafe berdinding kaca.
Arkan langsung menghampiri lelaki tersebut.

“Azril? Suaminya Azka, kan?” tanya Arkan memastikan.

Azril terkejut mendapati seseorang yang menghampirinya. Dia adalah orang yang kedapatan memeluk Azka di taman air mancur. Arkan langsung mengambil duduk di hadapan Azril. Ia juga ikut memesan segelas coffee latte untuk dirinya.

“Lo nggak mau nanya sesuatu, gitu?” pancing Arkan.

“Pengennya, sih, gitu. Tapi buat apa? Malah bikin tambah sakit hati,” sindir Azril. Arkan hanya tersenyum hangat. Lelaki di depannya ini ternyata sedang pencemburu.

“Gimana perkembangan proses perceraian lo sama Azka?” tanya Arkan.

“Ya gitu,” jawab Azril seadanya.

“Gitu gimana?” tanya Arkan meminta penjelasan.

“Lo kalo mau memiliki Azka tinggal nikahin Azka aja. Apa susahnya, sih?” gerutu Azril.

“Semua nggak seperti yang lo bayangin,” ucap Arkan. Azril mengernyit bingung.

“Bukannya lo sama Azka punya hubungan di belakang gue, kan? Tenang aja, gue udah ikhlas ngelepasin Azka,” sinis Azril

“Lo salah. Gue nggak pernah ingin memiliki Azka. Gue cuma bantu dia.” balas Arkan santai.

“Bantu apa? Dengan jadi superhero yang bakal ngelindungin Azka dari apapun? Sebenarnya suaminya itu, gue apa lo?” Azril tergelak. Lelaki di depannya ini sungguh konyol.

“Lo cemburuan banget, ya?” ejek Arkan. Azril mendelik kepadanya.

“Semuanya salah gue. Kalau aja gue nggak terperangkap rencana dia, pasti semuanya nggak akan kaya gini,” sesal Arkan.

“Terperangkap? Rencana? Gue nggak paham.”

“Lo kenal Airin?” tanya Arkan, 

“dia siapa lo?”

“Cuma mantan tunangan gue,” jelas Azril. Arkan mengangguk paham.

“Dia yang bikin rencana buat ngehancurin hubungan lo sama Azka.”

“Airin? Nggak mungkin! Dia aja jadi korban dari kesalahpahaman Azka,” elak Azril.

“Lo salah! Lo sama Azka sama-sama salah paham.” Arkan menyesap kopinya.

“Maksud lo?”

“Azka salah paham karena lo terlalu deket sama Airin. Dan lo, lo salah paham karena lo mengira bahwa gue sama Azka deket,” terang Arkan santai.

“Itu bukan salah paham. Itu emang kenyataanya, kan?” sinis Azril. Arkan mengangkat bahunya acuh.

“Itu semua berawal dari kesalahpahaman Azka. Karena salah paham itu, Azka ninggalin lo, kan? Siapa, sih, yang nggak bakalan marah kalau suaminya deket sama mantan tunangannya? Ya, walaupun Azka tau kalau lo nggak bakalan balikan sama Airin, tapi pasti rasa khawatir itu ada.” Azril mengangguk paham.

Azka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang