EB-1

117 10 5
                                    

Author Pov*

Pagi hari yang cerah di Kota Jakarta. Hari pertama masuk sekolah di Jakarta bagi Vania. Kalian tahu kenapa?. Karena Vania adalah murid pindahan dari bogor.

Vania berajalan memasuki halaman sekolah dengan perasaan gugup. Gugup karena akan bertemu teman baru dan gugup karena terus diperhatikan saat berjalan menuju ruang Tata Usaha. Sesampainya dia disana, Vania langsung mengetuk pintu dan memasuki ruangan tersebut. Setelah berbincang sebentar, Bu Asti, karyawan Tata Usaha mengantar Vania ke-ruang Guru dan mengerahkannya pada Bu Disa, Guru matematika dan wali kelas Vania.

"Kamu anak baru itu?" Tanya bu Disa.

"I..iya bu." Jawabnya

"Tidak usah gugup. Saya Disa. Panggil bu Disa saja." Ucap bu Disa sambil tersenyum.

"Siapa namamu nak?" Lanjutnya bertanya.

"Saya Vania bu." Jawab Vania.

"Baiklah. Ayo, kita ke-kelas. Pelajaran seharusnya sudah dimulai."

***

Ulrich bangun dari tidurnya dan melihat kearah jam di nakasnya. 06.40. Ia langsung bangun dari posisi duduknya, kemudian, berjalan santai memasuki kamar mandi sambil menyampirkan handuk di bahunya.

15 menit kemudian....

Ulrich keluar dengan rambut berantakan dan basah. Shirtless dan hanya memakai boxer berwarna biru tua. Ia melihat jam di nakas yang menunjukan pukul 06.55. Ia bergegas berjalan kearah lemari pakaian dan mengambil seragam berwarna putih-abu untuk ia pakai.

Setelah memakai pakaian, Ulrich turun ke-lantai bawah dengan tas sampirnya. Ia berjalan menuju meja makan. Lalu, mengambil sepotong roti yang telah diolesi selai, lalu, memakannya. Kemudian, ia meminum susu putih digelas dan mulai berjalan kearah pintu keluar.

"Ulrich." Panggil Harris- Ayah Ulrich- kepada putranya.

Ulrich menoleh dan berdeham.

"Kau sudah ingin berangkat?" Tanyanya.

"Menurutmu?" Ulrich bertanya balik.

Harris terdiam sebentar, lalu menjawab.

"Ya sudah. Berhati - hatilah dijalan. Dan ingat hari ini ibumu pulang."

Ulrich hanya berdeham sebagai jawaban. Ia langsung keluar dan mulai men-starter motor sport H2R miliknya. Ulrich menarik kopling motornya, menaikan gigi dan langsung tancap gas.

***

Sesampainya disekolah, Ulrich langsung berlari kearah kelasnya, XI IPA 2. Ia membuka pintu kelas dan langsung disambut ocehan Ibu Disa, Sang Wali Kelas A.K.A Guru Matematila A.K.A Guru Killer di seantro SMA Pelita Jaya.

"Ulrich? Kamu tau jam berapa ini? Kamu pikir kamu bos? Bagaimana bisa seorang murid terlambat 30 menit dari waktu masuk sekolah? Apa alasanmu kali ini?." Tanya Bu Disa bertubi - tubi.

Ulrich menghela napas panjang

"Ya. Saya tau jam berapa ini. 07.32. Dan ya, disini saya bos. Saya pemilik sekolah ini. Secara teknis pewaris kekayaan Adijaya Group. Tentu saja bisa. Karena saya adalah bukti dari keterlambatan itu. Dan ya, alasan saya adalah.... urusan saya bukan urusanmu. Jadi lebih baik kau tidak perlu mengganggu saya." Ucap Ulrich.

Bu Disa hanya bisa diam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ulrich. Karena memang begitu kenyataanya. Dia hanya seorang guru yang bekerja dibawah pimpinan Harris Sebastian Adijaya, pemilik Adijaya Group.

"Ya sudahlah. Sebaiknya kau cepat duduk." Ujar Bu Disa setelah beberapa saat terdiam.

Ulrich berjalan menuju tempat duduknya di paling belakang barisan tengah. Tapi, yang dilihatnya ini membuatnya marah. Seorang Gadis yang tak ia kenal duduk di bangku sebelah tempat duduknya.

Brak!!. Ulrich menggebrak mejanya. Semua murid kaget akan suara tersebut. Begitu pun Bu Disa.

"Oi. Pindah dari tempat ini..ini tempat gue." Ucap Ulrich tegas.

"Tempatmu?" Tanya Vania sambil menaikan salah satu alisnya.

"Ya. Di belakang sini adalah tempat gue."

"Apa aku gak salah dengar? Disini ada dua tempat duduk. Jadi, aku boleh dan berhak menduduki salah satunya. Lagipula, tempat dudukmu disebelah tempat duduk yang kududuki, bukan ditempat yang kududuki." Jawab Vania sengit.

"Lo anak baru?" Tanya Ulrich.

"Menurutmu?" Tanya Vania.

'Jadi dia Vania Lastriana Stella? Gadis yang aneh. Baru kali ini aku bertemu gadis sepertinya. Berani sekali dia melawanku', batin Ulrich.

'Siapa sih dia? Pagi - pagi sudah membuatku kesal saja', batin Vania.

"Baiklah. Lo boleh duduk disitu. Tapi, gue pastikan lo tidak akan tenang berada disini." Ucap Ulrich sarkas.

"Baik. Siapa takut dengan ancamanmu itu. Perlu kau ingat baik - baik hal ini. Kau yang akan menyesal karena menantangku." Ucap Vania sarkas.

Ulrich duduk dibangkunya dengan senyum smirk nya. 'Tunggu saja apa yang akan terjadi, Vania', batin Ulrich. Pelajaran dilanjutkan dengan keheningan yang melanda para murid. Hanya terdengar suara guru dan jam yang berdetak sampai bel istirahat berbunyi.

***To Be Continued***

Hi readers.. ini Karya Pertama milikku..

Kali ini aku mengambil tema fiksi remaja dan romance tentang kehidupan remaja...

Semoga kalian suka...
Don't forget to vote and comment...

Salamku,
Gabriel

Evilicious BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang